Tuesday, September 27, 2011

Pengumuman Pemenang Giveaway 2

Pengumuman....pengumuman....*ketok ketok mic*

Senang banget deh, ternyata lumayan banyak juga teman-teman yang mau ikutan ngeramein event giveaway ke-2 blog ku ini...thank you so much for your support guys...*kiss kiss*. Total yang sharing tentang ada acara adat yang mereka sukai di comment box postingan Jum'at lalu ada 26 orang. Maaf banget, buat teman-teman yang kirim ke email, udah aku balas ya supaya di tulis di comment box, bagi yang tidak, terpaksa gak di ikutkan karena susah menentukan nomer undiannya dan rasanya gak fair sama yang lain yang udah ikutan aturan mainnya.

Dibawah ini nama para peserta undiannya *cieee* dan nomer undiannya sesuai dengan nomer urut keluarnya comment....

1. Elly Zein
2. Krisna
3. Annie Salma
4. Lita
5. Melissa
6. Irma
7. Shila
8. Wanti
9. Yumi
10. Anies
11. Manggi
12. Ika
13. Yunita Manurung
14. Diyan
15. Novie Sri Wardhani
16. Ita
17. Diyah Purnamasari
18. Carolina Maya Maharani
19. Shinta Citra
20. Ine Tresnasari
21. Erdi
22. Vensy
23. Sari
24. Wundari Dini P
25. Dwi Rahayu
26. Rieska Hidayat

Naaah....Inilah pemenangnya....*jreng..jreeeng*.. Congrats ya!

5. Melissa


9. Yumi


7. Shila


2. Krisna


19. Shinta Citra


20. Ine Tresnasari


11. Manggi


16. Ita


26. Rieska Hidayat


12. Ika

Selamat buat yang menang, silahkan kirim alamat pengirimannya ke emailku :
cameliahome@gmail.com

Bagi yang belum menang, dont worry, akan ada lagi giveaways yang lain, apalagi si Mas juga udah ngasih ide supaya di lakukan rutin...so, better luck next time ya...

*big big hug @ all*
Camelia

Thursday, September 22, 2011

Jejeringan


Sudah beberapa hari terakhir ini, kota Jambi bersolek dengan cantiknya untuk menyambut kedatangan rombongan Presiden Republik Indonesia. Gak tanggung-tanggung, kali ini Pak Presiden akan berkantor di Jambi selama tiga hari...horeeeee.... *proud to be the citizen of Jambi* Nah, salah satu agendanya, tadi malam, Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dianugrahi gelar kehormatan adat Melayu Jambi "Sri Paduko Maharajo Notonegoro" dan Ibu Ani Yudhoyono mendapatkan gelar "Karang Setio". Seru deh, aku, si Mas, Abang-Abangku, Ipar dan para Sepupu, rame-rame ke gedung lembaga adat buat menghadiri acara penganugrahan tersebut. Senang banget ngeliat yang datang semuanya berpakaian adat Jambi, plus diiringi suara kompangan, rasanya seperti menghadiri acara di masa kejayaan kerajaan Melayu Jambi di masa lampau. Pokoknya meriah deh!

Anyway, yang paling hepi tentu Papa-ku, sekarang bisa bernafas lega karena acaranya berjalan lancar. Waktu aku nemanin beliau sarapan, senang deh dengar Papa cerita detail acaranya dengan wajah berseri-seri...hihihihi... aku dan si Mas pun ikutan hepi, karena selama beberapa Minggu terakhir ini, aku dan si Mas kebagian sibuk juga, mulai dari jadi tukang nyiapin teh tarik kalo Papa rapat di rumah sampe tengah malam, jadi supir kalo Papa menghadiri rapat mendadak, sampe jadi tukang buka tutup pagar rumah karena kalo pulang rapat, gak jelas jam berapa. Nah, setelah sarapan tadi, aku jadi pengen bikin makanan khas Jambi kesukaan Papa buat makanan sore-nya hari ini, namanya Jejeringan.

Abis acara, mejeng dulu di tangga...hihihihi....

Penganan ini lumayan populer di kampung Papa di Matagual. Nama "Jejeringan" sendiri cukup lucu. Jejeringan (e-nya di baca seperti kata "kelapa"), berasal dari kata "Jering" yang bahasa Jambi artinya jengkol. Jadi kata Je-jering-an maksudnya jengkol-jengkolan...hehehehe... padahal tidak mengandung, berasa maupun mirip jengkol sama sekali lho *whueeek!*. Mungkin di sebut begitu karena bentuknya yang kecil-kecil. Kalo di rumahku, jejeringan ini paling sering muncul di bulan puasa, seperti kolak yang menemani saat berbuka, tapi kadang juga ada di hari biasa buat nemanin minum sore.

Waktu aku kecil dulu, di rumah kami banyak saudara dan keponakan Papa dan Ibuku yang tinggal di rumah. Bibi-Bibiku itu kalo sore suka ngumpul buat nyipin makanan sore, dan aku kecil paling suka kalo mereka bikin jejeringan ini. Suka deh ngeliat mereka membulat-bulatkan adonan, menekan tengahnya, lalu di susun diatas nampan bulat yang besar. Nampan yang semula kosong, jadi penuh sama jejeringan yang baru di bentuk. Biasanya aku suka ngerecokin para Bibi-ku dengan ikut-ikutan ngebuletin, tapi gede-gede banget, jadi malah menambah kerjaan mereka aja mesti ngebulatin ulang...hahahaha...

