Search This Blog

Showing posts with label kitchenware. Show all posts
Showing posts with label kitchenware. Show all posts

Friday, April 29, 2016

Alat Membuat Kue (1) : Alat Ukur

Akhirnya...
Aku sempatin juga nulis blog dengan topik ini. Sebenarnya ini sudah lama banget di request teman-teman yang baca blog-ku. Sejak diawal-awal aku masih heboh-hebohnya nge-blog dulu. Baru bisa terwujud sekarang disaat akupun udah mulai jarang nge-blog. Ada yang nanya kegunaan alat, ada yang nanya peralatan baking buat pemula, bahkan ada yang minta aku nulis tentang dapurku. Selama ini belum sempat aku penuhi karena selain sibuk, aku juga bingung gimana format penulisannya supaya pas dan gak kepanjangan n' ngebosenin. Lagipula aku punya blog satu lagi Cameliakitchen yang membahas beberapa kitchen gadget. Tapi mungkin kurang personal yah, jadi masih ada aja yang menanyakannya di blog ini. Kali ini gak hanya personal, tapi juga lebih dalam....*duileeee apa coba!*

Jadi kali ini aku putusin untuk membuat berseri aja.... supaya bisa dibahas per-kategori. Dengan cara ini mudah-mudahan tidak hanya bermanfaat buat yang baru mau belajar baking atau pemula, tapi juga buat yang udah pro dan ingin berdiskusi atau memberi masukan tentang peralatan yang aku pakai didapurku. Karena menurutku, peralatan membuat kue ini relatif sekali, kebutuhan orang bisa berbeda-beda. Dulu waktu masih coba-coba baking, aku beli alat seadanya saja. Trus mulai ikutan milis dan bertemu teman-teman yang punya hobi sama. Peralatanpun mulai bertambah. Sekarang, aku mulai tau apa yang aku butuhkan dan gak terlalu tertarik lagi beli kitchen gadget yang imoet-imoet. Sekarang aku lebih fokus ke fungsinya. Mungkin karena faktor usia juga kali ya....*ehemmm...udah tua euy!* jadi gak semenggebu-gebu dulu lagi buat beli peralatan baking. Kalau ada ide, maupun saran, silahkan lho ya di komen.

Kita mulai dengan alat ukur. Menurutku alat ukur ini termasuk yang wajib punya. Gak harus timbangan digital yang super canggih, timbangan manual yang murah meriah juga udah ok. Kalo budget belum cukup juga beli timbangan? cari deh gelas ukur atau measuring cup, cuuussss....siap diajak bikin kue dari resep yang pake ukuran cup. Biasanya resep dari Amerika mayoritas menggunakan cup. Yuk, kita bahas alat ukur satu persatu.

 Timbangan


Timbangan digital tentu akan bikin acara baking kita lebih mudah. Semua bahan yang dicampur, cukup ditimbang dengan satu wadah. Apalagi dengan timbangan digital, kita bisa mengukur bahan dengan unit terkecil (1 gr). Kita juga bisa merubah ukuran gram menjadi pound (Lbs) jadi gak perlu konversi lagi. Saat membeli timbangan digital, yang perlu diperhatikan adalah kemampuan beratnya. Ada yang hingga 3 kg (untuk dapur biasanya segini udah cukup) hingga 5 kg. Selain itu juga daya tahan batrenya juga bisa dipertimbangkan. Timbangan digital ada yang memakai batre tipis seperti koin, ada juga batre kecil biasa. Biasanya batre koin lebih tahan lama dibanding timbangan yang pake batre biasa.

Kalau ada rejeki lebih, boleh beli timbangan yang paling bagus. Tapi, yang biasa saja juga fungsinya sama dan cukup tahan lama juga (mengingat ini cuma timbangan, kecil kemungkinan akan dibanting...hihihihi) Punyaku aja sampe sekarang masih oke, usianya hampir 8 tahun. Dari warnanya waktu beli putih banget, sekarang udah kuning gading saking lamanya. No problemo, karena walaupun udah berubah warna, yang penting bersih dan masih berfungsi dengan baik. Ku anggap aja ini timbangan vintage...*kekinian*...ehem..

Timbangan analog (manual) juga gak bisa dipandang sebelah mata. Cukup banyak resep di blog ini yang aku bikin dengan timbangan analog. Harganya beragam dan pilihannya banyak. Buat yang masih coba-coba baking atau hanya sesekali, timbangan manual pilihan yang tepat. Malah saranku, walaupun punya timbangan digital, timbangan manual jangan ditinggalkan. Ini bisa jadi penyelamat disaat baking, batre timbangan digital tiba-tiba mati. Apalagi ketika baking tengah malam....(pengalaman pribadi...hiks! one of the things I learned the hard way...*tears*)

Kekurangannya, ya memang harus selalu di-adjust dulu tiap kali mau digunakan, puter dikit kekiri, puter lagi kekanan...sampe arah jarumnya pas...hehehe... selain itu, harus selalu stabil. Senggol dikit, lha jarumnya udah berubah. Makin sering digunakan, makin kita terbiasa melihat arah jarumnya, jadi makin cepat buat nimbang-nimbang. Lumayan kan...



Measuring Cup/Mangkok ukur


Namanya bisa measuring cup, mangkok ukur ataupun mangkok takar. Pertama baking dulu,  measuring cup ini lumayan sulit dicari, hanya ada ditoko yang menjual peralatan import atau di mal-mal premium. Tapi sekarang hampir semua toko bahan kue maupun supermarket menjual measuring cup ini. Kalo gak ada juga, coba iseng lihat gelas  ukur cairan biasa, terkadang ada yang pake ukuran cup juga lho. Aku malah pernah lihat gelas ukur dari plastik yang murah meriah tapi dilengkapi dengan ukuran cup. Saat beli measuring cup, coba dihitung jumlah cupnya. Semakin banyak pilihan semakin baik. Rata-rata dapat 4 cup ( ukuran 1 cup, 1/2, 1/3, 1/4) walaupun dari 4 cup ini sudah cukup untuk mendapatkan semua takaran cup, tapi ada juga yang sampai 5 ditambah ukuran 1/8. Aku malah punya cup yang udah tua banget, yang aku beli di supermarket di Atlanta dulu (era 95-an...hiiiks tuanya dakuuuu...), walaupun dari plastik murah, tapi ada 6 cup ( ukuran 1 cup, 3/4, 2/3, 1/2, 1/3, 1/4). Ini cocok buat aku yang matematikanya pas-pas-an...hehehehe

Untuk bahannya juga macam-macam. Ada yang dari stainless, plastik, silikon sampe keramik. Bentuknya juga lucu-lucu. Tapi kalo aku lebih suka yang dari plastik aja karena ringan, dan modelnya juga biasa saja. Cara pakainya juga simple. Bahan yang diukur tinggal diratakan dengan cupnya. Dulu aku punya yang bentuknya seperti kembang dan berwarna-warni. Tapi susah buat dibersihkan karena ada lekukkannya dan kadang tepung juga suka nempel disudut-sudutnya.

