Search This Blog

Showing posts with label cooking. Show all posts
Showing posts with label cooking. Show all posts

Monday, October 1, 2018

Rendang Daging



Hello...hello...siapapun yang masih baca blog Sayah...thank you yaah.... walaupun updatenya kembang kempis. Tapi sebenarnya udah beberapa kali bikin-bikin setelah postingan terakhir, tapi yaah...namanya mesti pake laptop tentu tidak segampang yang bisa dikirim via handphone kan? hiiks...alasan! tapi memang begitu koq, kayaknya terbantu banget kalo bisa dikirim seperti nge-mail aja. Mana opsinya sekarang macam-macam, selain FB dan IG, ada lagi Cookpad tempat orang-orang mencari dan berbagi resep. Lebih simple aja. Tapi yaaah tentu saja gak se-personal blog. Aku sendiri akan terus berusaha nge-blog, soalnya banyak banget ceritanya disini, undah kayak my online diary gituuu...

Well...
Sekarang aku mau posting resep rendang aja deh. Salah satu makanan kondang se-dunia yang sebenarnya asli Indonesia...ehem... makanan yang selalu hadir diacara besar maupun gak begitu besar dirumah...hehehehe... Rendang yang aku posting ini hasil mengingat-ngingat ajaran almarhumah Ibuku. Dulu sebelum berangkat merantau, aku dipanggil Ibuku. Dia nyuruh aku nyatat beberapa resep masakan yang menurutnya aku bakalan kangen selama jauh dari rumah, yaitu asam padeh, bistik ayam dan rendang!. Aku sih oke aja nulis semua yang disebutkan Ibuku, padahal waktu itu aku masih alergi banget masuk dapur (masih kelas 1 SMA euyy...). Gak heran, sampe berapa lama tamat kuliah, barulah resepnya aku praktekkan satu per-satu. Itupun setelah Ibuku saudah gak bersama kami lagi. Alfatihah ya buat Ibuku...

Nah, karena sering berpindah-pindah, buku catatannya pun entah kemana. Syukurlah aku udah pernah posting resep asam padeh ala Ibuku di blog ini. Tapi resep rendang dan bistiknya blom sempat. Alhamdulillah, Ibuku itu orangnya kalo menjelaskan suka memakai tangan dan aku anaknya visual banget. Jadi apa yang disampaikan ibuku terekam juga dikepalaku. Misalnya, seruas jari, ibuku langsung mempraktekkan pake jarinya. Jadi waktu aku mecoba membuat rendang beberapa waktu lalu, aku hanya bermodalkan mengingat omongan Ibu. Pertama aku catat bahan yang vital dalam pembuatan rendang, seperti santan dan cabe, barulah selanjutnya aku mengingat bumbu lainnya dari bayanganku sewaktu duduk bersama Ibu. Syukurlah, sepertinya berhasil aku susun lagi resepnya. Rasa rendangnya cukup enak dan terasa authentic. Bahagiaaaaaa banget rasanya. Memang, kadang-kadang hal kecil kita ingat lagi dan kita hargai disaat orangnya sudah gak ada yaa...jadi kangen Ibuku :-(



Oya, ada pesan Ibuku soal rendang ini (maklum, Ibuku berdarah Pariaman-Kerinci), beliau wanti-wanti selalu memakai santan segar. Akan beda rasanya kalau santan segar diganti santan kemasan. Tapi kalo kepepet, gak papa. Tapi harus diingat kalo pakai santan kemasan, mesti lebih kental. Kalau aku sendiri selama proses memasak rendang itu sambil mencatat beberapa hal. Yaitu selalu gunakan panci yang beralas tebal, agar rendang tidak cepat gosong dan cukup waktu untuk mengempukkan daging. Cara mengaduk juga harus berhati-hati, sebaiknya diaduk balik dari pinggir wajan/panci dari pinggir, kebawah lalu ketengah secara berlahan agar daging tidak hancur. Ada orang yang suka ditumis dulu dengan sedikit minyak bumbu dan dagingnya, ada juga yang langsung dimasukkan semua bahan. Aku pake yang ditumis dulu sebentar dengan sedikit minyak. Tapi aku rasa mau langsung juga gak begitu signifikan bedanya.

Ibuku pernah bilang, perempuan Minang itu kreatif mengatur menu tanpa ribet. Hari ini bikin gulai daging, trus dipanasi jadi kalio, dipanasi lagi jadi rendang...hehehhe... ada beberapa orang menganggap saat menjadi "Kalio" itu sudah dikatakan rendang. Tapi sebenarnya rendang itu dimasak lebih lama lagi daripada kalio. Kuahnya jadi kehitaman. Kalau mau menjadi rendang, saat mulai menjadi kalio maka harus lebih rajin diaduk agar tidak gosong. Ada juga yang setelah menjadi rendang, diberi kelapa sangrai yang sudah dihaluskan menjadi bubuk. Tapi kalo aku gak pake, selain karena rada ribet, ibuku juga gak ngajarin begitu. Tanpa tambahan itupun, rendang ini sudah cukup nendang koq rasanya dan siap-siap serumah jadi wangi rendang selama pembuatannya.

Sooo...bagi yang mau nyoba bikin rendang, dan belum punya resep andalan, silahkan dicoba rendang ala Ibuku ini ya. Disini semua takarannya aku pake gram aja, karena menurutku kalau pake jari, kasian yang jarinya gak se-gembul jariku...bisa kurang bumbu...hahahaha....




RENDANG DAGING
Hj. Ani Farida Hasip

Bahan :
1 kg daging sapi, paha (potong-potong sekitar 25-30 potong/kg).

Bumbu diblender :
250 gr cabe merah keriting
150 gr bawang merah
50 gr bawang putih
15 gr jahe
15 gr lengkuas
3 butir kemiri

3 batang sereh, ambil putihnya saja, geprek
Daun kunyit sobek-sobek, buat simpul
Minyak sayur untuk blender bumbu (dipakai untuk menumis)
1,5 liter santan dari 4 butir kelapa
Garam halus secukupnya.


Caranya :


  • Blender bumbu dengan minyak sayur hingga benar-benar halus.
  • Tumis bumbu hingga aromanya keluar, masukkan daging, aduk rata, biarkan hingga air dari daging berkurang.
  • Masukkan santan, daun kunyit dan sereh. Aduk rata. Gunakan api kompor sedang saja. Sesekali diaduk agar santan tidak pecah.
  • Setelah bumbu dan santan menyatu dan terlihat seperti kalio, keluarkan daun kunyit dan sereh. Beri garam. Aduk, koreksi rasa. Masak dan aduk berlahan hingga rendang mengering dan berwarna coklat tua.
  • Untuk mendapatkan rendang yang pekat, aduk balik berlahan lebih sering agar rendang tidak lengket dipermukaan wajan/panci. Setelah berwarna coklat tua atau kehitaman, angkat.














Tuesday, October 25, 2011

Ayam Lemon

Sebelum telat, mesti buru-buru setor laporan buat ikutan Chinese Food Week-nya milis NCC tercinta nih. Apalagi udah bertebaran resep-resep Chinese food setoran teman-teman, waaah, tambah semangat mesti nyobain masak juga. Apaaaa??? Masaaaak??? hahahaha...yep! kali ini aku pilih masakan, walaupun aku malas banget kalo disuruh masak. Abisnya, nyiapin bahan aja udah ribet gitu, blom lagi aku suka bingung nentuin asin manis-nya. Tapi kalo masakan Chinese kan beda, bikinnya lumayan praktis, tapi rasanya enak-enak lho. Ini salah satu jenis makanan favoritku, apalagi restoran Cina emang ada hampir di seluruh dunia (masih kebayang, aku cuma bengong aja ngeliat Chinese resto di Lahore yang dibanjiri pembeli..hihihihi). Dulu jaman kuliahan, dikulkas udah tertempel menu dari resto Cina langganan. Selain delivery-nya cepat, harganya-pun murah. Kalo untuk rasa, jangan di tanya deh, udah pasti uenak apalagi kalo ayam schezuan-nya pake nasi hangat....hajaaaarrr...

Nah, buat Chinese Food Week, aku pilih Ayam Lemon. Kebetulan semua bahannya ada di rumah. Biasaaa....punya stok lemon banyak buat diminum pake air putih setiap pagi...*mestinya*... Resepnya aku ambil dari buku Masakan Cina Populer-nya Yasaboga. Aku dapat bukunya waktu beres-beres barang-barang peninggalan Almarhum abang Sadatku dulu. Dia emang suka banget masak sendiri selama di rantau, kalo pulang ke Indonesia, ya suka beli-beli buku masakan gitu. Bukunya aku simpan karena dikasih nama sama bang Sadat. Senang deh, akhirnya datang juga kesempatan buat nyobain resep-resepnya. Apalagi rata-rata resepnya mudah buat dibikin. Alfatihah buat abangku ya...*hug*

Pagi tadi, mulai deh aku potong-potong ayam. Tinggal campur bahan-bahannya, udah siap buat di goreng. Dalam campurannya, aku tambahkan bawang putih bubuk, selain untuk memperkaya rasa, kebetulan juga aku punya, biar abis maksudnya...hehehe... setelah itu langsung goreng. Alhamdulillah kali ini urusan goreng menggorengnya gak pake lari tunggang langgang, semua berjalan lancar...hahaha... Bikin sausnya juga cepat. Di resep memang tertulis menggunakan 3 buah lemon, tapi aku kebayang pasti asem banget soale lemon yang aku punya gede-gede, so aku pake 2 butir aja. Jumlah gulanya pun aku tambah untuk mengimbangi kecutnya lemon. O ya, gak sia-sia deh aku dibikinin si Mas kebun mini di samping rumah. Aku nanam kunyit, jahe, basil, kencur, kemangi...pokoknya macam-macamlah. Semua ditanam di dalam pot. Jadi tadi, pas butuh jahe, aku tinggal ambil. Suka ih!..hihihihihi...

Setelah selesai, aku cicipi ayamnya dulu...humm..enak deh, so tasty! trus aku celupin ke sausnya, pertama terasa asamnya lemon, lalu terasa manis dan segarnya... I like it!!! Kayaknya, pada dasarnya ini seperti saus asam manis, tapi karena asamnya diganti lemon, jadinya lebih segar. Untuk ayamnya, selain saus lemon kayaknya juga bisa dikasih saus macam-macam buat nambah varian lauk. Pokonya, resep ini bakalan jadi andalan aku deh kalo kepepet mesti masak.