Pada dasarnya, makanan ini sederhana banget. Hanya adonan tepung beras, yang dimakan dengan kuah kolak (santan + gula merah). Pembuatannya juga mudah, tinggal gunakan aja resep membuat kuah kolak andalan, jadi deh. Yang gak mudah, ya ngebentuknya satu persatu. Lumayan menghabiskan waktu. Tadi aku bikin di ruang makan dengan pintu terbuka dan angin semilir...duuuh...hampir aja aku ketiduran di meja saking bosennya *heehee*, padahal aku bikinnya dikit lho. Jadi ngerti deh kenapa dulu para Bibi di rumah selalu bikinnya rame-rame. Lha, adonan yang mesti dibuletin ada sebaskom coy!....hihihihi...

Aku sendiri ngerasa makin sering bikin, makin cepat membuatnya. Aku ikut cara salah satu Bibiku (lupa Bibi yang mana) membentuk adonan setiap kali membuat jejeringan. Caranya, adonan di bentuk memanjang, lalu dipotong dengan tangan dengan jarak yang sama, baru deh dibulat-bulatkan. Dengan cara ini, ukurannya jadi lumayan sama dan memang lebih cepat. O ya, lupakan saja kalo kepengen bentuknya yang benar-benar sama, karena emang gak bakalan..hihihihi... setelah di bulat-bulatkan, tekan bagian tengahnya dengan jari untuk membuat kawah mungilnya. Setelah dibentuk, setiap biji jejeringan, harus di susun di wadah (jangan menumpuk) karena adonan akan lengket dengan yang lainnya.

Untuk cara pembuatannya, ada yang adonan tepung berasnya langsung di masukkan ke dalam kuah dan di masak bersama. Kalo aku caranya beda, karena aku suka ragu adonannya udah matang apa belum, maka di masak terpisah. Jejeringannya dimasukkan kedalam air yang hampir mendidih, lalu adonan yang mengapung aku angkat dan tiriskan. Setelah itu, baru deh aku nyiapin kuahnya. Naaah...saat kuahnya mulai mendidih, baru aku masukkan jejeringan yang udah matang tadi. Tunggu beberapa menit, angkat, jadi deeh....

Ini resepnya ya....


JEJERINGAN
Camelia


Bahan Jejeringan :

150 gr tepung beras
100 ml air (sesuaikan)
1/2 sdt garam
air untuk merebus

  • Larutkan garam dengan air. Dalam wadah, campur tepung beras dengan larutan air berlahan-lahan hingga rata dan menjadi adonan yang licin dan dapat di bentuk.
  • Buat bulatan kecil (lk. diameter 1 cm), tekan di tengahnya dengan jari sehingga membentuk kawah kecil. Susun di atas nampan/wadah. Usahakan adonan tidak saling menempel ataupun menumpuk.
  • Panaskan air hingga hampir mendidih, masukkan adonan yang telah di bentuk berlahan-lahan. Setelah adonan mengapung, angkat, tiriskan dan sisihkan.
Bahan Kuah :

800 ml santan sedang
150 ml gula merah sisir halus
50 ml gula pasir (sesuaikan dengan manis yg di kehendaki)
1 lbr daun pandan, sobek-sobek, ikat.

  1. Dalam panci, tuang santan, masukkan daun pandan, gula pasir dan gula aren yang telah di sisir. Panaskan sambil di aduk hingga gula larut.
  2. Ketika mulai mendidih, masukkan jejeringan yang telah di siapkan tadi, aduk. Biarkan selama beberapa menit, lalu matikan api. Sajikan.


Saat lagi duduk-duduk sebelum bikin jejeringan, eeeh...si Mas nongol pakai baju kaos pemberian kak Ika beberapa hari lalu. Hum...gambarnya pas banget sama postinganku kali ini. Jadi ada ide nih buat bagi-bagi kaos seperti ini buat teman-teman yang udah meluangkan waktu baca blogku. Waktu aku cerita ke si Mas, beliaupun setuju, bahkan nurut aja waktu aku foto-foto buat jadi model kaosnya...hehehehe... setelah berfikir seharian (lebayyyy...boro-boro mikir!...hahahaha), aku nyiapin 10 lembar baju kaos seperti yang di pakai si Mas tadi.

Tapiiiii......

Gak seru juga ya kalo hadiahnya baju kaos doank, tapi gak ada the best of Jambi yang bisa di icip-icip, kurang brasa gitchuu.... Jadii...aku tambahkan juga deh teh dan kopi Jambi. Kopi AAA (100gr) yang memang udah jadi bagian dari keseharian masyarakat Jambi dan teh Kajoe Aro (25 bags) yang berasal dari pohon teh peninggalan Belanda dan tumbuh di dataran tinggi pergunungan Kerinci. Cukuplah buat nemanin cemilan pagi ataupun sore hari.