Apapun bentuk dan bahannya, yang penting fungsinya. Lagian kalo yang murah sudah bisa memenuhi kebutuhan, maka gak ada alasan juga buat beli yang mahal. O ya, buat yang suka nanya 1 cup berapa gram, please deh, belilah alat ini atau coba cari konversinya online. Kalo nanya sama aku, percuma saja, karena aku gak ingat. Lagi pula, 1 cup tepung dan 1 cup kacang almond, tentu beratnya beda. Gak mungkin aku hapal semua. Apalagi yang minta aku merubah ukuran resep dari cup ke gram...ampun deh, gak sanggup! *angkat tangan*

Sendok Ukur/Sendok Takar


Walaupun bisa dengan sendok makan dan sendok teh biasa di rumah. Untuk bikin kue, aku selalu berpatokan pada sendok ukur, supaya bisa dapat ukuran yang sama. Misalnya untuk jumlah coklat bubuk dalam adonan kue. Sendok ukur sama dengan measuring cup, terdiri dari beberapa ukuran. Mulai dari 1 sendok makan, sampai yang paling kecil, a pinch (sejumput). Ada yang plastik, dan ada juga yang stainless. Kadang ada juga measuring cups yang dalam rangkaiannya dilengkapi dengan sendok ukur, two in one, yeah!

Sama seperti measuring cup, aku lebih suka sendok ukur yang biasa saja. yang pemakaiannya gak rumit-rumit. Ada beberapa sendok ukurku yang semula aku kira mempermudah, ternyata ribet saat mau dipakai. Contohnya, ada sendok ukurku yang hanya terdiri dari satu sendok. Kita tinggal geser tutupnya untuk setiap takaran yang dibutuhkan. Ribetnya, saat tangan kanan pegang mikser, tangan kiri jadi sibuk geser-geser tutup sendok. Sebel. Malah daripada pake sendok ukur yang ribet itu, aku lebih suka pake sendok rumah aja.Tapi tentu gak bisa exact ukurannya.


Gelas Ukur/Gelas Takar 


Atau dikenal juga sebagai measuring jug. Ini mungkin lebih familiar dibanding measuring cup. Lebih sering kita temukan. Biasanya digunakan untuk meangukur cairan dalam mililiter. Ada beberapa gelas ukur yang juga menuliskan bahan dengan ukuran gram (misalnya Flour 100 gr), tapi itu jarang banget digunakan. Karena aku sendiri sampe sekarang masih percaya sama timbangan untuk ukuran berat dan hanya menggunakan gelas ukur untuk ukuran liter. Dibeberapa gelas ukur juga ada lho untuk ukuran cup nya. Jadi yang gak punya measuring cup, bisa juga pake gelas ukur ini. Malah kalau sudah ada measuring jug yang udah ada cupnya, gak perlu terburu-buru beli measuring cup. Praktis banget.

Sama seperti alat dapur lainnya, ada harga, ada rupa. Gelas ukur ada yang dibuat dari bahan gelas tahan panas (contoh pyrex), plastik dan akrilik. Tergantung mana yang suka aja. Kalo yang bahan kaca, walaupun berat, bisa digunakan untuk mengukur cairan panas, bahkan mendidih sekalipun, tanpa rasa khawatir. Juga mudah dibersihkkan setelah digunakan untuk mengukur bahan minyak. Aku sendiri lebih suka yang bahan akrilik, karena ringan dan cukup stabil untuk bahan panas, juga mudah dibersihkan. Bahan plastikpun cukup bagus, apalagi kalau perlu yang ukuran besar (1 liter keatas) karena selain harganya murah, pilihan ukurannyapun banyak. Pastikan saja gelas ukurnya terbuat dari plastik yang aman untuk makanan.


Thermometer



Thermometer ini bukan buat mengukur suhu udara ya, tapi thermometer dapur. Sengaja aku bahas terakhir karena memang gak begitu penting amat. Kecuali bagi yang suka bikin kue yang menggunakan cairan panas. Aku sendiri memakai thermometer dapur ini untuk membuat marshmallow dan macaroon (yang sampe sekarang gagal melulu). Thermometer dapur sendiri ada bermacam-macam, ada yang untuk mengukur suhu daging-dagingan yang dipanggang, ada juga termometer permen (candy) atau gula panas. Sama seperti timbangan, termometer juga ada yang digital dan ada juga yang manual.

Aku punya yang digital, kelebihannya angkanya jelas tertera dan punyaku ini termasuk yang bisa digunakan pada daging dan juga untuk cairan. Tapi masalahnya, termometerku ini memakai batre jam. Terpaksa dibawa ke toko jam buat ganti batre. Malesnya lagi, karena jarang digunakan, aku jadi gak ingat berapa lama udah ganti batre. Giliran mau digunakan batrenya abis. Sekarang aku lebih suka pakai thermomenter gula yang manual aja. Yang bacanya sama seperti baca thermometer Ava kalo lagi demam...hehehehe... So far, aku cukup puas. Harganya lebih murah 3x lipat dari thermometer digital, plus bebas batre. Lagi pula, aku hampir gak pernah mengukur suhu daging saat dipanggang, cuma buat ngukur gula doank. Jadi ini sebenarnya sudah lebih dari cukup buat ku.


Oke deeehhh.... cukup sekian dulu sesi tentang pertama peralatan baking, yang ngebahas segala alat ukur yang bisa digunakan di dapur kita. Duileee... setelah aku baca, ternyata panjang juga ya celotehanku kali ini. Padahal gak semua isi hati lho yang dikeluarkan...*yeeee*...hehehehe... oh, well...mudah-mudahan yang baca blogku gak ketiduran yaaaa....

Thursday, March 3, 2011

Slow Cooker Pot Roast

Berbulan-bulan lalu (tahun lalu donk..hihihi) aku lagi nongkrong sore di markasnya milis NCC di matraman sama si Arni, dia cerita soal slow cooker. Katanya, slow cooker itu oke banget buat di miliki, bisa bikin macam-macam tanpa susah payah. Contohnya, kalo Arni suka pake slow cooker buat bikin bubur ayam. Malam sebelum tidur, tinggal masukkan beras dan ayam dan bahan lainnya ke dalam slow cooker, besok paginya, udah siap bubur ayam dengan potongan-potongan ayam yang empuk. Wuiiihhh...gimana aku gak naksir berat pengen punya slow cooker. Padahal semula aku itu cerita mau beli panci presto *hihi* Karena sama-sama gak butuh-butuh amat, aku pilih beli slow cooker, selain harganya gak mahal (gak perlu mikir n' milih lama-lama), aku mau juga dong makan bubur ayam enyak seperti buatan Arni...hehehe..