Ini resepnya yaaa....


AYAM LEMON
Yasaboga

Bahan :

2 bh dada ayam
1 sdm kecap ikan ---> aku pake kecap asin biasa
1/4 sdt merica bubuk
1 btr putih telur, kocok
2 sdm tepung maizena
---> aku tambah 1/4 sdt bawang putih bubuk

Campur semua bahan diatas.

Saus :

3 bh jeruk lemon, ambil airnya-->aku hanya pake 2, karena lemonnya besar
1 sdt jahe muda parut
1 sdm jahe iris bentuk korek api
250 cc kaldu ayam
2 sdm gula pasir ---> aku 4 sdm
1 sdm daun bawang iris halus
1 sdm tepung maizena dicairkan dengan sedikit air

Caranya :

  • Goreng irisan daging ayam satu persatu hingga kecoklatan, tiriskan.
  • Campurkan air jeruk lemon, jahe parut, irisan jahe dan kaldu, didihkan. Masukkan gula dan ketalkan dengan tepung maizena, masukkan gorengan ayam dan daun bawang. Angkat dari api. Sajikan.
PS : Saranku, untuk mendapatkan keasaman yang pas, sebaiknya air lemon dimasukkan sedikit-sedikit sambil dicicipi. Sebelum maizena di masukkan, saus masih bisa di utak atik, bisa di tambah air lemon atau pun gula sesuai selera. Setelah terasa pas, baru masukkan maizena yg telah di larutkan dengan air.






Sunday, July 31, 2011

Nasi Minyak

Nasi minyak bisa dikatakan udah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jambi. Terutama di kota Jambi sendiri. Waktu kecil dulu, aku suka sekali kalo Ibuku bawa aku ke acara yang ada nasi minyaknya. Aku akan bisik-bisik ke Ibuku supaya nasiku di tambah...gak heran, dari kecil aku emang gembul koq...hihihihi... Biasanya nasi minyak di sajikan di acara-acara penting, seperti akikah, sunatan hingga pernikahan. Temannya nasi minyak, paling umum adalah kari, tapi di acara-acara hajatan, tentu saja tidak sekedar di sajikan dengan kari dan sambal nenas seperti di warung, tapi ada malbi, rendang, sambal goreng kacang panjang, dan acar ketimun, komplit dah! Pendampingnya tergantung daerahnya, di kampung Papaku di Matagual, pake daging masak itam (mesti belajar nih!). Kalau datang ke acara di seberang kota Jambi, aku suka makan nasi minyak dengan tepek ikan khas daerah itu....humm...yum! yum! (masih nunggu teman yang orang seberang minta resep tepek ikan dari nyokapnya...hihihihi).

Kalau di rumahku, urusan nasi minyak selalu diserahkan ke Mudo Tarmizi (Mudo=Paman), beliau masih keluarga Papaku. Udah dari jaman aku SD, Ibuku hanya percaya dengan mudo Mizi (panggilan beliau) untuk nasi minyaknya. Tiap ada acara, mudo Mizi selalu dipanggil ke rumah. Sudah ada tungku dan panci besar yang disiapkan khusus untuk bikin nasi minyak ini. Dengan gesitnya, mudo Mizi udah belanja bahan dan menyiapkan kayu bakarnya. Begitu pula kalau keluargaku bikin acara di dusun, mudo Mizi-pun akan di bawa serta beserta peralatannya. Walaupun sejak Ibuku udah gak ada, kami mulai memakai jasa catering (kalo dulu Ibuku selalu masak sendiri, berapapun jumlah tamunya *love you Bu!*), kami hanya pesan lauk pauk saja karena untuk nasi minyak, hingga kini masih dibuat oleh mudo Mizi di samping rumahku. Nasi minyak ada beberapa versi, ada yang warnanya kuning, ada yang kemerahan dan ada yang kecoklatan. Nasi minyak buatan mudo, termasuk yang berwarna kecoklatan. Aku dan abang-abangku selalu merasa nasi minyak buatan beliau memang yang paling enak.

Di hari-hari tertentu seperti pembukaan ataupun penutupan pengajian, juga pada hari besar Islam (seperti maulid Nabi Muhammad dan Isra' Mi'raj), acara pengajian di rumah menjadi lebih panjang karena penceramahnya akan lebih dari satu orang. Hidangannya pun akan beda dari biasanya. Di hari itu, yang di sajikan yaitu nasi minyak dan lauk pauknya. Begitu pula hari Selasa lalu, karena udah mau puasa, pengajian di rumah ditutup sementara, dan akan di buka lagi setelah lebaran nanti. Mudo Mizi sudah diberi tahu jauh-jauh hari (kebetulan beliau aktif di pengajian juga) untuk membuat nasi minyak, katering juga sudah di hubungi. Aku, abang-abangku dan ipar-iparku diwanti-wanti oleh Papaku untuk bantu-bantu di hari penutupan itu. Karena seperti biasanya, tiap kali penutupan ataupun pembukaan pengajian, peserta pengajian yang hadir akan lebih banyak dari biasanya. Saat begitu, Papaku paling alergi kalau makanan kurang. Dia bisa bete berat kalo ada tamu yang tidak kebagian makanan.

Ternyata, jumlah jamaah yang datang melebihi perkiraan. Biasanya berjumlah ratusan orang, di acara penutupan Selasa lalu jauh melampaui angka seribu orang. Alhamdulillah, tentu saja ini merupakan berkah untuk keluargaku. Di tengah-tengah acara, mudo Mizi diajak kak Ika keluar untuk melihat jumlah tamu yang membludak, karena sepertinya pesediaan nasi tidak mencukupi, mudo minta tambah 3 karung beras lagi yang tinggal di jemput di toko milik keluargaku. Untuk tambahan lauknya, cukup dibeli dari beberapa rumah makan. Alhamdulillah, hingga akhir acara, baik nasi maupun lauk-pauk, cukup untuk semuanya. Salut banget sama mudo Tarmizi yang sempat masak nasi putih dari 3 karung beras (60 kg) yang selesai tepat saat waktunya makan.

Selesai acara, aku dan kak Ika ngebayangun sepertinya asik juga kalo bisa bikin sendiri. Tentu saja, bukan untuk skala besar seperti mudo Mizi (kalo itu, ya jelas gak gampang, karena teknisnya pasti beda), tapi untuk di kosumsi di rumah aja, kalo lagi kangen nasi minyak. Kita sepakat buat nanya langsung sama ahli-nya, ya mudo Tarmizi sendiri. Hari Kamis pagi, waktu aku dan kak Ika ngobrol di ruang tengah, mudo Mizi-pun muncul, ikutan ngobrol bareng. Kak Ika langsung nanya resep nasi minyak. Ternyata mudo gak pelit resep, beliau langsung nyebutin bahan-bahan dan caranya yang langsung di catat sama kak Ika. Tapi karena mudo biasa bikin dalam jumlah banyak, resepnya pun per-20 kg-an. Kita sempat ketawa geli ketika mudo bingung menjelaskan soal takaran, banyak yang sulit untuk di tebak jumlah pastinya. Misalnya, untuk garam, mudo pake ukuran genggam, tentu saja ukuran genggaman tangan mudo Mizi sendiri, dengan polosnya mudo menerangkan kalo genggamannya keatas, bukan genggam kebawah karena nanti jumlahnya akan beda...hahahahaha....

Mendengar suara kami, Papaku keluar dari kamar, ikutan duduk dan mulai bicara soal persiapan penutupan pengajian di dusun hari Jum'at lalu. Sayang banget mudo Mizi hari Jum'at itu udah di-booking buat masak di acara orang lain. Semula Papa minta aku dan kak Ika belanja bahan untuk di masak di dusun. Tapi karena jalan sedang jelek-jeleknya, biasanya ke dusun cuma 2 jam, sekarang bisa hampir 4 jam, khawatir bahan mentahnya gak akan segar lagi sampai di sana. Papa setuju lauknya di masak di rumah Jambi aja, lalu di masukkan ke termos-termos besar (Ibuku punya buanyaaaak termos gede, lihat hasil bongkar gudangku di sini). Kata mudo, Ibuku dulu juga pernah begitu, jadi keluargaku yang di dusun cuma masak nasi putih dan nyiapin piring-piring saji saja (di sana, gak pernah prasmanan, selalu di sajikan). Mudo-pun setuju untuk membantu memasak kari yang jadi salah satu lauknya, nanti akan di antarkan ke rumahku Jum'at pagi (kari made-in mudo Tarmizi enak juga lho..).

Hari itu juga aku, kak Ika dan mudo Tarmizi pergi belanja bahan di pasar Angso Duo. Di perjalanan mudo Tarmizi lanjut bercerita tentang pembuatan nasi minyaknya. Untuk bumbunya, mudo menyebutnya "bumbu laut'. Tinggal bilang ke tukang bumbu berapa jumlah beras yang akan dimasak, nanti di buatkan oleh yang jual. Aku sempat lesu karena kalo bumbunya di giling, hopeless dah buat tau campuran bumbunya. Ternyata kata mudo bumbunya utuh, cuma di campur saja, nanti di hancurkan sendiri. Sampai pasar, aku dan kak Ika ogah turun dari mobil. Lha di dalam mobil aja, bau pasarnya udah menyengat banget, belom lagi keliatan becek di sana sini. Pasar Angso Duo ini pasar terbesar di Jambi, tapi udah tua bangeeeet. Terkesan kotor dan baunyaaa...ampun dah. Makin lama makin gak teratur aja. Gak sabar ngeliat pasar ini pindah ke tempat yang layak (udah lama banget cerita pindahnya tapi blom pindah-pindah juga). Ibuku dulu suka belanja di pasar ini, karena apa aja ada, seperti one-stop-shoppinglah...hihihihi... Syukurlah mudo Mizi langsung menawarkan diri buat turun sendiri, jadi kita berdua nunggu di mobil aja, sementara mudo yang belanja belanji...whoa ha ha ha ha...