Caranya gampang koq :

Tinggal jawab pertanyaan yang di berikan di comment box postingan ini. Formatnya seperti ini :

Nama :
email :
ukuran kaos :
Jawaban pertanyaan :

Apa bila tidak menyertakan data lengkap diatas, dianggap gak ikutan yaaa....

Pertanyaannya adalah :

Di saat menghadiri acara adat tradisional berbagai suku di Indonesia (baik perkawinan, khitanan, kematian...etc), bagian apa sih yang paling menarik perhatian mu? Adat mana dan mengapa? sharing donk!

Karena comment di blog ini di moderated, cukup klik satu kali aja. Kalo ada 2 atau lebih, nanti akan diambil satu dan yang lainnya akan di hapus. Setiap comment akan di beri nomer sesuai urutannya di blog dan di tunggu hingga hari Senin, 26 September 2011 hingga jam 24.00. Pemenangnya akan di tentukan dengan cara diundi melalui random.org, pengundian akan dilakukan 10 kali untuk mendapatkan 10 orang pemenang. Hasilnya akan di umumkan di blog ini hari Selasa, 27 September 2011. So...stay tune!

PS :
  • Hanya berlaku untuk pengiriman dengan alamat di Indonesia, apabila pemenangnya berada di luar Indonesia, silahkan kirim alamat kemana hadiahnya mau di kirimkan di Indonesia...biasa, supaya daku gak dilanda bokek berat setelah bayar ongkos kirimnya..hihihi....
  • Untuk ukuran kaosnya tersedia ukuran S, M, XL, XXL, XXXL
  • Warna tidak dapat di pilih dan tergantung persediaan
  • Gambar kaos juga tergantung persediaan (kalo gak salah gambarnya ada yang pake masker dan ada yang gak, jadi apa yang ada aja nantinya, yang penting ukurannya ya).

Have fun and good luck!
*big big hug*





Sunday, September 18, 2011

Black Beauty Cupcakes

Beraaaattttt banget rasanya mau mulai baking lagi. Ada aja alasan buat menunda, nanti sore lah, pagi besok aja lah, atau abis bobo' siang deh...pokoknya alasan-alasan yang gak bermutu yang akhirnya bikin rencana baking batal melulu. Padahal, banyak lho yang udah masuk dalam catatanku buat nyoba bikin...tapiiiii, ya itu, I am the Queen of lazy kingdom! Akhirnya, kemarin, setelah menunda dari rencana baking pagi jadi sore, jadi juga bakingnya. Ada yang bikin semangat sama resep yang satu ini, selain namanya yang mengingatkan ku sama cake coklat kesukaanku, black magic cake, aku juga penasaran banget sama bahannya, gak ada butter, gak ada telur....tapiiiii....pake mayonaise!! Gak aneh kalo mayo ada di resep sandwich atau risol...tapi kali ini, cake coklat dengan mayo!. Unik kan???

Ceritanya, dulu banget aku pernah nonton acara Party Planner-nya David Tutera. Di acara itu, Davidnya cerita kalo suka banget ke Sarabeth's Bakery, favoritenya Blueberry Crumb Pies. Bahkan Sarabeth, yang punya bakery ngajarin David cara bikinnya. Ngeliat bakery dan baking goods didalamnya, asli aku naksir berat. Kayaknya enaaak banget. Sayangnya, aku gak sempat nyatet resep pie yang keliatan enak sekalee. So, waktu aku nitip beli buku dan lainnya *heehee* sama Bibi Rina-ku, salah satunya ya buku-nya Sarabeth ini. Untuk review bukunya, ntar posting terpisah aja ya. Yang pasti, aku suka banget. Diantara semua resepnya, pertama aku langsung bertekad nyoba cupcake black beauty cupcake, yep, seperti aku cerita tadi, karena ada mayonaise di dalamnya!!

Bahan untuk membuat cupcakesnya juga gak banyak. Mayonaise menurut keterangannya mengganti fungsi butter dan telur. Hum...menurutku ini bisa jadi resep untuk anak-anak yang alergi telur. Tapi karena mayonaise juga terbuat dari telur, mungkin bisa diganti dengan egg-free mayonaise, atau fat-free mayonaise buat yang sedang diet atau ngerasa perlu mengurangi kandungan lemak dalam makanannya (untuk sekarang, aku gak ngerasa tuh, dietku gagal totaaal! *pasrah*). Cara pembuatannya pun mudah, semua tinggal di campur menurut urutannya dan di kocok dengan speed rendah. Melihat komposisinya, aku sempat mengira kalo cupcakes ini bakalan kering banget, apalagi ada air segala. Keliatannya bakalan jadi cupcake yang kering dan flat.

Ternyata, dugaanku salah. Cupcakesnya lembuuut...dan lihat deh, jadinya gak flat, tapi jadi cupcake yang gembul-gembul cantik. Untuk rasanya, sepertinya benar-benar di tentukan oleh kualitas coklat bubuk yang di gunakan. Saat di gigit, rasa coklatlah yang dominan terasa, manisnya juga pas, gak terlalu manis juga. Menurutku cupcakes ini kurang pas buat di sajikan tanpa frosting atau ganache. Tapi setelah di beri ganache, rasanya jadi pas sekalee. So far, aku suka resep ini untuk cupcake, karena rasanya yang lembut dan bentuknya yang membumbung dengan indahnya. Lagi pula, aku sendiri juga blom nyoba bikin black magic cake menjadi cupcakes. Maybe next time deh supaya bisa ngelihat, cantikkan mana kalo udah jadi cupcakes.