Seperti biasa, kalo lagi hot pengen something, aku akan berusaha mendapatkannya as soon as possible. Pengen beli yang merknya sama seperti punyanya si Arni, tapi tempat belinya rada jauh. Sampe akhirnya pas lagi jalan sama si Tona, ketemu slow cooker di supermarket gede dekat rumah. Merknya beda sama punya Arni, tapi karena yang penting harus ada slow cooker secepatnya *ehem* . Langsung ambil satu, bawa pulang dan masuk lemari...hahahaha.... sampe lamaaa di dalam lemari dan gak di apa-apain. Waktu si mas pulang ke Jambi bawa mobil, slow cookernya aku titipkan sekalian. Yep, sampe Jambi, masuk lemari lagi...sampe lama jugaaa...hahahaha...


Tapi beberapa hari terakhir ini, udah aku niatin mau nyoba pake slow cookernya. Udah pasti mau bikin pot roast aja, gara-gara mupeng ngeliat pembuatan pot roast di youtube. Selain caranya gampang banget, juga gak malu-maluin kalo di sajikan di meja makan. Keliatan seperti makanan serius...hihihi...*apaa cobaaa*. So, waktu ke supermarket sama bang Riri n' the gank, aku mulai beli daging dan kentang. Tapi gak bisa langsung di bikin, karena Minggu ini temasuk hari sibuk di keluargaku. Hari Minggu lalu, ada resepsi khitanan-nya si Abel, trus hari Senin-nya si Dea ada mini concert dari sekolah musiknya di mall. Hari Selasa, jadwalnya ngurusin pengajian rutin di rumah. Aku baru bisa bikin kemarin pagi, rencanaya sih buat makan malam. Tapi gak jadi, soalnya kemarin kak Ika, busu (Paman) Tamam dan nyai (Nenek) Syamsidar (Ibu dan adiknya nya almarhum busu Lahmuddin yang baiiik banget sama aku) berangkat umroh. Waduuuh, kemarin itu di rumah heboh banget, kayak mau ngantar berangkat haji aja, bandara sampe penuuuh...hahahaha...

Karena kemarin dari bandara semua langsung di ajak Papa makan di luar, pot roast yang udah matang aku pisahkan sayur, air dan dagingnya dan aku simpan di wadah kedap udara trus dimasukkan ke kulkas bagian bawah aja. Baru aku hangatin lagi siang tadi. Si Dea dan abangku Riri udah gregetan nungguin aku yang sibuk foto-foto dulu, sementara mereka udah pada pegang piring lapar berat...hihihihi... Alhamdulillah, si Dea suka banget sama pot roastnya. Selama aku manasin pot roast, dia sibuk nyomot daging potongan kecil yang udah aku hangatin duluan. Sayang, dia cuma suka roast sama gravy nya aja, gak mau makan yang lain. Karena Bundanya gak ada, dia ngerasa bebas-bebas aja ogah makan yang serius..hahaha... kalo abangku Riri, juga bilang enak, cuma katanya dagingnya kelewat lembut. Ok deh, next time, pake slow cookernya 9-10 jam aja, instead of 12 jam seperti kemarin. Jadi masih berasa chewynya.

Aku sendiri, suka banget masak cara begini, kayaknya pas banget deh sama aku yang malas masak-masak seharian di dapur. Semua tinggal cemplung dan tunggu. Aku bisa ngerjain yang lain. Mungkin karena dimasak dengan suhu rendah dan jangka waktu yang lama, rasanya tasty banget lho. Dagingnya empuk dan sayuran di bawahnya juga jadi lembut, tumben kali ini aku mau makan wortel..hehehe.. Rencana semula, aku mau masukin kentang sekalian, biar pada masak bareng, jadi gak repot nyiapinnya. Tapi aku kelupaan *ehem* masukkin kentangnya. Akhirnya, aku bikin mashed potatoes aja. Gak tega juga ngasih daging, sama bawang n' wortel doang...hihihi... tapi, next time, kentangnya pasti aku masukkan sekalian, jadi gak repot. Setelah jadi, bisa langsung makan, semua udah matang bareng, gak perlu ngancurin kentang terpisah segala.

Cara pembuatannya pun di youtube ada macam-macam, ada yang dagingnya langsung di masukkan, ada juga yang di coklatkan dulu di wajan baru masuk ke slow cookernya. Aku pilih yang di coklatkan dulu untuk memperkaya rasa. Gak sia-sia deh aku baca bukunya Julia child, kali ini aku praktekkan tipsnya. Sebelum di masukkan ke wajan, dagingnya aku tepok-tepok dulu pake tissue, jadi gak ada air di bagian luar daging. Ternyata bener lho, dagingnya coklat dan cepat meratanya. Untuk bumbunya, ada yang pake kaldu instant, sup instant kaleng, ada juga yang cuma di bumbui kecap inggris thok. Aku bikin sendiri ala aku yang praktis aja, cukup air sama kaldu blok yang di tambah merica dan garam secukupnya. Praktis dan selalu ada di rumah.

Hasilnya sangat memuaskan buat aku, apalagi dagingnya jadi empuk dan matang merata. Selama dimasak, aroma roastnya kemana-mana lho. Kayaknya aku bakalan sering deh eksperimen sama slow cooker ini (telat banget ya gue!). Aku udah kebayang untuk bikin macam-macam masakan yang enak-enak. Soalnya, kecil kemungkinan gagal ataupun gosongnya....hehehe... sayuran pun di potong ala kadarnya, setelah matang, tetap enak aja. Hum...jadi pengen nyoba pake aneka saus juga untuk masakan ku nanti. Bisa saus tiram, hoisin, kecap ikan, kecap inggris, pasta tomat...uuugh...macam-macam deh. Cairannya pun gak harus air, bisa susu atau santan...pokoknya unlimited!...eeh, ntar sekalian juga mau nyoba bikin rawon aaah, buat si Mas. Biar berasa punya suami Arema...hihihihi...

Anyway, ini resep yang aku pake untuk pot roastku kemarin, feel free buat nambah apapun yang bisa bikin lebih enak. Ntar aku dikasih tau ya...hehehehe...