Mudo Tarmizi ternyata gak cuma beliin kita bumbu laut aja, tapi lengkap dengan minyak sayur, minyak samin, susu dan saos tomatnya sekalian supaya bisa langsung belajar bikin...hahahaha... abis belanja, aku dan kak Ika ke seberang kota nganter mudo Mizi pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, gak sabar aku dan kak Ika buka bungkusan "bumbu laut" yang di beli tadi. Bumbu yang di beli untuk 20 kg beras. So, rempah yang udah di campur, kita pisahkan berdasarkan jenisnya, di timbang, lalu di catat. Semua bumbu dibagi 4 (untuk ukuran 5 kg beras), termasuk jumlah minyak samin-nya. Kemarin, kak Ika datang bawa sebaskom nasi minyak buatannya. Rasanya udah mirip dengan buatan mudo Tarmizi (ya gak mungkin sama lah, kan tangannya beda). menurutku udah enak koq. Tapi karena kak Ika pake beras pulen yang ada di rumahnya, nasi minyaknya terasa agak terlalu lembut. Memang saat memberikan resep, Mudo spesifik sekali menyebutkan merk "beras anggur" untuk nasi minyaknya. Aku gak tau di luar Jambi ada apa tidak beras anggur, tapi untuk gambaran, beras anggur ini kalo di masak, gak terlalu nempel satu sama lainnya. Lembut tapi tetap bisa di hambur *bingung nyari kata yang tepat* kira-kira begitulah....

Ngeliat keberhasilan kak Ika bikin nasi minyak kemarin, aku pun jadi penasaran pengen nyoba bikin sendiri juga. Karena kak Ika bikin 5 kg, dan hasilnya banyak banget, bumbu yang sudah di hitung untuk 5 kg beras, aku takar ulang sehingga pas untuk 1 kg beras saja. Saat lagi asik-asiknya ngitung-ngitung bahan siang tadi, mudo Mizi mampir kerumah. Kebetulan taman samping sedang di perbaiki, mudo aku ajak ngeliat tukang yang sedang kerja. Mudo langsung nanya dimana tempat dia masak nasi minyak nantinya. Tukang pun menjelaskan kalau nanti akan di bikin tungku permanen yang bulat untuk panci masak mudo Tarmizi yang gedeee banget! Mendengar akan ada tungku, mudo Tarmizi menolak di buatkan tungku tertutup. Beliau minta dibuatkan tungku biasa saja. Alasannya, kalau tungku biasa, apinya bisa di atur. Saat nasi siap untuk di tanak, kayu apinya akan di tarik keluar unuk mendapatkan api yang sangat kecil. Omongan mudo ini aku ingat-ingat, sehingga pas aku nyoba bikin sore tadi, aku menggunakan api yang sangat kecil untuk menanak nasi.

Untuk proses pembuatannya, mudo cerita kalau beliau menggunakan cara pembuatan yang beda dari biasanya. Misalnya, kalau di tempat lain bumbu lautnya digiling halus dan dimasak dengan nasi, sementara kalo versi mudo Tarmizi ini, bumbunya ditumbuk kasar, di rebus hingga mendidih, ampasnya dibuang dan yang di gunakan adalah airnya saja. Di bantu kak Ika, sore tadi mulailah aku bikin nasi minyak. Proses pembuatannya sebenarnya sederhana banget, apalagi kalau gak banyak. Yang perlu di perhatikan saat beras di aron, pada tahap ini, beras harus diaduk terus menerus supaya bumbunya rata dan tidak lengket di panci. Setelah adonan di aron, tutup panci rapat-rapat, sambil sesekali diaduk-aduk hingga nasi tanak. Mulai dari menumis bumbu hingga menanak nasi, cukup menggunakan 1 buah panci saja. Saat beras mulai diaron, api nya cukup kecil saja. Menggunakan panci yang beralas tebal merupakan syarat mutlak agar matangnya rata dan tidak mentah. Setelah matang, sajikan dengan taburan bawang goreng. Sayang, aku tadi udah terlalu capek bikin nasi minyak (sambil nonton dvd rame-rame siih...hihihihi) jadi udah gak sanggup bikin kari. Bawang goreng pun juga lupa di siapin. Untung deh, ada ayam goreng dan rendang buatan si Umi untuk persiapan sahur nanti udah matang. Yummeee!!! Fotonya pun ngebut, karena udah mau berangkat tarawih bareng (Papaku, si Mas, bang Riri, Kak Ika, Dea, Tona, dan keponakannya Icha). Besok udah puasa, cihuy!

Ini resepnya ya...



NASI MINYAK

Mudo Tarmizi-nya Camelia

Bahan :

1 kg beras (jangan gunakan beras yang pulen)
60 gr minyak samin
6 sdm minyak sayur
5 btr bawang merah, iris
5 btr bawang merah (untuk dihaluskan)
5 btr bawang putih
1 ruas jahe (lk. 3 cm)
100 gr saus tomat
1 btr tomat, iris kasar
3 btg daun bawang, iris
1/2 - 1 sdt bumbu kari bubuk (sesuai selera)
10 btr merica hitam (ini tambahan dari aku aja)
600 ml air
100 ml susu cair
1 sdm kaldu sapi bubuk
1 sdm garam (sesuaikan)
1 sdt gula (susuaikan)
Beberapa lembar daun kari



-----> giling halus bawang merah, bawang putih dan jahe


Bumbu yang di tumbuk kasar (bumbu laut) :

4 bunga lawang (pekak)
14 btr kapulaga putih
10 btr kapulaga hijau
1 biji pala
12 btr cengkeh
1 sdm adas manis
2 bunga pala kering (aku gak pake)

Caranya :

Didihkan air bersama bumbu yang dihancurkan kasar, (dan merica hitam bulat) biarkan hingga benar-benar mendidih (gunakan api sedang saja), saring, ambil airnya saja, sisihkan.
  • Dalam panci yang beralas tebal, panaskan minyak sayur dan minyak samin. Masukkan bumbu halus, bumbu kari dan bawang merah iris. Masak hingga bawang kekuningan.
  • Masukkan tomat, aduk. Tambahkan saus tomat dan separuh air yang sudah di bumbui tadi (agar saus tomat tidak mengering dan lengket). Aduk.
  • Masukkan garam, kaldu bubuk, bumbu kari dan gula. Aduk-aduk hingga larut. Setelah mendidih, masukkan sisa air, susu daun kari dan daun bawang, aduk hingga mendidih dan tomat terlihat mulai hancur.
  • Kecilkan api, masukkan beras yang telah di cuci, aduk hingga rata. Aduk terus hingga beras aron. Tutup rapat, sambil sesekali di aduk, hingga nasi matang.

PS : Jumlah air, sesuaikan dengan jenis beras. Kalau beras yang pulen, tentu airnya harus sedikit dikurangi agar nasi tidak terlalu lembek. Apabila nasi masih terasa mentah, namun nasi sudah mengering, boleh di tambahkan air sedikit-sedikit sambil diaduk. Gunakan api kecil agar nasi benar-benar tanak.

-SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DI BULAN RAMADHAN-

Wednesday, May 11, 2011

Zuppa Soup & Rough Puff Pastry



Sejak lama aku pengen punya softbox rumahan seperti yang di posting sama teman milisku, Citra. Minta di bikinin sama bu Cit juga gak mungkin, gimana bawanya ke Jambi euy! gak ada pilihan lain selain bikin sendiri. Untung aja cara pembuatannya udah di posting sama bu Cit di blognya. Bahan-bahannya udah aku cicil sampe lengkap, tapi blom sempat juga di bikin (selain gak sempat, honestly, aku juga lagi malas mikir *hehe*). Padahal, abangku, si Riri dan temannya si Dayat, bela-belain nemanin aku keliling beberapa toko kelontong buat nanyain kardus gede. Tapi gak dapat juga. Asemnya, nanya beberapa orang yang kira-kira punya tv baru, jawabannya sama "Tv nya flat screen...dus-nya tipis!"...halaaaah....

Beberapa hari lalu, si Mas menawarkan diri buat bikinin. Padahal dia keliatan capek banget pulang kerja...hummm...(love you Mas! *ehem*). Kita ke lantai atas, cari kardus yang di pake buat nge-pak barang di rumah. Ketemu satu kardus kotak rokok yang lumayan gede dan kita langsung bikin. Kalo gak salah baru selesai jam 1-an malam. Besok paginya pun sebelum kerja, si Mas masih bikin-bikin. Setelah selesai, kita coba foto-foto, ternyata memang boxnya kecil, jadi susah buat foto. So, kemarin waktu jalan ke mall, sekalian beli styrofoam guedeee... tadi pagi, styrofoamnya dibikin softbox yang baru sama si Mas, lebih gedeeee dan lebih leluasa pakenya...horeeeee.... *big big hug @ si Mas*

Nah, kali ini aku mau posting zuppa soup. Selama ini aku gak kepikiran mau bikin zuppa soup karena menurutku biasa aja. Enak tapi gak sampe doyan. Kalo ada, ya aku makan, kalo gak, ya gak pa pa, gak berusaha nyari juga. Tapi, waktu resepsi pernikahan Abangku, Iqbal di Jogja, salah satu menunya ada zuppa soup. Aku benar-benar takjub ngeliat keponakanku si Abel dan Dea bolak-balik ngambil sup krim dengan tutup pastry itu. Kata kak Ari dan kak Ika, Abel n' Dea emang zuka zuppa soup, kadang ke resto cuma buat makan itu doang. Waaah...aku langsung berniat pengen nyoba bikin sendiri, supaya keponakanku bisa makan sepuasnya. Tapi, seperti biasanya, cita-citaku gak langsung terwujud. Adaaaa aja yang bikin gak jadi. Beberapa hari lalu si Dea sakit tenggorokannya dan aku janji mau bikinin cream soup....sampe si Dea sembuh, blom di bikin juga....hahahaha... Akhirnya kemarin, pas jalan sama Dea n' Abel, aku janjikan zuppa soup hari ini. Kemaren gak bisa bikin-bikin dulu karena di rumah lagi pengajian. Btw, buat teman-teman di Jambi, boleh lho ikut pengajian di rumah ortuku, tiap Selasa habis Dzuhur. Jangan lupa bawa mukena karena sholat Ashar bareng. Boleh ajak nyokap, bokap, adek, kakak...terserah, terbuka untuk umum koq.