By the way, aku baru nyadar kalo akhir-akhir ini aku sering banget bikin cake coklat....ya ampuuuunnn..... mesti mulai baca buku roti niiih!




Ini resepnya ya :


BLACK BEAUTY CUPCAKES
Sarabeth Levine


Ingredients :

Softened unsalted butter, for the pans
1/2 cup plus 2 tablespoons dutch processed cocoa powder, divided
1 1/2 cups plus 2 tablespoons unbleached all purpose flour, divided
1 cup hot water
1 cup superfine sugar
1 1/2 teaspoon baking soda
1/4 teaspoon fine sea salt
1/4 cup mayonaise

  1. Position a rack in the center of the oven and preheat to 350 F2.
  2. To make cakes, butter the inside of 12 muffins cups. Sift together 2 tablespoons of cocoa and 2 tablespoons of the flour. Dust insides the molds with the cocoa-flour mixture, and tap out the excess. ----> aku gak pake proses ini karena udah pake paperliner.
  3. Combine the remaining 1/4 cup cocoa powder and the hot water in the bowl of a heavy duty stand mixer. Whisk to dissolve the cocoa. Whisk in the sugar. Attach the bowl to the mixer and fit with the paddle attachment. Sift the remaining 1 1/2 cups flur, baking soda and salt together. With the mixer on low speed, in thirds, add the flour mixture, alternating with two equal additions of the mayonnaise, and mix, scrapping down the sides of the bowl as needed, until the batter is smooth. (the batter will seem a little thinner than usual). Using a 2 1/2 inch-diameter ice-cream scoop, divide the batter evenly among the muffin cups.
  4. Bake until a cake tester inserted in a cake comes out clean, about 20 minutes. Let cool in the pan on a wire rack for 10 minutes. Gently unmold the cakes onto a rack, and let cool completely.

GANACHE


1 1/3 cups heavy cream
12 ounces semisweet or bittesweet chocolate (no more than 62% cacao). Finely chopped.
4 tablespoons (1/2 stick) unsalted butter, cut into 1/2-inch cubes, at room temperature.

To make the ganache, bring the heavy cream to a simmer in a medium saucepan over medium heat. Remove from the heat and add the chocolate. Let stand for 3 minutes, then whisk until smooth. Add the butter, whisking until it has totally melted into the chocolate. Transfer to a bowl and let cool on a wire rack until the ganache thickens to the consistency of pudding and can be pipped, about 1 hour. Ready to pipe.

The cupcakes can be made up to 1 day ahead, covered with a cake dome and refrigerated. Serve chilled or at room temperature.

Wednesday, September 14, 2011

All the best, Umi!

Umi yang berseragam di hari pernikahanku...


Whats up?

Kali ini aku mau cerita soal si Umi. Yep, yang ku maksud adalah Umi yang sudah bekerja di rumah orang tuaku selama 11 tahun. Dulu pertama kali datang, Umi termasuk yang tugasnya hanya bersih-bersih rumah saja tapi lama kelamaan, justru Umi yang paling menguasai urusan dapur. Karena begitu lamanya, Umi adalah asisten terakhir yang sempat "disentuh" oleh almarhumah Ibuku dulu. Gak heran, kalau masakkan Umi udah pas banget sama kami di rumah, rasanya itu lho, mirip sama masakan Ibu. Terbukti, walaupun sudah lebih dari 6 tahun Ibu meninggalkan kami, Abang-abangku masih suka makan di rumah. Sama seperti dulu, mereka datang, ke meja makan langsung makan, trus cabut balik lagi ke kantor. Gak ada komplen soal masakannya. Kebiasaan Ibuku dulu yang mewajibkan kami semua makan di meja makan, juga tidak terganggu karena si Umi yang selalu menyiapkan makan pagi, siang dan malam untuk kami.

Untuk belanjapun, kami terima beres, Umi bisa mengatur belanjanya sendiri. Kejujurannya udah gak perlu diragukan lagi. Baik itu masalah uang, ataupun urusan rumah. Untuk aku dan Abang-abangku, Umi sudah seperti adik kami sendiri. Sifatnya yang rajin dan gak banyak omong, membuat kami sangat menghargai kehadiran Umi di rumah. Mau asisten banyak ataupun sedikit, bahkan sempat si Umi cuma sendiri, semua tetap beres dan terlihat normal. Membuat minum tamu Papa, memasak untuk orang serumah, semua berjalan seperti biasa. Bahkan untuk pengajian tiap Selasa di rumah yang anggotanya 300-an orang, makanannya dibuat sendiri sama Umi.