SLOW COOKER POT ROAST
Camelia

Bahan :
500 gr daging sapi bagian paha, keringkan dengan tissue, bumbui dengan merica hitam dan garam, diamkan.
3 bh bawang bombay, belah 8
2 buah wortel ukuran sedang, potong-potong
1/2 sdm merica hitam bubuk
2 sdm minyak sayur
1 cup air
1 blok kaldu bubuk rasa sapi, hancurkan.

Caranya :
  • Dalam panaskan minyak dalam wajan, masukan daging, masak hingga kecoklatan, balik hingga semua sisi daging kecoklatan. Angkat, sisihkan.
  • Tuang air kedalam mangkok slow cooker, masukkan kaldu bubuk dan merica, aduk rata. Masukkan bawang dan wortel aduk-aduk hingga rata.
  • Letakkan daging diatas sayuran, tutup. Gunakan suhu tinggi (high) selama satu jam, lalu gunakan suhu rendah (low) selama 8 jam (kalo suka lebih lembut, tambah 1 jam lagi).
  • Setelah matang, pisahkan daging dan sayurannya.
  • Gunakan kaldunya untuk membuat gravy: panaskan mentega, masukkan 1 sdm tepung terigu, aduk-aduk hingga rata, masukkan kaldu, panaskan sambil di aduk hingga mengental.
  • Sajikan



Monday, October 18, 2010

Billy's Vanilla, Vanilla Cupcakes


Eheeem...aku suka banget usil sama keponakanku yang masih ABG, si Sonia. Dia itu apa-apa patokannya selalu tv. Kalo ada di tv dan lagi nge-trend, siap-siap aja, dia gak bakalan berenti bikin ribet Datuknya (Papaku) atau Bibi-nya (ya Aku..hehehe). Bahkan kadang-kadang dia rela, ngelurusin rambutku dulu pake hair straightner sampe luruuuus banget kalo lagi ada maunya. Pokoknya dia fashionista deh, beda banget sama Bibinya yang suka gak matching kalo pake baju (untung muat aja...hihihihi). Yaaah....yang namanya sayang sama ponakkan, kadang-kadang dompetku jebol juga ...susah nolak...lagian, aku gak mau donk kalo keponakanku kalah trendi....hehehehe...

Nah, ternyata, aku gak gitu jauh sama si Nia. Bedanya, kalo Nia yang di lihat trend fashion, kalo aku makanan aja...hihihihi... mulai dari pengen punya toko coklat, toko permen, toko es krim, bakery keren, sampe macaroon, semua karena pengaruh film ataupun siaran tv yang aku tonton..*giggles*.. Kalo Nia, dia akan langsung berusaha mewujudkan keinginannya, kalo aku, biasanya cuma musiman doang, sampe ada hal baru yang bikin aku tertarik. Gak heran kalo sampe sekarang aku gak punya toko apa-pun...Whoa ha ha hahaha...*dream on*

Aku udah lama penasaran sama cupcakes ala Amerika, itu lho, yang sering di makan sama the girls di serial Sex in the City atau Lipstick Jungle...(hihihihi...kemakan banget sama tipi). Cupcake yang cuma di hias frosting warna-warna pastel. Frostingnya cuma di oles aja tanpa spuit dan kadang di hias dengan satu bunga mungil atau taburan sprinkes warna-warni. Simpeeeeel banget. Penasaran juga dengar cerita kalo cupcake dari Magnolia Bakery di New York itu, pembelinya sampe antri dan satu orang hanya di batasi satu lusin aja. So, mulailah aku searching keliling dunia maya *cieeeeee* dan ternyata, selain Magnolia, ada juga Billy's Bakery yang jadi saingannya. Walaupun aku akhirnya beli buku resep Magnolia Bakery, pilihan ku jatuh sama cupcake vanilla-nya Billy Reece, yang punya Billy's Bakery.

Bukan tanpa alasan, Billy Reece sendiri diundang ke acaranya Martha Stewart, buat nge-demo-in cupcake buatannya. Katanya, stafnya Martha Stewart keliling New York buat nyicipin cupcake paling enak, dan pilihannya jatuh sama Billy's. Selain itu, juga ada review di sini yang terang-terangan bilang kalo ini lebih enak dari pada Magnolia. So....kapan aku pengen bikinnya????? sejak dua tahun lalu!!!....hehehehe... benerkan aku bilang? aku tuh sebentar aja pengennya, trus aku lupa. So, kemaren aku decided bikin Billy's Vanilla Cupcakes ini. Biar gak penasaran seumur idup. Abisnya kelamaan kalo nunggu si Mas ngajak keNew York buat beli cupcakes...hihihihihi...

Selain itu, kemaren aku juga niatin deh nyoba mikser Kitchenaid yang udah dibeli mungkin 6 atau 7 bulan lalu deh, sebelum merit. Miksernya rada berat, pas mau ngeluarin dari gudang, hampir aja gak jadi, untung ada si Mas yang bantu angkat. By the way, aku emang selalu kagum sama desainnya, bedanya, dulu aku menganggap kitchenaid itu sebagai salah satu produk yang berhasil menjadi salah satu icon American Design (maklum, dulu kuliah desain siiih...hihihi). Baru sekarang ini aku baru ngerti ternyata selain desain, fungsinya juga memuaskan.

Walaupun begitu, aku gak penah punya keinginan beli yang serius. Sampe mom Elly, beli mikser ini. Mom Elly itu gak begitu beda sama aku, sesaat doang..hahaha... Setelah dia beli, baru deh dia nyadar kalo dia itu lebih suka cooking dari pada baking (si Mas kesengsem berat sama Lasagna-nya mom Elly lho...). Boro-boro di pake, bayangin aja, sejak beli, miksernya di tempat yang sama sejak pertama kali masuk rumahnya. So, sama mom Elly, aku di suruh ambil soale waktu dia beli, aku sempat naksir juga sama warna-nya yang merah mentereng. Selain bisa 2x bayar, aku juga dapat harga temen, diskon 200-rb.. hihihi.. semula aku sempat ragu, kan lagi hemat duit buat merit. Berkat komporan dahsyat kak Ika, akhirnya aku ambil juga. Tapi sekarang gak nyesel beli, sepertinya beli barang begini emang mesti di paksakan, kalo gak, gak akan kebeli. Uang bisa habis buat hal-hal gak jelas, ya parfum lah, sepatu lah, makan-makanlah..dana starbuck lah...gawat kaaan??? hahahaha...

Miksernya baru aku jemput setelah lunas, walaupun sama mom Elly sudah di suruh angkut secepatnya (risih kali dia ngeliatnya...hihihi). Duuuh...padahal kita pake acara foto serah terima segala lho...kalah deh serah terima bantuan negara...*giggles*...ntar tak cari dulu deh fotonya, ntah kemana. Sampe rumahku, nasib si KA juga gak beda jauh, langsung masuk gudang, titik. Baru kemaren aku nyoba buat bikin cupcakes. Abisnya, setelah ngeliat video-nya Martha Stewart bikin cupcakes sama si Billy pake mikser KA, aku jadi ingat kalo aku punya...hehehehe...kasian deh gue!