Back to zuppa soup, untuk sup krimnya aku pilih pake resepnya NCC, karena menurutku simple dan potensi gagalnya hampir gak ada. Cuma yang jadi masalah, ya puff pastrynya. Di Jambi gak ada (atau blom ketemu) puff pastry frozen yang siap pakai. Jadi ya harus bikin manual!! karena udah punya buku "Pastry"-nya Michel Roux, aku jadi "sok" pede mau bikin puff pastry sendiri. Di bukunya (nanti aja aku review bukunya ya...) ada 2 jenis puff pastry yang di ajarkan. Pertama, classic puff pastry yang pembuatannya memakan waktu ber-jam-jam, bentuknya seperti puff pastry yang biasa dibeli, tebal dan berlapis banyak. Sedangkan yang satu lagi, rough puff pastry, cara pembuatannya jauh lebih simple dan gak perlu masa tunggu yang lama. Pastry jenis ini hanya mengembang sekitar 75% dibandingkan dengan classic puff pastry.

Rencana awal, tentu saja aku sangat yakin mau bikin classic puff pastry. Keliatannya gak sulit, apalagi ada foto step-by-step nya. Tapi setelah aku baca berkali-kali, sebaiknya aku realistis aja *hihi* ngeliat prosesnya yang butuh waktu berjam-jam dan proses gilas yang gila-gilaan. Aku berubah fikiran, ku putuskan bikin rough puff pastry aja. Lagian, di buku juga ada resep pie daging yang di tutupi adonan rough puff pastry. So, dalam bayanganku akan tetap oke juga kalo di pake buat zuppa sup. Walaupun pembuatannya lebih simple, tapi tetap ada proses gilas yang bikin aku semaput. Sampe aku ngetik sekarang, jariku masih terasa cenat-cenutnya...hiiiks! padahal, pas nipisin adonan sebelum di gunakan, aku udah gak sanggup lagi, akhirnya minta tolong si Mas yang duduk nemanin aku (hihihi...apes banget ya si Mas...). Setelah itu, langsung aku potong-potong sesuai dengan ukuran mangkok.

Waktu aku coba panggang di oven, aku sempat panik karena puff pastrynya justru nyungsep kedalam supnya. Setelah 2x coba, aku baru nyadar kalo ovenku settingnya api samping *huh!*. Lalu aku coba lagi pake api atas saja, setelah ovennya benar-benar panas, baru aku masukkan sup berlapis pastry yang bagian atasnya sudah aku olesi pake eggwash (telur+susu). Alhamdulillah, berhasil. Puffnya naik keatas dan membulat (dome). Waktu aku cicipi, terasa renyah, cukup kelihatan berlapisnya dan rasanya so buttery. Gak lama, kak Ika, Dea, bang Riri dan Tona datang ke rumah buat nyobain zuppa soupku. Untuk puff pastrynya pada suka tuh. Cuma supnya aja dapat komplain dari kak Ika karena ada jagungnya. Menurutnya, rasanya jadi terasa aneh. Sedangkan si Tona, suka ada jagungnya. Lha, waktu di supermarket kemaren, emang si Tona yang pesan pake jagung. Jangungnya aja dia koq yang masukkin ke keranjang belanja ku....hahahahaha.... sayang banget si Abel lagi pulang ke kampung Mamanya, kalo gak, pasti lebih seru lagi. Tapi tadi udah di bungkusin sama kak Ika buat diantar ke rumahnya.

Senang deh karena sambutannya positif... si Dea sampe bilang "Lain kali kalo mau zuppa sup, ke tempat Bibi aja, gratis dan boleh banyak-banyak...."....huuuu...kalo dari rasa tanganku saat ini, kayaknya bakalan lama deh bikin lagi....hahahahha....



ZUPPA SOUP
by. Fatmah Bahawan

Bahan puff pastry:
Puff pastry siap beli, tipiskan, potong kotak, sesuai ukuran mangkuk. (aku pake rough puff pastry, resep di bawah)

Bahan sup ayam jamur:


100 gr jamur kaleng, cincang
150 gr ayam rebus, potong dadu
50 gr bawang bombay, cincang
1,5 lt kaldu ayam
250 ml susu evaporated
50 gr tepung terigu
100 gr mentega
½ sdt merica bubuk
2 sdt garam
1 sdt chicken powder

Cara membuat:
1. Panaskan margarin, tumis bawang bombay sampai layu, masukkan tepung terigu, aduk rata. Biarkan terigu matang, tuangi susu dan kaldu, aduk rata dan biarkan mendidih, pindahkan ke dalam panci.
2. Masukkan ayam, jamur, dan bumbu lainnya, aduk rata. Coba rasanya, bila sudah pas, matikan api.

Penyelesaian :
1. Tuang sup ke dalam mangkuk keramik tahan panas, tutup bagian atasnya dengan puff pastry. Masukkan ke dalam oven hingga pastry matang berwarna coklat kekuningan.
2. Angkat, sajikan panas.


ROUGH PUFF PASTRY
by. Michel Roux


500 gr plain flour
500 gr very cold butter, cut into small cubes
1 tsp salt
250ml ice-cold water


Put flour in a mound on the work surface and make a well. Put in the butter and salt sand work them together with the fingertips of hand, gradually drawing the flour into the centre with the other hand.

When the cubes of butter have become small pieces and the dough is grainy, gradually add the iced wated and mix until it is all incorporated, but dont overwork the dough. Roll it into al ball, wrap in cling film and refrigerate for 20 minutes.

Flour the work surface and roll out the pastry into a 40 x 20 cm rectangle. Fold it into three and give it a quarter turn. Roll the block of pastry into a 40 x 20 cm rectangle as before, and fold it into three again. These are the first 2 turns. Wrap the block in cling film and refrigerate for 30 minutes.

Give the chilled pastry another 2 turns, rolling and folding as before. This makes a total of 4 turns, and the pastry is now ready. Wrap it in cling film and refrigerate for at least 30 minutes before using.



To my lovely hubby, thank you for always supporting me...

Wednesday, March 16, 2011

Rawon


Kalo di itung-itung, sejak merit, aku masak hanya beberapa kali, itupun yang sukses cuma beberapa.. hum...kalo gak sukses sih, gak perlu di bahas...*malu-maluin*...hehehe... kalo rawon yang aku bikin tadi pagi ini, bisa di kategorikan sukses. Sekarang aku baru mengerti, kalo masak, lebih baik aku bertahan mengikuti resep daripada menciptakan masakan sendiri. Sejauh ini, hampir semua masakan yang aku bikin pake ilmu "kira-kira", sepertinya gagal semua....yeah, kalo di bilang gagal total si nggak, masih bisa di makan koq, cuma rasanya aja yang gak karuan... cocok lah buat sajian orang yang lagi mati rasa...whoa ha ha ha..

Anyway,
Niatku bikin rawon ini udah lama. Selain si Mas yang arek Malang (sekali-kali bikin senang suami..*giggles*), aku pun suka, keluargaku juga suka. Papaku dan Abang-abangku waktu di Malang, sibuk hunting rawon. Kalo di Jakarta pun, Papaku suka order rawon kalo di resto. Sebenarnya, kalo mau bikin rawon, banyak koq bumbu instant di supermarket. Bahkan ada istri teman Papaku, Tante Tris, yang sering bolak-balik ke Malang buat jenguk anaknya yang sekolah di sana, ngasih tau kalo di salah satu pasar di Malang (lupa namanya) ada yang jual bumbu rawon seger yang enak. Tinggal bawa ke Jambi, trus di freezer. Tapi, aku lebih suka kalo bikin sendiri bumbunya. Maklum, hasrat terpendamku pengen jago masak kayak Ibu-ku dulu. Walaupun malas masak, cita-citaku tinggi lho..hihihihi...

Akhir-akhir ini aku ngeliat si Mas makannya rada ogah-ogahan. Mungkin dia kangen masakan kampungnya kali (maklum, di rumah menunya Sumatra banget. Bosen dia..hehehehe). Kebetulan pas jalan ke supermarket, ketemu sama kluwek/kluwak. Aiih...padahal sempat persimis bisa bikin rawon sendiri, soalnya, di Jambi susah nyari kluweknya. So, aku langsung aja beli, supaya cita-cita bikin rawon buat si Mas segera terwujud. Apalagi aku baru beli buku yasaboga "Koleksi 120 Resep Masakan Sapi" waktu ke toko buku sama Papaku. Disitu ada resep rawon buntut, tapi kalo aku ganti dengan daging sapi biasa, rasanya gak masalah. Lagian, aku suka deh sama resep masakan Yasaboga, enak dan rasanya authentic banget. Dulu aku pernah nyoba bikin soto Tangkarnya...syedeeeeeppp. O ya, sekalian aku juga mau coba memanfaatkan slow cooker-ku untuk bikin rawon, siapa tau berhasil...(biasaaa..kalo lagi 'hot' sama satu barang, mau di pake teruus, sebelum bosen!).

Sempat ragu gimana caranya milih kluwek, jadi aku pilih berdasarkan insting aja *ehem*. Trus masalahnya sekarang, kluweknya diapaiiiinn??? hihihihi.... well, ini nih kesimpulan yang aku dapat setelah ngerusuhin teman-teman milis NCC yang ada di list BBM ku... pertama, pilih kluwek dengan digoyang-goyangkan, kalo bunyi, bagus. Kluwek yang segar, kalo di pecahkan, isinya kecoklatan dan sedikit benyek. Kalo udah lama, akan kering, keras dan ada yang menjadi bubuk. Setelah daging kluwek dikeluarkan, siram dengan air panas sebentar agar lunak. Buang air rendamannya, daging kluwek siap buat dihaluskan dengan bumbu lainnya. Simpel kaan??? well, kalo ngeliat aku tadi, gak ada simpelnya. Mulai bikin dapur heboh tiap kali aku ngegetok kluwek pake ulekan, kluweknya terlepas dari tanganku *aku takuuuuttt!*, jatuh dan berjalan ke semua penjuru dapur, sampe mengerahkan si Umi dan si Ibu yang nyuci di rumah buat "menggeledah" dapur nyari kluwek terbangnya. Setelah ketemu, malah bingung mesti diapain lagi...hahahaha...

