Wednesday, July 25, 2012

Classic Vanilla Marshmallow


Iiiih, sebel. Ribet deh pake blogger dengan format yang baru. Ini prasaan aku aja atau emang membingungkan yaaa.... hum, mudah-mudahan ntar aku terbiasa juga.

Nah, kali ini aku mau posting marshmallow made by me!! Whaaaattt...marshmallow??? yup yup! I love this little piece of fluffy stuff! Udah dari kapan-kapan pengen nyoba bikin sendiri. Mungkin lebih dari dari 5 tahun yang lalu kaliiii....*ya ampuuuun*. Dulu gara-gara ngeliat cara pembuatannya di Youtube. Kayaknya gampang bangeeet. Tapi gak jadi-jadi karena blom punya standing mixer yang gede... *alasaaaan* soalnya banyak juga video cara membuat marshmallow dengan hand mixser biasa.... eheemm...kayaknya emang malas doang siiih...hihihihihi.....mungkin dulu gak jadi-jadi bikin karena keliatannya ribet, mesti pake candy thermometer segala. Padahal pengen banget bikin sendiri, apalagi waktu itu, gak gampang nyari marshmallow. Biasanya cuma ada yang pake filling buat cemilan dan masih import segala. Sementara, aku sukanya yang  polos aja, yang bisa di jadiin topping minuman coklat hangat...hummm...yummy...

Aku suka banget hot cocoa dengan marshmallow. Ini kebiasaan dari host Mom ku dulu, Kendra Schulte. Di saat dinginnya winter di Minnesota, kita selalu bikin hot cocoa. Trus diatasnya diberi marshmallow mini, kalo diaduk, ikutan melted sama minuman coklatnya....yummeee... kebiasaan itu terus aku lakukan sampe jaman kuliah. Naaaah....setelah kuliah baru aku tau kalo marshmallow dibuat dari gelatine yang berbahan dasar hewani. Beberapa marshmallow yang dijual di pasaran mengandung gelatine babi *Masya Allah...* jadinya lama banget baru aku beli marshmallow lagi. Baru setelah kembali ke Indonesia, banyak dijual marshmallow dari gelatine sapi dan ada label halalnya. Apalagi sejak ikutan milis makanan dan bikin kue sendiri, aku mulai mengerti dan aware dengan gelatine yang aku gunakan. So, buat teman-teman sesama muslim, jangan ragu-ragu buat nanya kemasannya ke penjual gelatine yang menjual gelatine re-pack. Dulu aku milih gak jadi beli karena gak enak ngerepotin yang jual. Tapi sekarang gak lagi, tiap kali beli, aku selalu nanya merk dan kemasan untuk melihat label halalnya. Gak masalah itu dari majelis ulama Australia, Malaysia, Africa atau dari manapun, yang penting ada label halalnya.


So...beberapa bulan lalu, iseng ngeliat fb fondant tools-nya Dee Narin. Langsung mupeng abis ngeliat buku Marshmallow Madness. Gak pake nunggu, beberapa hari setelah nyolek Dee buat pesan buku di fb, bukunya sampe di Jambi dengan manisnya. Itu buku beneran lucu banget, gambar marshmallow warna-warni dan sampulnya pun empuuuk...hihihihi... Setelah di pelototin, di baca-baca dan dibawa tidur selama beberapa hari, kemarin aku mutusin buat nyoba bikin marshmallow dengan resep yang ada di buku. Kebetulan, waktu nemanin Papa ke Melaka, aku juga borong beberapa kotak gelatin halal, pas deh. Sebelum mulai, aku juga kasak-kusuk di Youtube, pengen liat gimana cara bikinnya secara live *duilee*.. nah! ternyata, Shauna Sever yang nulis buku, juga ada videonya disini. Selain itu, aku juga bandingin dengan beberapa video yang ada disini dan disini. 

Pada dasarnya, semua cara di video-video itu gak jauh beda. Cuma kalo versinya Shauna, gelatine setelah di kembangkan dengan air, dilarutkan lagi hingga cair dengan microwave atau uap panas. Sementara di video yang lain, cukup dikembangkan dengan air aja. Kali ini aku ikut exactly seperti yang tertera di buku, setelah di kembangkan, di cairkan lagi (aku pakai wadah tahan panas diatas panci berisi air mendidih). Tapi next time aku mau coba tanpa di larutkan, karena setelah itu akan dimasukkan syrup panas. Logikanya, itu gelatine setelah di siran syrup panas dan di kocok akan larut juga...so, next time aku coba dengan cara itu. Di salah satu video itu, juga ada yang gak pake candy thermometer sama sekali. Apabila gelembung mendidihnya sudah merata, dianggap cukup. Kali ini, aku ikut semua sesuai buku, aku hanya disaat kocokan terakhir, aku menambahkan beberapa tetes pewarna makanan (gel based) dan vanilla bean paste untuk membuat aroma vanilla nya lebih terasa.