Memang saat pengajian itu, yang di sediakan makanan sore aja, seperti lontong, nasi gemuk, soto, rujak mie... tapi mengingat jumlah jamaah yang semakin bertambah, beberapa kali kami menyarankan Umi untuk membeli yang sudah jadi. Tapi Umi sendiri sepertinya menikmati karena di hari Selasa, dengan di bantu beberapa sanak keluarga, dia bisa bereksperimen membuat makanan baru (kami memang membiarkan Umi membuat makanan apa saja sesuai kemampuan tenaga dia sendiri). Alhamdulillah, makanannya selalu bervariasi dan selalu di sambut baik oleh jamaah yang datang. Untuk pengajian itu sendiri, karena sudah dimulai hampir 10 tahun lalu, bisa dikatakan si Umi sudah terlibat menyiapkan makanannya sejak pertama kali dimulai disaat anggotanya hanya 20 orangan hingga sekarang.

Selama 11 tahun, tentu banyak yang terjadi dalam hidup Umi selama bersama kami. Umi yang datang sudah di tinggal Ibu, harus kehilangan Ayahnya yang wafat karena sakit, lalu Neneknya, dan Istri Ayahnya. Kini hanya tinggal Umi dan Kakaknya yang tinggal di kampung. Sesekali, Kakaknya datang berkunjung, kebetulan, keponakkan Umi ada yang bersekolah di pondok pesantren di Seberang Kota Jambi. Saking sayangnya keluargaku dengan Umi, Papaku pernah pesan, kalau si Umi menikah, maka kami akan mengurus dan menanggung semuanya. Kalau Umi menikah di saat Papa udah gak ada, maka kami anak-anaknya di wajibkan menjalankan amanat Papa tersebut.

Beberapa hari setelah Idul Fitri, Umi pamit untuk pulang mudik ke kampungnya di Kuamang, kabupaten Bungo (sekitar 5 jam dari kota Jambi). Selain mudik, juga akan memperkenalkan calon suaminya ke sanak saudaranya. Siapa sangka, Umi yang semula niatnya hanya memperkenalkan, karena satu dan lain hal ternyata akhirnya langsung menikah. Tentu saja, kami sekeluarga merasa senang mendengar kabar pernikahan Umi (umur Umi setahun dibawahku).

Setelah menikah, hari Minggu lalu Umi pulang kerumahku bersama suaminya dan menginap di rumah. Kami semua menrasakan kebahagiaan Umi. Papa dan abangku Riri, mengurus surat-surat pernikahan Umi agar pernikahan siri yang dilakukan segera didaftarkan dan diakui oleh negara. Yah, paling tidak hanya itulah yang dapat kami lakukan untuk membantu Umi agar nyaman menjalankan rumah tangganya nanti. Di sela-sela itu, Umi mulai melatih penggantinya tentang apa yang harus dilakukan dan disiapkan. Kebetulan, pengganti Umi adalah saudaranya sendiri, namanya Yok (aslinya sih Rodiah, gak tau kenapa di panggil Yok...hehehe). Yok ini masih muda dan belum pernah kerja sebelumnya, tapi dia mengingatkan aku sama si Umi waktu pertama kali datang ke rumah. Walaupun nanti caraku mengajari Yok berbeda dengan cara Ibuku dengan Umi dulu, tapi aku cukup optimis.

Hari ini, Umi pamit dengan kami semua untuk mengikuti suaminya yang bekerja di perbatasan Riau-Jambi. Mengharukan juga melihat Umi mebawa barang-barangnya keluar kamar yang menjadi kamarnya selama ini. Kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Umi dan memintanya untuk selalu memberi kami kabar, karena kami adalah keluarganya di Jambi. Mudah-mudahan segala kebaikan Umi untuk keluarga kami mendapatkan berkah dari Allah SWT...Amiiin...

O ya, selain itu, di Jambi lagi kemarau panjang. Sumur di belakang rumah yang biasanya gak pernah kering, sekarang airnya tinggal 25 cm-an dari permukaan (according to si Mas), lalu pembakaran hutan yang semena-mena mengakibatkan Jambi di selimuti asap. Makin lama, asap tebalnya makin kentara, mulai terasa gak enak kalo bernafas. Aroma kayu bakar bikin malas bernafas panjang di luar rumah. Orang-orang pun mulai ber-masker-ria.

Yuk, keluar rumahku, kita lihat asapnya...


Naaaah...keliatannya seperti kabut ya, itu asap yang bikin sesak, tuh ada Papaku yang sekarang punya hobby baru, nyiramin tanaman sebelum sarapan pagi....nyiramnya pake masker...hehehehe...

Jalan terus ke depan...keluar pagar....

Lihat kiri, asap....lihat kanan, asap.... aiiih...yuk masuk lagi!!