Atas saran kak Ika, bumbu halusnya aku tumis hingga benar-benar matang. Lagian, aku gak suka banget aroma kluwek mentah. Gak enak. Tapi, setelah semua di tumis dengan bumbu lainnya, aromanya wangiiii. Dagingnya aku potong rada besar (jelas, harus ada beda dong rawon buatan ku sama beli di warung...hehehe), sekitar 2 x 2 cm lah. Trus di rebus sebentar di panci biasa supaya ada kaldunya. Kaldu daging itu aku saring dulu sebelum di gunakan, supaya bersih aja. Setelah bumbu selesai di tumis dan air kaldu selesai, semua aku campurkan kedalam slow cooker sambil di aduk rata. Perkiraanku akan memakan waktu lama, ternyata 2,5 jam aja dagingnya udah lembut. Mungkin karena di potong kecil kali ya. Aku tambahkan sedikit kaldu sapi bubuk supaya rasanya lebih nendang....wuiih uenaaakk...

Sayang, giliran aku bisa bikin rawon, Papa-ku malah baru dilarang dokter makan daging merah. Trus waktu si Mas makan siang, gak ngasih tau aku, jadi aku telat nawarin rawonnya, dia udah keburu makan yang lain....sediiiiiiihhhh banget...hiks! hiks! hiks!. Tapi senang lagi karena sorenya si Mas makan rawonnya banyak bareng kak Ika, Riri, Dea dan Tona...horeee.... Tadi rawonnya juga aku suruh si Muji (supir Bokap) nganterin ke rumah kak Ari biar bisa ngerasain juga. Alhamdulillah...komentarnya positif semua tuuuh. Gak sia-sia deh daku nanya kesana kesini cuma buat bikin rawon doank...hahahaha....



RAWON
Yasaboga

Bahan :
1 kg buntut sapi siap olah (aku pake 600 gr daging sapi, potong kotak kecil)
2 lbr daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
1 btg serai, memarkan
4 lbr daun jeruk, sobek-sobek
1 sdm air asam yang ketal

Haluskan :
1/2 sdm ketumbar sangrai
5 bh kluwek, ambil dagingnya, rendam air panas, sisihkan air perendamnya
4 bh kemiri
4 bh bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm kunyit cincang (aku sangrai sebentar)
2 sdt garam (secukupnya)
aku tambah 1 sdm kaldu sapi bubuk

Pelengkap :
Toge pendek
Daun kemangi dan ketimun segar
Kerupuk udang
Sambal bawang merah

Cara membuat :
Rebus kembali buntut dengan 1500 ml air baru bersama 1 sdt garam, serai, daun salam, daun jeruk dan lengkuas.

Tumis bumbu halus dengan 4 sdm minyak goreng hingga harum. Aduk-aduk dan tuangkan ke kuahnya. Masak kembali hingga seluruhnya matang, cairan kaldu lk.1000 ml dan daging buntut empuk.

Kalo aku, daging di rebus sebentar, saring airnya. Sisihkan. Lalu masukkan bumbu halus yang sudah di tumis ke dalam mangkuk slow cooker, bumbu yang di memarkan dan daun-daunan. Tuang air kaldu yang sudah di saring dan dagingnya. Aduk rata. Masak dengan slow cooker suhu 'high' selama 1 jam, lalu turunkan suhu ke 'low' selama 1,5 - 2 jam. Sajikan.

Thursday, February 24, 2011

Meatloaf, Mashed Potatoes and Garlic Butter Corn




"Tonight's dinner....meatloaf!"... kalimat yang di tunggu-tunggu dari host Dad-ku, Michael. Biasanya, aku sama host Mom-ku, Kendra akan setia menunggu sampe dia selesai masak-masaknya. Maklum, waktu tinggal bareng host family, yang pinter masak ya Dad, kalo Mom-nya, sama kayak aku, terima nasib aja mau di kasih makan apa..hehehe.. Nah, menu favorite kita, ya meatloaf. Apalagi host Mom ku yang emang gak begitu suka amat sama steak (katanya dia bosen karena dari kecil di kasih steak melulu sama ortunya, kalo aku justru suka..hehehe), dia bisa loncat-loncat kalo menu makan malam kita meatloaf. Semula, aku gak begitu suka meatloaf (ya lebih suka steak..hehehe), tapi, lama-lama enak juga, malah jadi ikutan mendukung kalo host Dad ku mau bikin meatloaf...suka banget sama aroma n' rasanya..

Karena kangen berat sama meatloaf, aku pun bikin rencana bikin sendiri. Udah atur rencana dari Jambi. Pas ke Jakarta Sabtu lalu, janjian sama Muna yang nginap di rumah mau bikin meatloaf (biar ada yang ngabisin..hehehe). So, pulang acara HMFF-nya NCC (seruuuu banget!), langsung samperin mpok Muna di plasa Senayan. Hari Minggu pagi, kita ke supermarket dekat rumah buat beli bahan-bahannya. Sayang banget, resep meatloaf yang di tulis sendiri sama host Dadku ketinggalan di rumah Jambi (susah deh kalo nomaden gini!! hiiks!). Akhirnya aku pake resep dari sini. O ya, selama belanja bahan, aku ingat terus omongan host Dad ku, semua bahan mesti fresh-fresh-fresh. So, beli secukupnya aja, gak perlu nyetok bahan segala. Supaya rasanya mirip, aku bela-belain beli saus tomat merk Heinz yang selalu ada di rumah host family ku, untung di supermarket ada, pokoknya niaaaaaaaat banget! *hehe*

Nah, untuk meatloafnya, rasanya kurang afdhol kalo cuma meatloaf doang. Kesannya only the lonely gitu. So, di bikinlah seperti dinner ala rumah host family ku itu, lengkap dengan mashed potatoes, jagung dan gravy *love it*. Untuk mashed potatoes, aku gak kasih macam-macam, cukup salted butter (Real butter ya, jangan di ganti yang lain) sama susu aja. Pokoknya ikut cara host Dad ku plek! gak di tambah-tambah. Tapi, untuk jagungnya, hummm...aku pake resep sendiri. Ini idenya dari salah satu tempat makan favorite ku dan abangku, Riri di Atlanta dulu, Boston Market. Kita sering banget ke resto yang satu itu, makanannya terasa homemade, dan gak komersil. Menu favoriteku, ayam panggang, mac n' cheese, creamed spinach dan corn-nya. Butiran-butiran jagungnya terasa nikmat banget karena di lumuri garlic butter yang melimpah. Tentu saja, aku bikinnya pake caraku sendiri, hasilnya gak kalah koq. Buktinya, teman kuliahku dulu si Milaine yang dari Philipines, sukaaaaa banget waktu aku bikin buat acara thanks giving dinner di kampus. Pokoknya, layak di coba deeeh...*promo*...hihihihi...

Untuk bikin meatloafnya sendiri, resep yang aku pake rasanya gak begitu beda sama resep host Dadku. Breadcrumbs-nya aku bikin sendiri, pake roti baguette yang aku oven sebentar dan aku blender aja. Kalo host Dad-ku pake roti putih biasa, sama aja, apa yang ada di rumah aja. Cuma aku sempat heran aja kenapa pake susu bubuk segala (bisa jadi karena resepnya harus pake produk Nestle). Tapiiii....ternyata emang bikin enak. Meatloafku terasa lebih lembut dan rasa-nya lebih menyatu. Air yang keluar dari dagingnya sewaktu di panggang, aku keluarkan dan aku bikin gravy. Gak perlu di tambah apapun, selain tepung yang akan mengentalkan kaldunya. Kalo buat aku, gravy emang makes everything taste better...hahahaha...

Setelah semua siap, jadi deh acara meatloaf dinnerku. Ada meatloaf yang udah di potong-potong tebal, mashed potatoes yang creamy n' hangat, ada jagung dengan aroma bawang putih dan ada gravy yang siap untuk di siramkan ke piring. Si Muna suka banget sama meatloafnya, katanya gak beda sama buatan host Momnya dia (o ya, si Muna sama kayak aku, pernah ikutan exchange student juga), trus ada Firman, sepupuku yang sedang berobat di Jakarta dan tante Ana, Mamaya Firman, yang sukaaa banget sama mashed potatoes di siram gravy.

Hum...kangen deh sama host Dad-ku dan host Mom-ku. Betah tinggal sama mereka, berasa keluarga sendiri. Sampe sekarang, masih aja nanyain kabarku... kangen dinner bareng mereka di ruang makannya yang keren. Memang dinner bareng tiap malam itu perlu di berdayakan deh, bikin dekat satu sama lainnya. Di keluargaku sendiri memang begitu, tapi di rumah host familyku, bikin aku ngerasa bukan orang lain lho.

So, ini resepnya, resep meatloaf, aku copy dari websitenya, di sana banyak lho resep-resep asik yang layak buat di coba (aku udah nge-tag beberapa for my next project..hehehe).


MEATLOAF
Nestle

Ingredients :

  • 1 large onion, chopped
  • 1 1/4 cups plain dry bread crumbs
  • 1 small green bell pepper, chopped
  • 3/4 cup dry NESTLÉ® CARNATION® Instant Nonfat Dry Milk
  • 2/3 cup water
  • 1/2 cup ketchup, divided
  • 2 large eggs, lightly beaten
  • 1 tablespoon dried parsley
  • 1 tablespoon garlic salt
  • 1 teaspoon ground black pepper
  • 3 pounds ground beef

Direction :

PREHEAT
oven to 375° F.

COMBINE onion, bread crumbs, bell pepper, dry milk, water, 2 tablespoons ketchup, eggs, parsley, garlic salt and black pepper in large bowl. Add ground beef; mix lightly but thoroughly. Divide meat mixture in half and shape into two loaves. Place in ungreased 13 x 9-inch baking dish. Flatten loaves on top. Cover with remaining ketchup.

BAKE for 55 to 60 minutes or until no longer pink in center. Let stand for 10 to 15 minutes before serving.


MASHED POTATOES
Camelia

Bahan :
1 kg kentang, kukus
100 gr salted butter (jangan di ganti margarin ya, pokoknya the best butter)
100 - 150 ml susu segar (sesuaikan dengan tekstur yang di inginkan)

Caranya
Kupas kentang yang sudah di kukus, selagi hangat.
Lumatkan dengan pelumat kentang sambil di masukkan butter.
Tuang susu sedikit-sedikit sambil di aduk rata. Apabila rasa dan tekstur sudah cukup, sajikan.