Saran yang benar-benar berguna banget buat aku *hehe* yaitu menyiapkan semua alat dan bahan. Letakkan semua diatas meja supaya mudah diambil. Walaupun marshmallow disukai anak-anak, tapi karena membuatnya bakalan bikin kita berurusan dengan syrup panas, sebaiknya jangan libatkan anak-anak dalam proses pembuatannya. Semula aku sempat persimis karena adonan memang berubah menjadi putih susu setelah dimasukkan syrup panas dan di kocok, ternyata setelah dikocok lebih kurang 10 menit, adonan mulai mengembang dan kental. Aku rada nyesel juga gak jadi beli loyang silicone berbentuk standar. Aku punya yang bentuk mini cakes, itupun aku jarang pake karena aku agak ragu faktor safetynya. Jadi emang gak minat buat nambah koleksi loyang silikon. Tapi setelah melihat salah satu video tadi, kayaknya asik juga kalo nyetaknya di loyang silikon, pas mau di keluarin dari loyang, tinggal dorong doang. 

Anyway, caraku kemarin juga not bad koq, loyang aku olesi butter, trus aku lapisi kertas anti lengket yang sengaja aku sisakan beberapa senti disisi-sisi nya. Lalu aku olesi lagi dengan butter dan ditaburi campuran gula icing dan maizena. Hasilnya, gak kalah mudah mengeluarkan marshmallow dari cetakan. Setelahdi tuang dalam cetakan, ada yang bilang dibiarkan selama 3 jam dan ada juga 6 jam. Gak tau deh, mungkin karena di Indonesia suhunya lembab, aku sendiri baru bisa mengeluarkannya dari cetakan setelah dibiarkan hampir 12 jam.  Supaya cantik, marshmallownya aku potong-potong dengan cookie cutter lucu. Cara lain, bisa menggunakan gunting dapur dan pizza cutter. O ya, saat di keluarkan, jangan lupa alasi meja dengan koran bekas, baru deh angkat marshmallow dengan kertas pelapis loyangnya, letakkan diatas koran (bersama kertas pelapisnya ya, jangan langsung keatas koran, gak bersin n' lengket), potong-potong. Alas koran itu bergunaaa banget supaya gak berantakan, karena mashmallow lengket, bakalan sering ditabur dengan bahan taburan. setelah selesai, korannya tinggal di buang aja.

Rasanyaaa...??? enak! gak beda dengan marshmallow yang dijual. Lebih lembut dan lebih mudah lumer di mulut. Bikin aku penasaran dan ingin eksperimen dengan rasa yang lain. Kebayang deh vanilla extractnya aku ganti dengan essence orange atau leci...pasti seru! mau ikutan bikin??? ini resepnya yang aku terjemahkan ala kadarnya dan aku tambahkan cara yang aku gunakan yaaa....

CLASSIC VANILLA MARSHMALLOW
Shauna Sever

Bahan :

4 1/2 sdt gelatine bubuk tanpa rasa (gelatine yang aku gunakan, pas 1 sachet, 21 gr)
1/2 cup air dingin

3/4 cup gula pasir
1/2 cup corn syrup, bagi dua
1/4 cup air
1/8 garam halus

2 tsp vanilla extract
1/2 cup classic coating (cara membuatnya ada dibawah)

Cara Pembuatan :

  • Campur gelatine dan air dingin dalam mangkok kecil tahan panas dan biarkan selama 5 menit.
  • Aduk gula, separuh corn syrup (1/4 cup), air dan garam dalam panci ukuran sedang. Biarkan mendidih sambil sesekali diaduk hingga suhu mencapai 240F. 
  • Sementara itu, tuang separuh dari corn syrup (1/4 cup) kedalam mangkok mikser yang telah dipasang whisknya. Lalu microwave gelatine tadi selama 30 detik hingga larut dan mencair (kalo aku, letakkan mangkok berisi gelatine diatas panci berisi air panas, whisk hingga larut). Tuang kedalam mangkok mikser. Hidupkan mikser dengan kecepatan rendah.
  • Ketika larutan syrup sudah mencapai 240F, berlahan dan hati-hati, tuang syrup kedalam mangkok mikser. Setelah semua dituang, tambah kecepatan mikser hingga medium selama 5 menit, lalu tambah lagi hingga medium-high selama 5 menit lagi.  Matikan sebentar, masukkan vanilla extract (aku tambah pewarna pink dan vanilla bean paste) Lalu kocok dengan kecepatan paling tinggi selama 1 atau 2 menit. 
  • Bentuk akhir dari marshmallow adalah berwarna opaque putih, fluffy dan volumenya 3 kali lipat dari semula. Tuang kedalam loyang yang telah disiapkan, gunakan spatula untuk meratakan hingga ke sudut loyang. Ayak bahan campuran coating diatasnya. Biarkan set selama 6 jam (aku 12 jam) ditempat yang dingin dan kering (diatas meja aja...)
  • Gunakan pisau disisi loyang untuk melepaskan marshmallow dari loyang. Keluarkan marshmallow keatas tempat yang telah ditaburi bahan coating. Potong-potong (gunakan pizza cutter untuk bentuk kotak) atau sesuai keinginan. Lumuri lagi dengan coating hingga semua tertutupi coating. Sajikan.