Anyway, so far sih, aku puas sama mikser ini. Well, tipe yang aku punya emang tipe Artisan, bukan yang heavy duty. Tapi udah lebih dari cukup buat aku saat ini. Malah waktu aku bikin adonan cupcakes, aku rada nyesel juga kenapa gak beli dari dulu-dulu. Cepatnya itu lho, trus aku juga gak ribet megangin mikser sambil masukin adonannya. Sebenarnya, mikser Phillips setia ku juga ada standnya, tapi jarang aku pake, rasanya kurang ke aduk aja buatku dan malah tambah ribet bersihin adonan di whisknya. Kalo pake KA ini, aku tetap matiin mesin di tengah-tengah buat membersihkan adonan di pinggir mangkok dan beaternya, tapi keliatan koq kalo semua keaduk rata. Trus aku juga suka ada tutup buat menuangkan tepung atau gula bubuk, jadi bajuku gak berlumuran gula tiap kali bikin cake yang mesti di campur gula halus...hehehehe...

Kesulitannya selain berat karena semua dari besi (kayaknya perlu tempat permanen deh...*ngelirik si Mas minta dapur baru*) juga merubah hitungan waktu pengocokan di resep. Harus lebih hati-hati karena bisa-bisa adonan jadi overbeat atau overmix. Basically, gak boleh termenung deh...hihihihi... plus lainnya, aku suka mangkoknya yang besar dan gampang dingin kalo di masukin ke kulkas. Selain flat beater, juga ada hook beater dan Whisk beater. Semua cukup untuk segala bentuk adonan sesuai fungsinya masing-masing. Untuk ergonominya, aku kasih jempol deh, karena gak hanya mengandalkan desain tapi juga safety. Kelebihan lainnya, aku pernah ngeliat di tv, katanya mikser KitchenAid ini, mau keluaran tahun berapapun, tetap bisa pake spare part yang sama dengan sekarang. Lega kan? Gak sabar deh pengen nyoba buat roti. Penasaran pengen liat hasilnya, mudah-mudahan gak kalah sama breadmaker murah meriah ku dulu...*ngarep*

Kembali ke cupcakes ku...
Bikin cakenya gampang banget, gak perlu banyak bikin cucian baskom dan kawan-kawan. Butternya, aku masukkan ke kulkas, setelah sekitar 10 menit di luar ruangan, baru aku pake. Hasilnya juga enak, lebih lembut di banding resep vanilla cupcake lainnya. Sampe hari ini cakenya tetap lembut dan vanillanya bikin wangi (aku pake vanilla extract Durkee).Terasa agak manis, tapi si Mas suka. Katanya, emang manis, tapi dia juga udah tau rasanya pasti manis, jadi gak kaget kalo cupcakenya manis *lho..???*...hihihihi... tapi kalo bikin lagi, jumlah gulanya pasti akan aku kurangi, supaya pas di tambah frosting, manisnya bisa seimbang.

Naaaah...yang jadi masalah frostingnya...
Dibuat dari butter beneran (I love butter!!), tapi jumlah gulanya gila-gilaan banget... 6 sampe 8 cup! pas aku bikin, aku berhenti setelah 4 cup gula. Hasilnya??? frosting yang manisnya bikin aku kaget...wuiiihhhh...manis beneeeerrr.... gimana kalo 8 cup ya??? Gak tahan sama manis-nya, bisa-bisa aku ngajak si Mas ikutan diabet juga... ck..ck..ck... Gak kebayang deh buat yang beli selusin, aku bikin yang mini aja, susaaah banget ngabisin satu saking manisnya. Mungkin emang bener deh, beda budaya, beda rasa. Buat orang Amerika mungkin biasa aja kue yang manis begini. Sampe bela-belain antri.


Akhirnya, cuma beberapa yang aku kasih frosting, sekalian belajar pengen nge-frost cupcake pake spatula, supaya mirip cupcakenya Carrie...hehehe...berhasil, walaupun gak seragam. Sisanya aku simpan di kulkas aja sambil aku pikirin bakal buat apaan. Karena aku suka rasanya yang buttery, next time aku akan bikin lagi, tapi, jelas gulanya akan aku kurangi banyaaaak....karena ada susu (yang ternyata bikin butternya agak putihan), mungkin sebaiknya setelah butter di kocok dimasukkan gula sesuai kemanisan yang di inginkan, baru susu, supaya pas kentalnya.


BILLY'S VANILLA, VANILLA CUPCAKES
Billy Reece, Billy's Bakery

Cupcakes
Bahan :
1 3/4 cup tepung terigu protein rendah (aku pake kunci biru)
1 1/4 cup terigu protein sedang (aku pake segitiga)
2 cup gula
1 sdm baking powder
3/4 sdt garam
1 cup mentega tawar (potong-potong)
4 btr telur ukuran besar
1 cup susu
1 sdt vanilla extract

Caranya :


1. Panaskan oven hingga 325 F. Alasi loyang cupcakes dengan kertas cupcakes. Sisihkan. Dalam mangkok mikser, campur tepung, gula, baking soda dan garam, aduk dengan kecepatan rendah hingga tercampur rata. Masukkan mentega aduk hanya hingga tertutup tepung.

2. Dalam wadah, whisk telur, susu, dan vanilla. Dengan kecepatan mikser sedang, masukkan cairan ke dalam adonan dalam 3 tahap. Bersihkan pinggiran mangkok, setiap tahapannya. Aduk hingga adonan menyatu, perhatikan untuk tidak overbeat.

3. Masukkan adonan ke loyang yang telah di siapkan hingga 3.4 penuh. Masukkan ke oven, di tengah tengah, putar loyang agar rata. Lakukan test tusuk, bila lidi yang ditusuk keluar bersih, artinya matang. Sekitar 17 hingga 20 menit.

4. Transfer ke rak kawat hingga dingin. Cupcake siap di hias.


Buttercream
Bahan :

1 cup mentega tawar, suhu ruang
6 - 8 cup gula confectioner (aku pake iceng sugar 4 cup, masih kemanisan)
1 cup susu
1 sdt vanilla extract

Caranya :

Dalam mangkok mikser, kocok mentega hingga lembut dan creamy, sekitar 2 hingga 3 menit. Dengan kecepatan rendah, masukkan gula, susu dan vanilla, kocok hingga ringan. Gunakan sisa gula untuk mendapatkan konsistensi yang di inginkan.