GARLIC BUTTER CORN
Camelia

Bahan :
500 gr jagung beku, suhu ruang
50 gr salted butter
3 siung bawang putih, cincang halus
2 sdm parsley kering
merica hitam yang di hancurkan secukupnya

Caranya :
Panaskan butter hingga mencair, masukkan bawang putih, aduk rata,.
Masukkan jagung, jangan tunggu hingga bawang berubah warna.
Tambahkan parsley dan merica hitam secukupnya, aduk-aduk
Tutup sambil sesekali di aduk-aduk, masak hingga matang.


GRAVY
Camelia

Gunakan api kecil, panaskan 1 sdm butter, masukkan 1 1/2 sdm tepung terigu, tumis sebentar agar terigu matang dan gravy tidak berasa terigu. Masukkan kaldu dari panggangan meatloaf, aduk-aduk hingga rata, mengental dan halus. Angkat. Gravy siap untuk di sajikan.


Met dinner !


Friday, October 29, 2010

French Toast with Srikaya Pandan




Sedih banget ya, rasanya gak habis-habisnya Indonesia-ku dilanda bencana alam. Gempa dan tsunami di Mentawai dan di susul dengan meletusnya gunung Merapi tanggal 26 lalu, benar-benar menyentuh hati. Mudah-mudahan para korban bencana tersebut di berikan kesabaran dan kekuatan untuk bangkit kembali, dan semoga, kejadian ini mempererat rasa persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia. Amiiin. Sudah saatnya, kita melupakan perbedaan dan memusatkan fikiran untuk membantu bangsa kita sendiri. Itu jauh lebih penting dan lebih bermanfaat kan?*big big hugs*

Kemarin lusa, si Muna main lagi ke rumahku. Akhir-akhir ini, dia emang rajin main ke rumah, sejak ketularan hobi main ke dapur...hihihihi...*rasain!*. Nah, agendanya, kita bikin pempek n' mau nyoba bikin sloppy joe, makanan favorite di cafetaria jaman high school...hehehehe... diantara sibuknya ngurusin pempek. Aku tetap berniat bikin selai srikaya, selain emang pengen, aku juga mau nyoba option "Jam" di breadmaker happy-go-lucky ku....hahahaha... so, saat si Muna sibuk ngurusin cafeworld dan bakinglifenya *hihi* aku mulai bikin srikaya. Resepnya pake resep ala Ibuku aja, semua 1:1:1 praktis. Tinggal gunakan mangkok yang sama, 1 mangkok telur, 1 mangkok santan, dan 1 mangkok gula. Kalo mau pake mililiter juga boleh...samain aja semuanya. Jadi deh. Tapi ini selai srikaya ala Sumatra yang maniiiiissss banget, kalo mau, kurangi aja jumlah gulanya. No problemo.

Selai srikaya ini favorit banget deh di kampung Papaku di desa Matagual, Jambi. Biasanya, di pasangkan dengan lepat yang selalu ada kalo lebaran, atau acara-acara besar lainnya, termasuk kalo lagi ada acara kumpul-kumpul keluarga. Lepat di Jambi beda sama lepat atau lepet yang ada di Jakarta. Kalo lepat yang aku kenal, rasanya asin rada gurih. Di buat dari ketan dan santan yang di bungkus dengan daun pisang seperti lontong. Trus di rebus lama sampai matang dan kelihatan seperti lontong ketan (gak kelihatan berasnya lagi). Naaaah, nanti di potong-potong miring, dan di sajikan di piring mungil sama srikaya. Kalo pulang ke dusun, waaaaah....jangan sampe gak kebagian lepat. Kalo srikaya habis, lepat bisa langsung di cocol ke rendang...asik juga...*ngiler* tapi kalo aku gak pernah khawatir kehabisan, biasanya, maedo Zaila ku selalu menyisihkan beberapa batang lepat untuk aku, dia tau banget kalo aku suka...hehehehe...

Kalo srikaya di dusun juga enak banget. Bentuknya gak smooth, tapi bergerindil dan berminyak (karena pake santan rada kental dan dimasak lama di atas api) rasanya maniiiiis banget dan wangi karena pakai air pandan asli. Pokoknya enyak...enyak...enyak...!! Resepnya, ya sama sepeti yang diajarkan Ibuku, bedanya, kalo di dusun dimasak di atas api kecil dan diaduk-aduk terus, aku pake breadmaker trus aku tinggal buat nonton tv...hehehehe...trus pake santan asli, sedangkan aku pake santan instan kotak aja. Iiih, rada nyesal juga gak pake santan beneran, rasanya enak tapi gak seenak pake santan segar. Untuk pandannya aku pake esens pandan instead of daun pandan. Selain gak punya daun pandan, aku juga rada malas kalo mesti bikin air pandan dulu *gak heraaan!*. Supaya bentuk srikayaku keliatan rada keren *duile*, setelah matang, srikaya kan kelihatan bergerindil (nah, kalo di dusun, ini udah jadi dan siap dimakan), setelah dingin, aku ikut cara yang banyak beredar di internet, srikayanya aku blender pake hand blender (pake blender biasa aja bisa koq). Jadi deh selai srikaya yang mulus n' siap buat dioleskan ke roti.

Karena gak ada lepat (mesti nunggu ke Matagual dulu, belajar sama maedo Zaila...hehehe) tadi pagi aku sarapan srikaya pake french toast aja. Kalo ke Jambi, coba deh mampir ke toko kopi "Bogor Baru", di kawasan pasar, di sana jual roti telur (bahasa Jambinya roti telok *haha*). Pada dasarnya roti yang di goreng dengan telur dan di sajikan dengan srikaya homemade yang enaaaaakkkk banget. Srikayanya kecoklatan karena gak pake pandan tapi rasanya...sooo tasty!! prasaan warung kopi itu udah lama deh, aku sering beli dari jaman SD kalo gak salah. Rotinya tebal n' empuk, tapi telurnya terasa banget dan rada berminyak (mungkin itu yang bikin enak..hehehe). Kalo french toast versi ku ini, pake roti wheat, lebih light dan hanya menggunakan sedikit minyak. Beautiful breakfast!


FRENCH TOAST WITH SRIKAYA PANDAN
Camelia



SRIKAYA PANDAN

Bahan :
1 mangkok telur
1 mangkok gula (sesuaikan manisnya)
1 mangkok santan sedang (boleh santan segar, ataupun kotak, makin kental, makin terasa)
1/2 sdt garam
air pandan aatau essence pandan

Caranya :

  • Dalam wadah, whisk telur dengan santan hingga benar-benar rata, masukkan gula, dan garam, aduk rata.
  • Masukkan campuran tadi ke dalam panci, masak sambil diaduk-aduk dengan api yang kecil sekali (agar tidak matang karena banyak mengandung telur) hingga bergerindil halus atau masukkan ke dalam breadmaker, tekan tombol JAM (kalo punyaku, butuh waktu 1 jam 20 menit).
  • Angkat, dinginkan.
  • Blender hingga halus (bila suka).

FRENCH TOAST

Bahan :
1 btr telur
100 ml susu segar
1 sdt gula
1/2 sdt vanilla extract
5 lembar roti tawar (aku suka wheat bread)

Caranya :
Dengan whisk, kocok telur, masukkan susu, gula dan vanilla extract, kocok rata. Ambil roti, celupkan kedua permukaannya dengan adonan telur (jangan sampai terendam). Panaskan di atas wajan yang sudah di olesi sedikit margarin (hanya supaya gak lengket aja), biarkan hingga kecoklatan, balik hingga ke dua sisi matang. Angkat dan sajikan.

Monday, October 25, 2010

Ayam Kretek


Pertama kali makan ayam kretek waktu ada latbar NCC Jaksel di rumah mba' Yanti di Tebet. Waktu itu mba' Nina Herlina bawa ayam kretek buat makan siang kita. Rasanya...waaah, mengejutkan! sulit di gambarkan dengan kata-kata *cieee* pokoknya enak deh. Pedaaaas banget, tapi empuk. Waktu itu, mba' Nina udah ngasih tau cara bikinnya yang ternyata gampang banget. Akhirnya beberapa bulan lalu di milis pun heboh sama ayam yang super duper pedas ini, aku ikutan juga nyimpan resepnya, tapi baru hari ini di niatin buat bikin. Gara-gara si Mas kemaren ngomong pengen ayam panggang utuh yang hampir tiap malam dia beli selama umroh *hihihi*. Karena aku belum nemu resep ayam ala Arab dan juga rada malas nyari-nyari dulu, so, pilihanku jatuh ke ayam kretek ini. Pas juga di freezer ada ayam yang aku beli, rencananya mau praktek bikin ayam kodok, abisnya sejak latbar ayam kodok di rumah mom Elly duluuuuu banget, gak pernah bikin lagi. Tapi si Mas kayaknya emang lagi kepengen ayam panggang yang utuh, ya udah, ayam kodoknya di tunda dulu.

Pagi-pagi, aku udah nitip mba' Nur buat beliin cabe rawit hijau di pasar tradisional dekat rumah. Senang deh lihat cabe yang di beli mba' Nur seger-seger banget. Hum...bahan yang di butuhkan untuk bikin ayam kretek ini simple banget, cuma cabe rawit ijo, bawang putih dan garam. Pada dasarnya, bumbu utamanya ya cabe rawit ijo, makanya pake rawit yang segar is a must. Aku jadi ingat sama resto ayam franchise yang jual chicken peri-peri. Aku sukaaaaa banget sama ayam itu. Waktu masih di asrama di Inggris dulu, hampir tiap minggu aku cari-cari alasan buat beli. Aku juga pernah lihat di tv, cara membuat chicken peri-peri. Hampir seperti ayam kretek ini. Bedanya, ayam peri-peri itu pake cabe rawit yang berwarna, minyak zaitun, dan bubuk bawang putih. Sama simplenya. Bedanya, peri-peri di bakar di bara api, jadi rada kehitam-hitaman gitu. Kalo ayam kretek, di bungkus dengan aluminium foil dan di panggang di oven.