CLASSIC COATING

1 1/2 cups gula confectioners (gula icing)
1 cup tepung maizena

Ayak dan campur rata kedua bahan. Siap digunakan. Simpan diwadah kedap udara.



Sunday, July 22, 2012

Buku : Sarabeth's Bakery, From My Hands to Yours

Haii...haiii...haiiii.... *hugs hugs*
Sedih banget deh ngeliat blog ku ini terbengkalai. Padahal udah beberapa kali berjanji sama diri sendiri akan segera baking n' update blog, tapi teteeeeeeppp aja gak jadi-jadi, adaaaaaa aja yang mesti di kerjain. Well, beberapa bulan ini emang bener-bener habis waktuku disita segala macam kegiatan dan keluargaku. Dimulai dari aku menemani Papaku check-up ke Melaka yang hasilnya Papa ternyata harus pasang cincin satu lagi di jantungnya *hiiks*..lanjut dengan si Mas dan Abang-abang ku sekeluarga yang kemudian nyusul, lanjut dengan tambahan perjalanan ke Singapore, trus nyampe Jakarta, liburan belum selesai, para keponakan dari sepupu nyusul juga dan lanjut liburan di Jakarta. Beberapa minggu lalu juga penutupan pengajian di rumah, Alhamdulillah, jamaahnya labih dari seribu-an. Memang sebelum Ramadhan, pengajian di rumah akan di tutup dulu, nanti dimulai lagi setelah lebaran haji.


Deuuuh...serba salah deh, Papaku memang orangnya aktif, gak betah di rumah. Padahal, aku sengaja ajak Papa stay agak lama di Jakarta sebelum pulang ke Jambi. Tapi yaaah, gitu deh, di Jakarta pun Papa gak bisa diam, hingga sekarang udah di Jambi lagi, tapi Papa tetap menyibukkan diri. Yah, aku bersyukur karena di usianya yang ke 73, Papa masih mau membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain, tapi memang kadang aku harus memaksa beliau untuk beristirahat. Hum...doakan Papaku agar selalu sehat yaa...


Anyway...
Karena ingin melakukan "pemanasan" buat daku supaya mulai rajin nge-blog lagi, aku milih posting buku dulu aja deh. O ya, makasih ya buat teman-teman yang bela-belain mengingatkan ku untuk ngeblog lagi, baik via comments, fb maupun email...*big big hugs*.Ini niih, akubat menunda kerjaan melulu, gak terasa aja lusa udah mau Ramadhan lagi. Tadi pemerintah memutuskan puasa pada hari Sabtu, 21 July 2012, karena aku ikut keputusan pemerintah, mudah-mudahan besok aku ada waktu untuk baking sebelum puasa dimulai.


So, buku yang mau aku review kali ini yaitu bukunya Sarabeth Levine, judulnya "Sarabeth's Bakery, From My Hands to Yours". Udah lama banget aku mau review buku ini, sejak aku nyoba bikin Black Beauty Cupcakesnya yang mengandung mayonnaise itu. Hasilnya benar-benar memuaskan, cakenya lembut walaupun gak pake telur sama sekali. Gak ada bagian dari isi buku yang aku gak suka. Terdiri dari 305 halaman (yep, beraaattt...), wajar kalo isi-nya sangat variatif, mudah dibuat dan keterangannya cukup jelas. Gak berlebihan kalo seandainya aku hanya bisa meilih satu buku saja, maka bukunya Sarabeth Levine ini akan menjadi pilihanku. I love it so much!