Thursday, September 8, 2011

Kripik Bawang


Beberapa hari sebelum lebaran, aku masih lemeeeessss banget abis sakit. Bawaannya gak enak badan aja. Tapi gara-gara beberapa teman di facebook manas-manasin buat nyoba bikin parmesan cheesestick-nya bu Fatmah NCC yang katanya uenaaaak banget, jelas aku gak bisa tinggal diam. Aku paksa bangun menuju pantry, kebetulan masih ada stok keju parmesan yang harus segera di habiskan. Setelah adonan jadi, rasanya aku nyerah deh kalo mesti muter-muter gilingan mie (pasta maker). Akhirnya, minta tolong si Mas jadi tukang putar alatnya. Sejak beli alatnya, aku selalu kewalahan saat mau di gunakan. Ribet deh mesti muter trus pegang adonannya supaya gak miring waktu digiling. Dulu beli alat itu buat bikin kue pastel renyah ala sodaranya si Mas dari Madura, tapi gagal total. Trus agak optimis bakal digunakan lagi setelah kursus bikin Mie sama Nadrah di NCC yang hasilnya gak pernah dibikin sendiri di rumah, ngebayanginnya aja udah bikin nyerah. Terakhir yang rada berhasil ya waktu bikin Canolli dulu, which is bikin aku mau nangis ngeliat adonannya yang gak abis-abis. Setelah itu, alatnya nganggur aja di penyimpanan. Naaah...sekarang aku baru tau, kalo mau dipake, jangan lupa minta tenaga lepas buat jadi tukang putar...jauuuh lebih mudah...hehehehehe.... *hug@si Mas*

Karena di kerjakan berdua, prosesnya gak begitu lama. Gak sabar, aku langsung deh ambil wajan gede buat ngegoreng cheesestick. Waktu itu aku bingung gimana standar gorengannya. Jadi aku kira-kira aja. Semula aku coba goreng sebentar, saat adonannya udah terlihat mengembang, ya aku tiriskan. Rasanya enak banget, suka deh sama teksturnya yang renyah dan rasanya yang cheesy banget! Tapi dari bayanganku, cheesestick itu warnanya selalu kecoklatan (nah, di sini salahnya daku, mestinya kekuningan!). Jadi berikutnya aku goreng rada lama. Di tengah-tengah asoynya ngegoreng, si Sonny datang, dari muka-nya keliatan banget dia gak yakin. "Bi, ini mutung dak?" (bi, ini gosong gak?). Aku lihat lagi yang baru aku angkat, keliatannya sih gak gosong. Aku jawab ngasal "Ntahlah Son, Bibi juga gak yakin, tapi keliatannya asik aja tuh" sambil aku coba satu yang baru matang (waktu itu aku gak puasa karena mesti minum obat) dan menurutku rasanya oke aja tuh. Tapi setelah semua matang, aku heran kenapa keliatannya cheesestick ku jadinya malah lebih gelap dari waktu baru di goreng ya???

Saat buka puasa mulai deh pada nyicipin. Hum..rasanya yang kekuningan oke banget, si Mas aja suka banget trus bilang mendukung kalo mau bikin lagi, tapi yang kecoklatan?? pahit bangeeettt!!! sebelnya, semua udah tercampur dan yang pahit lebih banyak. Bang Iqbal pun bilang ada yang enak, ada yang pahit. Huhuhuhu...udah setengah matiiiiii marut keju, ngulenin sama ngegilas bareng si Mas, gagal total gara-gara salah urusan goreng, menggoreng. Setelah aku amati *ehem* memang mestinya gorengnya jangan terlalu lama, cukup sampai kekuningan aja. Soalnya minyak panas yang terserap dan menempal di cheesesticknya akan terus "menggoreng" cheesesticknya. So, itu sebabnya mengapa cheesestickku yang tadinya kecoklatan, malah jadi kehitaman setelah dingin. Karena ngeliat si Mas yang keliatan suka, aku jadi bertekad kuat *duileee* nyoba bikin lagi. Memang kalo mau menguasai membuat satu makanan, kadang harus gagal dulu, baru deh ngerti....learn the hard way! *giggles*


Malamnya aku cerita ke si Mas mau nyoba lagi sambil cerita juga kalo dulu Ibuku suka bikin keripik bawang yang enaaaak banget. Ibuku dulu bikinnya pake daun seledri dan bawang merah yang direbus. Lalu adonannya dipotong dengan pisau tipis-tipis. Karena di iris, kadang suka dapat kripik yang keraaas ketebalan...hehehe... tapi rasanya enak deh. Nah, aku jadi ada ide buat bikin kripik bawang lagi tapi dengan adonan yang sama dengan parmesan cheesestick yang tekstur renyahnya aku suka banget. Besok paginya, aku langsung nitip seledri dan bawang merah sama si Umi yang mau belanja buat lauk lebaran. Setelah semua bahan beres, mulai lah aku eksperimen bikin kripik bawang ala Ibuku dulu...eeeh, mestinya kali ini namanya bawangstick...hahahaha...

Kalo ibu dulu seledrinya di cincang halus, jelas aku gak serajin itu. Jadi seledri dan bawangnya aku blender aja dengan air. Setelah itu seledrinya aku saring dan tiriskan sampai airnya benar-benar abis. Masalah mulai timbul saat ngulen adonan. Bagaimanapun juga, seledri yang mengandung air, tetap akan menambah cairan. Tapi dengan penambahan tepung dan sagu, bisa didapat adonan yang bisa digilas dengan mudah. Untuk bumbunya, karena aku gak ingat Ibu dulu bikinnya pake bumbu apa (selain seledri dan bawang tentunya), aku tambahi kaldu bubuk aja *malas mikir*. Waktu di gorengpun juga gak lama, setelah agak kekuningan, segera aku angkat dan tiriskan. Setelah dingin, kripiknya kekuningan sempurna. O ya, kalo kripik bawang Ibuku warnanya putih kekuningan, punya ku ini rada kehijauan, karena seledrinya di blender kayak jus..hihihihihi...