Kali ini, aku pake cara kombinasi antara peri-peri dan kretek...*giggles*... Semua pembuatannya aku ikut resep ayam kretek, tapi saat aluminium foilnya di buka dan ayam di panggang lagi, ayamnya aku olesi pake minyak bawang putih. Maksudnya supaya ayamnya gak kering dan kelihatan shiny n' sexy *lebay*...hihihi... Minyak bawang putih ini, aku taunya dari mba' Nadrah waktu kursus bikin aneka mie. Bikinnya gampang, bawang putih di cincang (atau di blender aja), trus goreng dengan minyak yang rada banyak hingga kekuningan. Naah, minyaknya ini enak di pakai buat numis, campuran mie ayam, soto atau dalam kasusku ini, buat olesan. Tinggal di masukkan ke wadah kaca atau mangkok dan bisa di simpan semingguan lebih di dapur.

Kalo di resepnya, rawit sama bawang putihnya di tumbuk kasar, tapi aku tadi pake blender aja, biar cepat..hehehe... trus ngelumuri ayam dan ngisi perutnya dengan campuran rawit, aku pake sarung tangan plastik. Kebayang panasnya tangan kalo gak..hehehe.. lha, pas di blender aja udah terasa pedasnya. Bagian perutnya setelah di isi, aku tutup dengan beberapa tusuk gigi supaya gak kebuka nantinya. Setelah di bungkus aluminium foil, aku letakan diatas loyang dulu, baru masuk ke oven. Lega banget aku gak langsung masuk ke oven tanpa loyang, ternyata airnya banyaak...bisa-bisa mba' Nur mesti nyikat oven lagi...hahaha... Setelah di panggang 1 jam, lapisan aluminiumnya aku buka bagian atasnya. Ini yang bikin aku ngerti kenapa ayam jadinya empuk dan tasty banget. Karena di dalam foil itu, airnya ayam keluar, jadi ayam seperti di steam dengan airnya sendiri. Selama di oven...wuiiih...wangi rawit menyebar ke penjuru rumah...hehehe...

Kesalahanku tadi, ada di time management. Ayam yang rencananya buat makan siang, terpaksa mundur buat makan malam... itu pun baru beres hampir jam 8 malam. Ini bikin aku 'terpaksa' ngancam si Mas gak boleh makan dulu dan harus nunggu sampe ayamnya matang...hahahahahaha.... Pas ayamnya jadi, si Mas udah semangat mau makan, tapi eiiits...tunggu, mau di foto dulu. Sayang fotonya terburu-buru, karena si Mas udah nungguin dan dia sempat komen "Aduuh..udah nunggu matangnya lama, mesti nunggu di foto lagi..."..hihihihihi... tapi dia suka koq ngeliatin aku foto-foto, kadang ikutan ngasih saran ini itu supaya fotonya mendingan. Cuma kali ini aku gak tega juga lama-lama, akhirnya di foto ala kadarnya aja...saking buru-burunya, sampe gak ngeliat ada potongan foil yang nempel di ayamnya...hehehehe

Hasilnya??? si Mas suka tuh...dia makan sampe keringatan kepedasan. Kalo aku, senangnya, keren banget deh pas aku motongin ayam diatas meja...berasa banget jadi Nyonya...whoa ha ha ha ha ha...



AYAM KRETEK
Ny. Karnelih Hiya (Ibu mertuanya mba' Nina Herlina)


Bahan :
1 ekor ayam (tanpa ceker dan kepala)
250 gr cabe rawit hijau
8 butir bawang putih
1 1/2 sdm garam kasar
kalo aku----> tambah beberapa sendok minyak bawang putih

Caranya :
  • Bersihkan ayam. Lumuri dengan jeruk lemon (untuk menghilangkan bau amis). Diamkan selama 15 menit. Lalu siram dengan air bersih.
  • Tiriskan airnya dengan lap kering (kalo aku pake tissue...hehehe)
  • Ulek bawang putih asal aja, lalu masukan cabe rawit, ulek kasar (Aku pake blender aja, di bikin rada kasar)
  • Masukkan garam kasar, aduk rata.
  • Siapkan aluminium foil, bentangkan dan letakkan ayam yang sudah di keringkan.
  • Masukkan cabe rawit kedalam perut ayam, sisakan secukupnya untuk di baluri ke badan ayam. Sematkan lidi untuk mencegah campurannya keluar. (selama proses ini, jangan lupa pake sarung tangan ya...panas euy!)
  • Sisa cabe di lumuri ke badan ayamnya, agar meresap. Bungkus ayam dengan aluminium foil. Lalu simpan di kulkas bagian bawah selama lk. 5 jam.
  • Keluarkan dari kulkas, biarkan dalam suhu ruangan, lalu bakar ayam selama 1 jam (kalo aku sebelum masuk oven, foilnya aku tusuk2 dulu dengan pisau).
  • Setelah itu buka ujung-ujung foilnya dan panggang lagi selama 30 menit hingga kecoklatan. (Kalo aku, foilnya di buka bagian atasnya, olesi dengan minyak bawang. Masukkan ke oven, sambil sesekali dioleskan minyak bawang lagi dan di siram dengan air yang ada di loyang hingga ke coklatan)
  • Sajikan
Hot! Hot! Hot!

Monday, May 31, 2010

Nasi Goreng Apel


Mau posting kegiatan ku kemarin aaah... kenangan gak terlupa soalnya...hihihihi...

Ceritanya, kemarin itu, ada lomba bikin nasi goreng yang di selenggarakan sama salah satu radio swasta (panitia-nya sih bilangnya lomba bikin sarapan, tapi, yang mesti di bikin nasi goreng, sarapan gak selalu nasi goreng kan? so, lomba nasi goreng aja...*maksa*...hahahaha). Jauh-jauh hari udah diumumin di milis bagi yang mau ikutan bisa daftar bareng. Lombanya sendiri semula lomba tumis-tumis, tau-tau ganti jadi lomba nasi goreng. So, aku yang semula masih mikir-mikir dulu buat ikutan (abisnya takut gak jadi ikutan, mesti ngurusin ini itu, kan gak enak), akhirnya ikutin juga setelah merasakan hangatnya komporan mom Elly di YM..hehehehe...

Hari Kamis lalu aku ke Bandung sama si Muna ngeliat foto pre-wed. Kita balik lagi ke Jakarta hari itu juga dan sepupuku si Tona dan keponakannya Mauly, aku ajak ke Jakarta sekalian. Kali ini, aku rada semangat trial n' error dulu buat bikin nasi goreng. Nah, hari Sabtu pagi, aku jalan kaki deh ke pastrad dekat rumah sama si Tona. Selain mo belanja, juga sekalian berharap, bisa membantu menurunkan berat badan ku yang gak ada kemajuan...hahahaha... Setelah belanja buat rumah, aku beli udang sama kucai, beli doank belum ada ide buat apaan. Di rumah, aku ngeliat apple granny smith sisa bikin apple crumble yang masih bengong aja di meja gak ada yang doyan. Yo wis, aku campur aja sama nasi goreng...ogah rugi...hehehhe...

Langsung deh jreng jreng di dapur, udangnya di potong kecil-kecil dan dibikin dengan bumbu seminimal mungkin. Bukannya aku sok minimalis sama bumbu, tapi aku emang parah banget kalo masak, jadi bumbu yang sedikit artinya sedikit pula kesalahanku nanti....hahahaha... anyway, setelah jadi, di cicipi sama si Tona (minus udang, doi alergi..hihihi), katanya lumayan gak malu-maluin lah....siiip. Gak malu-maluin, udah lebih dari cukup deh, aku gak berharap menang koq, asal jadi nasi goreng aja udah untuuung....hehehehe... tapi aku suka koq, apelnya bener-bener memperkaya rasa, ada asam-manisnya. Seperti menambah nenas dalam masakkan, bedanya, kalo apel ada "kriuk" nya...

Too bad deh, Sabtu sore si Tona pulang, si Mauly mau ikutan try out. Aku yang semula mau ngajak pak Di ke supermarket buat beli bahan nasi goreng lagi, terpaksa batal. Bang Baraq sama teman-temannya datang dari Jambi minta jemput di bandara. Sebenarnya bisa aja aku nyetir sendiri, tapi emang lagi malas aja *gak heran deh!* aku putusin buat mampir di supermarket 24 jam di pinggir jalan besar dekat rumah, tentu aja mereka gak jual udang, tapi nanti aku ganti sosis aja. Malamnya, semua bahan aku siapin, sudah di potong-potong dan dimasukkan ke wadahnya masing-masing. Udah mewanti-wanti diri sendiri supaya gak ada yang ketinggalan.

Karena jam 6 sudah harus ada di depan hotel Nikko tempat acara berlangsung, jam setengah lima pagi aku sudah siap-siap. Rasa-rasanya semua udah, tinggal beli sosis aja. Sampe supermarket, ternyata mereka jual sayuran juga. Karena rasanya gak perlu, aku langsung ke tempat sosis, eeeh...ada smoked beef, kayaknya pake smoked beef lebih enak, gak jadi deh sosis, smoked beef aja. Nyampe jalan Thamrin, ternyata pada di tutup sana sini, syukurlah karena belum jam 6, mobil bisa nganterin aku sampe depan panggung acaranya. Udah hepi banget karena rasanya semua sesuai rencana, eee alaaaahhh...ternyata dompetku ketinggalan di mobil! huuu...sebel! terpaksa deh pak Di yang udah mau nyampe rumah puter balik lagi nganterin dompet. Apesnya, jalanan sudah benar-benar di tutup, jadi aku jalan kaki ke Sarinah, tempat pak Di parkir.

Selesai urusan dompet, para peserta udah boleh siap-siap di tempat masing-masing. Lumayan, uang pendaftaran 100rb dapat kompor portable mungil. Huum...padahal aku juga baru beli kompor begini, waktu itu aku bilang ke si Mas, mau diet jadi mau makan sayur yang di bikin shabu-shabu aja...baru ke pake buat bikin apple crumble doang, setelah itu, kompornya tiarap di bawah meja...boro-boro buat nyabu...hehehe...anyway, back ke acara lomba, pas nyusun-nyusun, aku baru sadar telor masih ketinggalan di kulkas...aduuuhhh...blom lagi ngeliat peserta lain bawa sayur2an buat garnish, lha, aku malah gak mikirin garnish... yaah...amatir banget deh gue! untunglah dapat tetangga masak baik hati, mba' Yanti Saleh (yang ngajarin aku bikin pempek itu lho!) ngasih telor dan mba' Yenny agogo (yang terkenal sama MBAnya) ngasih daun selada buat garnish. Jadi nasgorku gak parah-parah amat penampilannya...hihihihi...