Aku mengenal nama Sarabeth gara-gara nonton acara-nya David Tutera. Waktu itu, David cerita kalo dia suka banget blueberry crumb pies dari Sarabeth's Bakery. Trus Sarabethnya diminta ngajarin cara bikinnya. Aku langsung suka banget ngeliatnya, naksir berat sama crumb pies yang dibikin. Udah di catat, tapi as always, aku gak bikin-bikin. Tapi aku selalu ingat kalo suatu saat, aku mesti coba bikin. Kebetulan aku mau minta tolong di orderin beberapa buku sama Bibi Rina waktu masih di Amrik (sekarang beliau pindah ke Canada...hiks!), sekalian deh nitip bukunya Sarabeth. Sempat kecewa karena gak ada blueberry crumb piesnya. Eeeh...ternyata ada, hanya di buku pake peach, tapi di bagian bawah ada cara konversi jadi blueberry. Mantaaaapppp....!!!


Ok, memang banyak buku resep di luar sana, bahkan di tulis oleh celebrity chef atau walaupun gak nge-chef banget tapi ngetop..*hihi* tapi aku akan tetap memilih buku ini karena semua ada didalamnya. Of course, walaupun semua ada, setiap resep di sajikan dengan sempurna. Jauh dari kata baking kue "masal". Resep yang di susun lebih berkelas namun sangat mungkin di applikasikan untuk hari-hari biasa. Tidak ada gambar dengan mesin maupun gadget keren di dalamnya. Hanya ada petunjuk dan keterangan yang sangat mudah dimengerti. Cerita singkat yang menjelaskan asal usul resep, membuat buku ini lebih menarik. O ya, Sarabeth's Bakery, juga terkenal dengan aneka selai-nya. Naah...suka deh ternyata di buku ini juga disertai beberapa resep selai, lengkap dengan cara pembuatannya.

Daftar isinya emang jempolan banget, terdiri dari beberapa kategori. Dimulai dari pengenalan aneka alat dan bahan yang digunakan. lalu beberapa chapter yang didalamnya ada beberapa resep yang mencakup aneka jenis. Mulai dari aneka pastry buat sarapan, cookies, sampe sorbet juga ada. Bagi yang suka bete sama resep yang pake bahan yang jarang ada atau pake self-raising flour (karena gak pernah punya stok di rumah) kayak aku, bisa lega. Karena hampir semua resep dibuku ini dibuat dengan bahan-bahan biasa aja. Gak ada yang terlalu aneh-aneh atau bahan yang susah dicari. Penasaran sama isinya?? nih, aku kasih tau kategori setiap chapternya. Masing-masing chapter minimal ada 10 resep.

-Foreword
-Introduction
-The Baker Pantry
Chapter 1 : Morning Pastries
Chapter 2 : Muffins and More
Chapter 3 : Bautiful Breads
Chapter 4 : Everyday Cakes
Chapter 5 : Party Cakes and Company
Chapter 6 : Paies and Tarts
Chapter 7 : Plain and Fancy Cookies
Chapter 8 : Spoon Desserts
Chapter 9 : Frozen Desserts
Chapter 10 : Spreadable Fruits
Chapter 11 : Frostings, Fillings and Sweet Sauces
-Sources
-Conversion Charts
-Index
-Acknowledgements



Lengkap kaaan......enjoy!



Thursday, July 19, 2012

Selamat Jalan Abah...

Hari Rabu, tanggal 11 Juli 2012...

Sore itu, aku dan si Mas menuju supermarket yang lumayan besar di Jambi untuk membeli segala kebutuhan rumah. Ketika naik ke mobil, aku sempat heran melihat si Mas yang memakai kopiah haji berwarna hitamnya, karena kami hanya ke supermarket saja. Tapi aku diam saja, lagi gak mood godain si Mas dengan kopiahnya. Di perjalanan aku "memaksa" si Mas untuk mampir dulu buat jajan pempek di dekat rumah Om-ku di Talang Banjar (Om Icot). Pas pesanan datang, si Mas menjawab panggilan di hp-nya. Aku baru mencicipi satu pempek, langsung berhenti karena bingung melihat mata si Mas yang berkaca-kaca. Dengan suara lirih, si Mas bilang..."Bapakku meninggal..."


Aku sempat terdiam selama beberapa detik mendengar kabar tersebut, sementara si Mas hanya menunduk menahan tangis. Segera Aku ajak si Mas menuju bandara yang kebetulan tinggal separuh perjalanan lagi. Jam di tanganku menunjukkan waktu jam 5.45, sepengetahuanku, pesawat terakhir dari Jambi-Jakarta jam 6 sore. Hanya ada waktu 15 menit untuk mengejar pesawat terakhir itu. Walaupun dalam hati aku merasa persimis, karena tanpa tiket, rasanya tidak mungkin, tapi aku tetap memberi semangat ke si Mas untuk menuju bandara. Bagaimanapun juga, Suamiku harus berangkat, Suamiku harus melihat Abahnya untuk yang terakhir kalinya, bagaimanapun caranya.