So... gak perlu ke New York kan???...hehehe...



Wednesday, October 13, 2010

Moroccan Almond Macaroon



Ini salah satu proyek "bangkotan" yang pengen aku bikin. Video-nya aja, udah setahun mangkal di laptopku, teteuuupp aja gak di bikin-bikin. Semula, aku nyimpen resep ini gara-gara patah hati sama French macaroon. Udah berkali-kali bikin, dengan aneka resep, hasilnya selalu flat, yeup, lebih mirip keripik telur ketimbang cookis gembul yang chewy....hiiks! Sampe sekarang, aku masih ogah berurusan sama macaroon ala Perancis yang memang kesukaanku itu. Naaah, pas aku nyari resep macaroon lain, ketemulah dengan resep Moroccan almond macaroon. Semula, aku tertarik abis ngeliat video pembuatannya. Gak tau karena yang bawanya terkesan charming *hehe* atau memang sepertinya gak sulit bikinnya. Tinggal cemplung semua bahan ke dalam baskom, buletin, panggang, jadi deh. Apalagi bahannya cuma sedikit, gak ribet. Sebenarnya, bahan buat bikin French macaroon itu juga gak ribet, tapiiiiiiiii...aku aja yang gak bisa....whoaaaaaa....*nangis kenceng*

Sudah berkali-kali aku ke toko bahan kue beli almond untuk bikin kue ini. Karena di Indonesia susah nyari almond yang ada kulitnya (kalau adapun di supermarket barang import yang harganya, masya Allah...) sempat aku kepikiran mau pake almond bubuk aja, trus aku juga ketemu almond utuh yang udah di kupas, bisa di pake buat toppingnya. Tapi tetep aja rada ogah-ogahan karena yakin bentuknya pasti beda. So, pas umroh lalu, kita berkunjung ke kebun korma. Di sana aku ngeliat ada almond utuh sekalian kulitnya, aku main ambil aja 2 kilo... walaupun udah diingatkan si Mas takut kebanyakan, biarin aja, kadang aku kalo semangat suka gak tanggung-tanggung...hihihihi...

Aku suka banget sama almond. Dulu, aku gak suka karena rasanya aneh. Ternyata yang aneh itu essence almond. Kalo almondnya beneran sih enak. Apalagi buat di tabur-tabur diatas cake atau brownies. Selain tambah cantik, crunchy-nya bikin beda. FYI, almond itu mengandung lemak yang baik buat tubuh lho, bagi yang diet tapi suka nyemil, boleh deh pertimbangkan nyemil almond dibandingkan kacang lainnya. Of course, almondnya cukup di panggang (toast), kalo di goreng, minyaknya bikin almond gak sehat lagi (apalagi setelah itu di taburi msg...ampuuuun deh!). Mudah-mudahan suatu saat nanti, almond bisa di berdayakan di Indonesia dan harganya jadi jauh lebih murah supaya orang Indonesia sehat-sehat...amiiiinnn..ehem...

So, tadi aku mulai praktek bikin kue almond ini, ternyata beneran gak sulit. Kacangnya aku tumbuk pake chopper hand blender yang aku punya. Aku suka banget pake hand blender, soalnya praktis. Penah juga aku pake buat ngegiling ikan waktu bikin pempek, hasilnya cukup halus. Pas lah buat aku yang belum punya usaha kuliner dan belum punya keluarga gede, itung-itung nunggu tabungan penuh buat beli food processor segede gaban yang lebih canggih..hehehehe... fotonya seperti di bawah ini, selain chopper, dapat whisk sama kocokan milk shake yang sepertinya juga bisa di pake buat bikin mashed potatoes. Tipe yang aku punya ini Kenwood wizzard pro. Waktu aku beli, merk ini yang watt-nya paling rendah (400 watt).

Setelah almond di giling, bahan lainnya tinggal di campur aja, termasuk kulit jeruk lemon (yang ternyata memang sangat berpengaruh sama rasa cookies, terasa lho, jangan sampe lupa ya). Untuk putih telurnya, di kocok hingga kaku, tinggal di aduk ke adonan berlahan dengan sendok kayu. Nyetaknya juga lumayan menyenangkan, sebentar udah selesai. Awalnya aku malas banget ngolesin tangan dengan minyak sayur sebelum membulatkan adonan. Ternyata membantu sekali, adonan jadi gak lengket lagi di tangan. Pemanggangannya di sarankan 15 menit, tapi itu tergantung oven masing-masing. Oven ku butuh waktu 25 menit.

Pas matang, cookies harus di biarkan dulu di atas loyang sebelum diangkat, kalo gak, di jamin ancur (sudah terjadi sama aku tadi soalnya..hehehe). Pemakaian silpat atau baking sheet sangat di sarankan, biar gak sulit ngelepasnya dari loyang. Seperti yang udah aku duga sebelumnya, macaroon ala Marocco ini manis seperti dessert dari negara-negara timur tengah lainnya (buatku sih biasa aja, tapi buat yang gak suka manis, bisa kemanisan).Tekstur cookiesnya, rada kering di bagian luar, tapi sangat chewy di bagian dalam. Rasanya mirip nougat almond. Tadi sempat juga aku manggangnya lebih lama (hingga ke coklatan) eeeh...ternyata enak juga tuh, lebih krispy! dan ini juga salah satu cara meminimalisir rasa manisnya.

Di bawah ini resepnya setelah aku terjemahkan dengan bahasa ku sendiri. Untuk ukuran, aku memang tidak mengkonversi ke gram. Di timbangan digital kan ada opsi Oz, jadi aku tinggal ganti aja, ribet euy kalo mesti pindah ke gram dulu.



MOROCCAN ALMOND MACAROON
www.cookingwithalia.com

Bahan :
12 oz almond utuh
6 oz gula bubuk
2 btr telur
1 lemon ukuran kecil
1 sdt baking powder
1 tbsp cooking oil for rolling
beberapa almond utuh untuk hiasan

Caranya :
1. Giling almond di dalam mesin penggiling hingga menjadi bubuk almond yang halus (kalo aku sengaja rada kasar, supaya terasa tekstur almondnya).

2. Parut kulit jeruk lemon

3. Pisahkan kuning telur dan putih telur

4. Campur kuning telur dengan bubuk almond, gula bubuk dan kulit jeruk lemon parut serta baking powder.

5. Kocok putih telur hingga kaku .

6. Campurkan putih telur kedalam adonan kuning telur. Gunakan tangan untuk mencampur adonan untuk memastikan semua bahan tercampur rata.