Kali ini yang nyicip bang Baraq sama kak Ari yang buka puasa di rumah. Hasilnya??? mantaaaap.... pada suka tuh. Si Abel bilang enak, apalagi si Ayey bolak balik ngambil buat nyemil sambil nonton DVD di ruang tengah. Nah, jadi pede donk buat jadi cemilan toples lebaran. Waktu lebaranpun juga big hit tuh, toplesnya duluan abis dibanding kue lainnya. Well, gak melulu karena enak sih, bisa jadi karena tamunya pada bosen makan kue atau ngambil toples yang paling dekat aja...tapi gue tetep narsis abiiiiiiiiis...hehehehe....

Waktu bikin yang kedua kalinya ini, si Mas ngantuk berat abis beres-beres rumah. Terpaksa di bangunkan karena aku gak mau bikin kuenya belum selesai saat buka puasa (abang-abangku selalu buka puasa di rumah, rame-rame). Waktu itu si Mas nanya kenapa harus berdua, trus aku jelaskan repotnya kalo sendiri. Ada sih alatnya yang muter sendiri, aku tinggal megangin adonan aja (sekalian nambah fungsi mikser Kitchenaidku yang bengong aja dalam dus-nya). Setelah dengar penjelasanku si Mas langsung jawab "Gak pa pa deh aku muterin, ini kegiatan berdua sekali setahun..." so sweet n' romantic ya..!! ehem...padahal, dia tau aja kalo aku bakalan minta dibeliin...whoa ha ha ha ha....dasaaaaaaaarrrr!!!




KRIPIK BAWANG
By Camelia

(Modifikasi dari resep parmesan cheesestick Fatmah Bahalwan)

Bahan :

400 gr tepung terigu
300 gr tepung sagu
1 sdt garam
4 btr telur
40 gr mentega
150 gr bawang merah
70 gr daun seledri (daunnya saja)
100 ml air
2 sdm kaldu ayam/sapi bubuk (sesuai selera)

Cara membuatnya:

  1. Blender seledri dan bawang dengan air. Saring dan tiriskan hingga air habis. Sisihkan.
  2. Dalam wadah campur tepung terigu, tepung sagu, kaldu bubuk dan garam halus, aduk rata. Buat cekungan ditengahnya.
  3. Masukkan telur, aduk rata, beri campuran seledri dan bawang, aduk dan uleni sampai bergumpal, tambahkan mentega, uleni terus hingga kalis.
  4. Tipiskan adonan dengan bantuan mesin giling mie, secara bertahap hingga paling tipis. Taburi tepung sagu, teruskan menggiling dengan pisau mie lebar.
  5. Panaskan minyak jumlah banyak, goreng cheesestick hingga kekuningan. Angkat, tiriskan. Kemas dalam wadah rapat.
PS : Gunakan seledri dan bawang setelah benar-benar di tiriskan, apabila adonan terasa terlalu lengket untuk di gilas, tambahkan terigu dan tepung secara bersamaan sedikit-sedikit (misalnya, 1 sdm terigu, 1 sdm sagu) hingga adonan dapat digiling.

Saturday, September 3, 2011

Idul Fitri 1 Syawal 1432 H


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Taqoballahu Minna Wa Minkum. Taqobbal Ya Kariiim

Camelia & Hasyim


Wuiiih....mudah-mudahan belom telat ya ngucapin met lebarannya. Udah berkali-kali mau posting gak sempat-sempat. Mulai dari beberapa hari sebelum lebaran sampe lebaran ketiga kali ini, masih sibuk aja menyambut tamu-tamu dan sanak keluarga. I am so blessed.

Sempat rada bingung juga hari lebarannya kapan karena pengumuman dari pemerintah juga udah malam banget. Mudah-mudahan next time, sidang Isbatnya gak akan selama itu ya, dan bisa lebih fokus ke tujuan dari sidang itu sendiri. Karena kalo kelamaan, kasian ummatnya. Yang mau lebaran Selasa, harus bersiap-siap dan yang lebaran Rabu, mesti melanjutkan tarawehnya. Kasian kan kalo kemalaman?

Tapi aku senang banget, walaupun selama puasa jalan terus sama teman-temannya, tapi dari hari Senin, keponakkan ku yang paling besar, Sonny, nempel terus buat bantuin aku. Maklum, tiap tahun rumahku open house karena Papaku di tuakan di keluarga kami dan teman-teman Papa juga banyak. Jadi banyak yang mesti di siapkan. Mulai dari menyusun meja, menyiapkan perlengkapan makan, merapikan ruangan sampai menyiapkan makanan. Alhamdulillah, Sonny yang selama ini cuek bebek aja (biasa...cucu kesayangan Ibu-ku tuh!), lebaran kali ini terasa banget udah dewasa.