Di bandara, aku sedikit lega karena sahabat kami, Sandi yang sempat di telfon si Mas di perjalanan sudah terlebih dahulu ada di bandara. Seperti perkiraanku, pesawat terakhir penuh, tidak ada satupun kursi yang tersisa. Aku gak mau nyerah, aku berjalan memperhatikan siapapun yang berangkat dan berharap ada yang aku kenal yang bisa aku ganti tiketnya untuk si Mas. Sandi yang tetap berusaha di counter tiket, berhasil mendapatkan satu tiket dari penerbangan yang jadwal keberangkatannya delay dari yang mestinya berangkat sebelum pesawat terakhir tersebut. Walaupun hanya ada satu tiket, yang tentu saja saat itu hanya untuk si Mas, aku sangat bersyukur sekali. Alhamdulillah, suamiku yang hanya membawa baju dibadan, berkopiah hitam dan memakai sandal bisa berangkat ke Jakarta.

Di perjalanan pulang, aku hanya berdoa semoga si Mas dilancarkan perjalanannya, karena sampai di Jakarta, si Mas dan Mas Imron (Mas-nya si Mas) yang sedang berada di Jakarta harus melanjutkan perjalanan menuju Surabaya dan melanjutkan dengan mobil menuju Sampang, Madura, tempat Abah berada dan dimakamkan. Sampai di rumah, Papa, Abang dan sepupuku sudah menunggu, setelah Isya', kami membaca Yasin dan Tahlil untuk Abah. Malam itu juga, Aku dan Papaku memesan tiket untuk besok paginya menyusul suamiku. Papa yang aku sarankan untuk tidak ikut karena masih harus istirahat setelah pemasangan cincin di jantungnya tetap ngotot mau ikut takziah besannya itu. Akhirnya diputuskan untuk mengajak Zirin, keluarga kami yang akan mendampingi Papa hingga kembali ke Jambi karena aku akan tinggal bersama si Mas di Malang, hingga 7 hari meninggalnya Abah.



H. Abdul Hamid Ma'roef

Itu nama mertuaku. Ayah dari suamiku yang aku sayangi. Nama yang baru aku ketahui saat kami akan mencetak undangan pernikahan kami. Sebelum itu, aku hanya mengenal nama beliau sebagai -Pak Hamid-, Ayah dari Mas Hasyim, calon suamiku. Yep, hubunganku dan si Mas memang unik. Dari kenal biasa menjadi sahabat, kami menikah. Gak ada istilah pacaran lama. Karena si Mas bekerja di Jakarta, sementara keluarganya berada di Malang, aku tidak begitu mengenal orang tuanya. Aku hanya mengenal Mas Imron dan Istrinya, Mba' Anisa, karena mereka keluarga si Mas yang ada di Jakarta. Mas Imron dan Istrinya-lah yang mewakili keluarga si Mas datang ke Jambi menemui Papa untuk melamarku. 

Pertama kali aku bertemu kedua mertuaku saat mereka datang ke Jambi untuk menghadiri pernikahan kami. Pertama kali aku bicara dengan Abah, aku langsung merasa akrab. Abah orangnya ramah dan penyayang, tidak kaku seperti bayanganku. Di hari pernikahan kami, diatas pentas, Abah terlihat segar dan terus tersenyum hingga acara berakhir. Padahal, semula aku khawatir Abah akan kelelahan mengingat usianya (saat itu, usia Abah 81 tahun). Bahkan Abah sesekali mendatangi kami memberi semangat untuk aku yang mulai kelelahan menyalami para tamu.

Selama kami menikah, setiap kali si Mas menelfon Abah, beliau selalu menanyakan keadaan ku. Terakhir kali aku bicara dengan Abah via telfon, Abah mengajakku berdoa bersama agar kami segera di berikan momongan. Aku sangat terharu mendengar doa Abah, seakan beliau mengerti kegalauanku. Tepat 3 hari setelah 2 tahun kami menikah, didalam sujud sholatnya, Abah pergi meninggalkan kami untuk selamanya.


Abah, terima kasih untuk doa-doamu yang selalu mengiringi pernikahan kami, walaupun sekarang Abah sudah tidak bersama kami lagi, kami yakin doamu akan selalu ada untuk kami.

Selamat jalan Abah...semoga kebaikan hati dan amal ibadahmu mengantarkanmu untuk mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT....Amiiin...



Alfatehah ya untuk Abah...