7. Olesi tangan dengan minyak goreng, lalu bulatkan adonan, gempengkan sedikit dan letakkan di atas loyang yang telah dialasi kertas loyang. Lalu beri almond utuh diatasnya untuk dekorasi.

8. Panaskan oven pada suhu 350F dan panggan selama 15 menit.

P.S : Ketika panas, macaroon memang terasa sangat lembut, teksturnya akan berubah mengeras setelah dingin.



Monday, October 11, 2010

Bluesky's Roti Manis


Beberapa minggu lalu, di Milis NCC yang tercinta, ada yang cerita kalo di Carrefour ada sale breadmaker...50% off!!! gak tanggung-tanggung, dari 500rb-an, jadi 200rb-an.... mantaaaap!!! Nah, sebagai orang yang gak tahan dengar yang namanya diskon, aku jelas langsung blingsatan. Gak tau bakal apaan, yang penting punya dulu *ampuuuun deeh!* Gak sabar banget nunggu besoknya buat beli. Malamnya udah browsing-browsing ngeliat testi yang punya breadmaker Bluesky (katanya emang merk keluaran Carrefour). Heran juga karena rata-rata ketemu di blognya blogger Singapura atau Malaysia. Mungkin breadmaker merk ini memang gak begitu populer kali ya di Indonesia.

Besoknya, aku melesat ke Careefour dekat rumah yang di MT. Haryono, ogah bilang-bilang si Mas, cukup di supirin pak Di aja....tapiiii...huuuu...gak ada. Mba'nya malah bingung aku ngomong apaan, malah di tawari toaster. Ya udah deh, daku pulang aja, tapi malamnya berusaha melupakan si breadmaker (tapi berharap masih ada banyak stoknya...hehehe). Alhamdulillah, besoknya lagi, iseng aja ngajak si Mas ke Bekasi Square (di milis katanya di sana banyak)...eeeehhhhh.... ntah kenapa si Mas mau aja. Padahal di luar hujan lebaaaaat.... takutnya macet. Tapi karena si Mas semangat nganterin, ya jadi lah kita ke Bekasi setelah hujan agak reda. Jauh banget ya, Bekasi boooo.... Alhamdulillah, ternyata ada, walaupun hanya tinggal 1 aja yang masih di box. Sebelum beli, salesnya juga ngingatin kalo watt-nya gede, 600 watt dan wadahnya kecil. Thats ok, bungkuuuuusss.....

Naaaah....as expected, mesinnya mejeng aja dulu di gudang. Apalagi lusa-nya aku sama si Mas pulang ke Malang. Biasaaa...lebaran sangat terlambat ke tempat mertua...hihihihihi... seru lho, kita berdua doang bawa mobil, dan sepanjang jalan, si Mas nyetir sendiri. Aku beberapa kali nawarin ganti nyetir, tapi dia ogah. Katanya dia stress kalo aku yang nyetir...ya udah, aku sih senang-senang aja, cuma makan bobo' sepanjang jalan...whoa ha ha ha ha ha... Baru setelah pulang dari Malang beberapa hari lalu aku mulai mikiri buat nyobain mesin roti murah meriah ku ini. Sebelum nasibnya sama dengan mikser KitchenAid yang ikutan mejeng bareng di gudang. Sampe sekarang gak di pake-pake...sayang kan...

So, kemarin siang, aku mulai nyoba bikin roti. Breadmaker made-in-China aku keluarkan dari gudang. Baca manual seadanya, dan mulai pencet-pencet. Cara pengoperasiannya mudah, di dalamnya ada wadah yang mirip loyang tinggi keatas dan bisa dilepas-lepas. Trus ada hook kecil yang dipasang di tengah loyang. Pasang lalu masukkan bahan kedalam loyang. Tombolnya juga mudah di mengerti, ada pilihan basic, french, whole wheat, sweet dan seterusnya, termasuk untuk membuat jam dan dough doang. Trus juga ada tombol berat roti, ada yang 700gr dan 900 gr. Trus juga mau berapa gelap rotinya, ada light/medium/dark.

Pertama, aku bikin pake resep roti tawar dari buku baking keluaran Australia. Waktu itu, aku kira-kira aja pake tombol "basic".... rotinya sih jadi, tapi rada kering dan crusty. Kulit pinggirnya terlalu tebal. Mungkin its ok, kalo aku mau bikin roti baguette yang emang pinggirnya tebal. Tapi, wadahnya gak memungkinkan dan akupun gak bikin roti baguette!...hehehehe... Untung kemarin semangatku tinggi buat bikin roti sampe jadi. Apalagi si Mas bolak-balik nanyain rotinya jadi gak, sambil pura-pura mau matiin mesinnya biar aku cemas...hehehe...gak tau deh, dia beneran semangat ngeliat hasilnya, atau dia ogah rugi aja beliin aku kitchen gadget pertama...gak tau aja dia kalo aku bakal minta dibeliin yang lain lagi nantinya...hihihihihi....*devil's laugh*

Roti yang gatot segera aku singkirkan, dan aku ganti bikin roti manis pake resep dari buku manualnya Bluesky, bahannya lumayan simple dan kali ini di sarankan pake tombol "sweet" dan baru matang hampir jam 12 malam tadi di saat si Mas pun udah tidur nyenyak....hasilnya??? enak n' lembut!!! Seratnya lumayan halus, Karena mengandung telur, warnanya jadi kekuningan dan rasanya ada manisnya sedikit. Pokoknya gak kalah deh sama roti tawar yang di jual di toko. Tapi ini lebih enak, karena lebih padat, rasanya lebih mewah aja...*cieee*....apalagi, saat di olesi butter tebel-tebel plus selai buah favorite....hummm...heavenly!!!

O ya, yang lucu, pas ngelepas hooknya dari roti. Waktu percobaan pertama, hook-nya nempel di bagian dalam bawah roti. Aku rada geli juga waktu ngebayangin ngasih roti buat temanku, aku harus ngomong gini "Ntar kalo udah, hooknya balikin ya...."...hahahahaha.... ternyata, itu gak terjadi lagi waktu percobaan kedua. Rotinya lepas sendiri, dan hooknya tetap nyangkut di loyang. Gampang lepasnya, walaupun, ada tercetak bentuknya di bagian bawah roti. Tapi gak menganggu koq. Enak-enak aja. Untuk pembuatan roti dari ngadon sampe manggang, baik yang basic maupun sweet, makan waktu 3 jam. Aku bisa lihat dari kaca mungil di tutupnya, 10 menit pertama, udah keliatan jadi adonan yang bulat gitu.