Di pagi lebaran sebelum ke masjid, dia udah bela-belain menemaniku menyiapkan makanan untuk pengurus masjid yang biasanya ke rumah selesai sholat Eid. Membuat minuman, menyusun kue dan menambahkan makanan yang kosong sepanjang hari. Sampai hari ini, dia masih membatu aku menyiapkan hidangan untuk tamu-tamu di rumah. Aku terharu banget karena aku yakin almarhumah Ibuku pasti akan bangga sekali melihat cucu-nya sekarang. Apalagi ternyata selama ini Sonny memperhatikan apa yang kami lakukan. Sesekali dia ngomong "Kalo Nenek dulu begini Bi, udah begini aja...". Mudah-mudahan kuliah Sonny lancar ya nak, doa Bibi selalu untuk Sonny supaya menjadi orang yang bermanfaat bagi agama, bangsa, keluarga dan masyarakat, Amiiin....

Karena keluargaku berlebaran hari Rabu (31/08/2011), malam sebelum lebaran, rumah udah rame. Ada para sepupu dan keponakkan yang datang membantu. Keponakanku Sonia dan anak-anak sepupuku Icha, Wawan, Ade, semua juga membantu menyiapkan piring dan segala macamnya. Para keponakan dan anak-anak sepupuku yang kecil heboh berlarian ke depan dan belakang rumah terus ke taman samping rumah untuk bermain kembang api. Lucu banget ngeliat si kecil Ayey (Arel) lari-lari kesana kesini bingung mau ikutan main yang mana...hahahaha... Karena persiapannya udah dicicil beberapa hari sebelumnya dan berkah bantuan sanak keluarga, semua urusan persiapan lebaran beres sebelum tengah malam. Biasanya, huuu...sampe subuh...hiihihihi...Walaupun capeknya ampun-ampunan, tapi senang deh. Di hari lebaran semua keluarga berkumpul, barcanda sana sini, trus ketawa ketiwi. So happy!

Papaku lebih hepi lagi karena tahun ini, pertama kali cucunya Abel dan Dea puasa full satu bulan penuh. Gak heran kalo di malam takbiran tampang mereka senyum lebar banget dan berdompet tebal waktu keluar dari kamar Datuk terima hadiah puasanya. Yep, pas puasa terakhir, mereka niat amat ke mall dulu beli dompet baru..hahahahaha....

Kalo urusan kue, rencanaku untuk bikin sendiri semuanya udah gagal total. Hanya sempat bikin sedikit aja dan pesan beberapa. Gara-gara pertengahan puasa terkena DBD *again*. Gak kuat harus bikin-bikin. Beberapa hari sebelum lebaran cuma sanggup bikin peanut butter cookies dan putri salju pesanannya Sonny, itupun sepupuku Tona yang mencetak, aku cuma ngadon doang. Sempat juga bikin kripik bawang seledri dibantu si Mas. Pokoknya semua terlibat...hahaha..

Rencana aku dan ipar-iparku untuk berseragam saat foto bareng pun gagal total. Pagi lebaran, aku ngakak abis waktu kak Ari cerita kalo seragamnya ancur dari penjahitnya. Gak lama setelah itu, eeeh...bajuku pun penuh tumpahan kuah tekwan n' sate...sampe kayak ada motif pulau begitu...Waduuuuh! memang kalo lebaran gak boleh ngetawain orang ya, balasannya cepat *hiiks!*. Jadinya cuma kak Ika dan mba' Dwi yang pake seragam dusty pink, sementara aku, terpaksa ganti baju lama yang merah mentereng...huuuuu...padahal, bela-belain nyiapin seragamnya jauuuuhh sebelum puasa...hahahaha...*terlalu niat siih!*

Banyak banget yang aku syukuri Idul Fitri kali ini. Namun yang paling penting, berhasil mengendalikan emosi. Aku gak marah waktu dokternya bilang aku mesti nambah demam 5 hari lagi baru bisa test DBD walaupun aku udah demam tinggi sampe menggigil dan keringat dingin selama 4 hari serta udah keluar bintik-bintik merah. Aku juga baru merasakan kalo memaafkan orang itu gak sesulit yang aku bayangkan. Semula gak terbayangkan bagaimana aku harus bereaksi apabila bertemu saudaraku sendiri yang aku anggap menyakitiku dan keluargaku lebaran kali ini. Ternyata, biasa aja. Papaku selalu bilang kalo maaf itu tidak terbatas. Tidak ada limit, tidak pilih-pilih dan harus selalu ada. Hum...setelah dicoba, memaafkan memang sulit kalau di bayangkan, tapi cukup mudah bila di lakukan...mudah-mudahan mulai dari Idul Fitri kali ini aku bisa jadi orang yang lebih sabar ya....Amiiiiiin.

*big big hugs*





O ya, ini foto si Mas (kiri) dan Abangku Riri (kanan) yang herannya tidur bareng melulu tiap sore selama lebaran. Pertama, sehari sebelum lebaran, ceritanya mau bantu-bantu, gak taunya ngilang ke kamar. Lalu di sore hari lebaran, sempat bingung waktu tamu-tamu nanya dimana mereka, kirain silahturahmi kemana gitu (tapi gak ngajak-ngajak!)..eeeh...gak taunyaaaa... begitu juga lebaran kedua...hahahahaha....