Sayangnya, komporku apinya gak gede, gak tau kenapa. Jadi masaknya lamaaa... tapi syukurlah jadi juga nasgornya. Di susun seadanya aja abisnya aku mati ide juga. Mending ngeliatin tetangga sebelah. Waaah...mba' Yanti dahsyat deh finishing nasgornya. Pake wadah dari kelapa dan di sajikan dengan salad dan payung mungil, cantiiiik banget! tau-tau udah ada pengumuman kalo nasi gorengnya silahkan di makan, soalnya yang masuk nominasi yang di bawa ke depan. Aku sama mba' Yanti langsung bengong dan ketawa cekikikkan, soale bingung juga apa yang di nilai, lha, kita aja baru selesai...hihihihi... tapi no problem, tradisi anggota milis yang anggotanya hepi terus, makan rame-rame! semua nasi goreng di jejer di meja dan mulai icip-icip bareng. Nasi gorengnya enak -enak banget. Ada nasi goreng mba' Yenny Agogo, puedeeess n' nendang buanget! trus nasi goren kecombrangnya Ina Larizz...banyak deh, sampe kenyaaaang banget! (ya iyalah, nyicipnya cuma sesendok, tapi yang di cicipi seabrek-abrek...hahaha).

Acara lanjut sama sesi bernarsis di kamera, foto-foto. Trus di kasih tau, kalo nanti ada door prize berdasarkan nomer peserta. Pas aku buka tas berisi peralatan buat nyari nomerku, terdengar pengumuman yang menyebutkan angka-angka...itu nomerku!!!! MC nya nanya ada gak orangnya? aku langsung bilang ada, tapi karena arena masak sama panggung lumayan jauh, MCnya gak dengar, padahal aku udah teriak2 ada sambil lari-lari. Eeeh...enak aja MCnya bilang, gak ada ya? hangus! huu...sebel! aku langsung berhenti gak mood. Tapi gak taunya mas Wisnu, salah satu moderator milis NCC, lari-lari minta nomerku dan lari ke panggung. Gak tau deh mas Wisnu bilang apa, akhirnya aku tetap dapat hadiah...horeeeee!!! Makasih mas!! *hepi! hepi!*... mau tau hadiahnya apa??? ya kompor lagi!! sama persis!! huuu...hahahaha... tapi tetap besyukur deh, jadinya aku punya 3 kompor portable di rumah. Kalo udah married nanti, si Mas gak perlu beliin aku kompor kayaknya...hahahaha...

Pulang acara, rasanya capek banget, apalagi aku malam sebelumnya gak tidur gara-gara chat sama si Corey, temanku di Amrik dulu. Mata meredup dan mulai terasa pegel, rasanya mau pulang aja. Tapi mom Elly ngajak ke markas NCC di Matraman, yo wis, lanjuuuttt... lagian pak Di lagi di bandara nganterin bang Baraq. Jadi aku sama mom Elly di anterin sama Lily Tyu ke Matraman...aseeeeekk!. Sampe matraman lanjut makan nasi goreng lagi...hahaha... nasi goreng belacan mom elly dan nasi goreng tutug oncomnya bu Fat. Uenaaak dan kenyaaaang... seru deh dengerin cerita bu Fat yang dapat pelatihan cake decorating di UK. Hebat ya! setelah jam 4 sore, baru deh di jemput pak Di. O ya, sebelum pulang, dapat magnet lucu gambar prajurit Inggris dari bu Fat! horeeeee....

O ya, ini resep nasi gorengnya...


NASI GORENG APEL

by. Camelia

Bahan :

2 piring nasi putih dingin
3 lembar smoked beef, potong kotak (bisa juga udang)
1/2 bawang bombay, potong kotak kecil
1/2 apel hijau, buang bagian tengahnya iris tipis kecil
1 sdt merica putih bubuk
3 sdm kecap asin
1 siung bawang putih, keprek
2 sdm kucai yang sudah di iris tipis
1 butir telur, kocok lepas
Garam secukupnya
Minyak sayur secukupnya
Margarine secukupnya

Caranya :

1. Panaskan minyak sayur, lalu tambahkan margarine. Masukkan bawang putih, tumis hingga layu lalu singkirkan bawang putih dari minyak.

2. Masukkan bawang bombay, tumis hingga wangi, masukkan smoked beef dan telur kocok, setelah agak matang orak arik telur hingga matang, tambahkan apel, setelah agak layu, masukkan nasi, aduk aduk dan masukkan bahan lainya. Aduk rata.

3. Cicipi, beri garam secukupnya. Sajikan.

Wednesday, October 21, 2009

Dendeng Balado ala Yu' Yati

Kemarin hepi deh, akhirnya dibeliin bokap HP baru, buat ganti hp ku yang udah dekil banget (jatuh mlulu) suka deh, jadi matching sama laptop n' camera. Meraaaahh..ehem..akhirnya si Jave dapat teman yang setimpal...hehehe... gak tau kenapa, kayaknya punya HP backup itu perlu. Padahal menurutku blackberry aja udah lengkap amat, tapi rasanya tetap perlu si nokia, just in case kalo batre bb-ku abis. So, perlu hp sejuta ummat yang chargernya bisa minjem...hehehehe... kayaknya takut banget ya terputus komunikasi, prasaan dulu gak ada hp biasa aja tuh. Anyway, abis belanja, semalam lanjut belanja ke supermarket sama Papa dan om Azmi n' Datuk Im juga. Aku jalan ke bagian daging, gatel pengen beli. Jadi ingat sama dendeng balado yu' Yati yang menurutku enaaaakk banget... aku bisa nambah-nambah kalo dia masak itu. Kadang udah makan diluar, ngeliat dendeng balado di meja, daku makan lageeee....whoaaaa......

Sebelum bicara soal dendeng balado. Tak kenalin dulu sama yu Yati...ehem... Ayu (baca : Ayuk) itu bahasa Jambi-nya kakak perempuan, karena dia lebih tua, maka aku manggilnya yu' Yati. Dia dari daerah Sekernan di Jambi yang banyak keluargaku juga di sana. Yep, somehow, yu Yati ini masih ada hubungan keluarga dengan ku (di Jambi, hubungan keluarga itu bisa berlapis-lapis, makanya keluarga besarku buanyaaaak...). Dia udah ikut denganku sejak aku pulang dari Amrik dan lanjut kuliah dan tinggal di Karawaci. Trus waktu aku lanjut lagi kuliah di Inggirs, dia balik ke ortuku dan tugasnya jadi petugas domestik di rumah Jakarta just in case kalo ortuku dateng. Karena sekarang aku yang nempati, so, bergabung lagi deh sama yu Yati. Berarti hampir 10 tahun dia ikut keluargaku. Seperti hubungan dengan asisten rumah tangga lainnya, pasti ada pait manisnya...begitu juga sama yu' Yati ini. Kadang bikin bete, tapi akhirnya pait-paitpun aku telan juga deh, soale dia sudah tau apa yang harus dia kerjakan dan gak perlu banyak ngomong lagi. Jadi kalo aku bete, cuek ajalah...Phewwww...

Tapi ada kelebihannya, dia kalo masak enak-enak (paling tidak menurutku lho). Walaupun mayoritas masakannya masakan kampung, tapi aku suka. Nah, salah satu favoriteku-ya dendeng balado ini. Pedas dan berminyak dimakan sama nasi hangat...wuhuuu... Hum...mungkin karena dendeng balado bukan dari Jambi, kita nyebutnya pun bukan dendeng, tapi sambal daging aja. Apalagi teksturnya lembut dan empuk, gak seperti dendeng yang kering dan keras. Kalo buatan yu' Yati ini rasanya agak beda, dan aku gak ngerti juga bedanya dimana. Nah, langsung deh semalam aku beli daging, selain memang lagi kepengen, biar sekalian bisa belajar bikin dendengnya. Pagi tadi, yu Yati udah ngetok kamarku ngasih pemberitahuan kalau masak sambal dagingnya akan segera dimulai...siiip deehhh...

Ternyata, setelah aku lihat sendiri, memang cara yu' Yati bikin agak beda. Dagingnya di rebus dengan santan dan bumbu yang mirip bumbu empal (karena pake ketumbar). Kalo sambelnya, basic aja, yang biasa dipake dalam bumbu dasar balado lainnya. Mungkin bisa dikatakan, bumbu rebusannya inilah yang bikin beda. Bikinnya juga cepat, gak rumit dan gampang di ingat... niiih resepnya yaaa...


DENDENG BALADO ALA YU YATI
by. Yati

Bahan :

1/2 kg daging, iris tipis lk. o,5 cm, cuci bersih.
2 cm kunyit
2 cm jahe ukuran sedang
2 siung bawang putih
1 sdm ketumbar
1 gelas santan encer (kalo kurang, tambah air lagi)
10 btr bawang merah
1 bh tomat besar (gunakan 2 kalau tomatnya berukuran kecil)
25 cabe merah buang biji (kalau mau pedas , biarkan 2-3 ada bijinya)
garam dan minyak goreng secukupnya


Caranya :
  • Giling halus kunyit, jahe, ketumbar, dan bawang putih, campur dengan santan, aduk rata. Masukkan kedalam panci bersama daging. Panaskan hingga santan mengering (sesekali boleh diaduk-aduk).
  • Setelah mengering, angkat, pukul-pukul dengan ulekan (secukupnya saja, jangan sampai hancur). Goreng dengan minyak agak panas, kalau ingin garing, goreng lebih lama. Tapi aku lebih suka kalo dagingnya lembut dan empuk. Sisihkan.
  • Giling kasar cabe, bawang merah (boleh juga diiris terpisah), tomat, garam (secukupnya dulu, nanti kalau kurang, boleh ditambah).
  • Panaskan beberapa sendok makan minyak sayur di wajan, setelah panas, masukan campuran cabe, biarkan hingga cabe kelihatan merah dan mengkilap, cicipi, tambah garam bila perlu, lalu masukkan daging, aduk-aduk hingga rata. Angkat. Sajikan.

PS : Kalo suka, beri perasan jeruk nipis, aduk rata, sebelum di sajikan...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Anniversary

Daisypath Anniversary tickers

Ava

Lilypie Kids Birthday tickers

Eijaz

Lilypie Fourth Birthday tickers