Gak sukanya...?
Mungkin watt yang tinggi jadi masalah. Tapi aku berharap itu tarikan pertama aja. Kalaupun tidak, so far di rumah gak keganggu listriknya waktu digunakan. Kata si Mas, kalau ragu dengan kapasitas watt di rumah, pakenya siang aja, waktu lampu sama AC di rumah gak di gunakan. Bisa juga pake stabilizer buat jaga-jaga. Even though, menurutku, banyak juga mesin dapur lainnya dengan watt yang sama. Lainnya mungkin bentuk loyangnya yang gak terlalu besar. Walaupun cukup untuk membuat roti hingga 900gr, tapi tetap gak bisa di pakai buat manggang roti bentuk lainnya selain bentuk loaf.

Ooo...ada lagi yang bikin aku males, mesin ini keliatan banget murah meriah. Jangan coba-coba deh di bandingin sama merk-merk breadmaker canggih lainnya (lha, harganya aja berkali-kali lipat mahalnya). Apalagi pake tangkai plastik segala untuk di bawa-bawa. Menurutku lebih mirip termos di banding breadmaker...*hihihihi*

Puaskah daku dengan breadmaker ini...??
Yah lumayan. Dengan harga segitu (pas diskon ya...hehehe), jelas aku puas. Apalagi, aku gak perlu ngapa-ngapain selain masukkin bahan dan tekan tombol. Gak perlu capek ngulen-ngulen dan gak perlu bertaburan tepung di bajuku seperti biasanya. Kalo pengen bikin roti lain, mungkin bisa digunakan tombol "dough" aja. Setelah di ulen dan di kembangkan di dalam mesin, trus adonannya di keluarin, tinggal di bentuk-bentuk dan di panggang di oven seperti biasa. Karena menurutku, yang bikin malas bikin roti itu urusan ulenan dan pengembangan, dan breadmaker ini, bisa melakukannya dengan baik.

Aku bisa ngebayangin, bikin roti malam buat dimakan besok paginya. Ini jauh lebih baik dari gayaku selama ini, kalo roti tawar dari bakery abis, selalu nyetop roti abang-abang yang lewat, yang rotinya gak jelas merknya apa dan dibikin kapan...hehehehe... kalo ini, aku yakin lebih sehat...lihat aja bahannya, gak ada yang aneh-aneh kan??? Ini resepnya, ada yang untuk 700gr dan ada yang untuk 900gr, karena semalam aku bikin yang 700 gr, aku posting yang itu aja ya...



ROTI MANIS
Bluesky breadmaker manual

Bahan :

200 ml susu segar
1 1/2 sdm mentega atau margarine
1 btr telur
1 sdt garam
1 1/2 sdt madu
3 sdm gula
450 gr tepung roti (aku pake cakra)
1 sdt ragi instant (aku pake saf)

Caranya (ini bahasaku sendiri ya..hihihih):
Masukkan semua bahan ke dalam wadah breadmaker (mulai dari yang cair dulu), pasang tombol sweet, trus colornya medium, dan pilih beratnya 700 gr, tekan tombol start, lanjut nonton CSI....3 jam, jadi.

Happy baking!

Sunday, September 19, 2010

Sanrio Cookies

Kemarin lusa, baru aja aku mau santai tiduran sore, tau-tau ada telfon dari Meri (ingat Meri? dia yang ngajarin aku bikin kue sarang semut) yang ngasih kabar kalo Mama-nya wafat. Langsung aku lari ke ruang tamu ngabarin Papa-ku, tamunya terpaksa di tinggal dulu karena aku dan Papa harus ke rumah sakit yang kebetulan gak begitu jauh dari rumahku. Duuh...padahal sehari sebelumnya, aku baru jenguk beliau sama si Mas dan Tona. Waktu itu aku rada optimis karena wajah Maedo yang sebelumnya bengkak, mulai normal lagi. Gak taunya Allah SWT berkehendak lain. Kata Papa-ku, dari kecil Maedo ku itu memang gak pernah sehat, bisa di katakan, tidak ada satu tahun tanpa sakit (Maedo Yani ini sepupu Papaku dari Ibu-nya). Aku sedih deh, Mama-nya Meri yang biasa aku panggil Maedo Yani (Maedo, Bibi yang muda) itu orangnya baik banget. Gak suka ikut campur urusan orang lain, dan gak pernah juga ngegossipin orang. Gak heran waktu pemakamannya kemarin, banyak sodara-sodara yang datang ke dusun. Mereka pasti sama dengan aku, sayang banget sama Maedo Yani. Alfatihah buat Maedo ku ya...

Beberapa hari terakhir ini, aku memang berencana mau bikin kukis hias. Niatku pengen nyobain cookie cutter yang aku beli. Belinya udah lamaaaa banget. Waktu itu sampe menggebu-gebu mesti punya. Karena belinya pre-order dulu, rasanya nunggu 2 minggu lamaaaa banget. Yang jual di tanyain terus kapan datangnya....hehehehe... giliran cookie cutternya datang, di lihat-lihat. Pamerin ke semua orang, trus...ya bergabung sama cookie cutter yang lain di kotak penyimpanan gak di apa-apain. Sampe awal puasa kemarin, aku bawa aja ke Jambi, cita-citanya bikin cookies hias buat lebaran...huuu...boro-boro. Aku lagi gak mood banget buat baking-baking. Akhirnya juga di simpan aja di laci. Si Dea yang awalnya mupeng pengen nyobain cookie cutter Hello Kitty, sampe bosen nagih kapan mau bikin, sampe dia lupa sendiri..ehem..

Nah, karena kemarin si Dea pulang dari lebaran di tempat Eyang-nya di Jakarta, aku niatin buat bikin, supaya pas dia datang, bisa dapat cookies nya. Eeeh....gak taunya ada berita Maedo Yani wafat, jadi hilang semangat buat bikin. Tapi, sepulang dari rumah sakit, aku gak bisa tidur. Si Mas aku ajak ke ruang makan buat nemanin aku, dia tumben aja mau. Di ruang makan, akhirnya aku putusin buat bikin aja, toh aku belum ngantuk sama sekali. Aku pun gangguin si Mas yang lagi baca berita di internet buat cari resep online. Aku pilih resepnya Sugar Cookies-nya Martha Stewart. Soalnya gak perlu misahin telur segala, cukup satu butir telur utuh. Setelah adonannya jadi, sempat ragu juga soale lembuuuut banget, boro-boro mau di cetak, di pegang tangan aja lengket. Hampir aja aku tambahin tepung, untung gak jadi. Adonannya aku masukkan ke mangkok, tutup dengan plastik, dan aku simpan aja di kulkas. Selain aku udah ngantuk, aku juga mikir mungkin adonannya mengeras setelah di masukkan ke kulkas, ternyata bener.

Kemarin sore, pulang dari pemakaman di dusun, baru adonannya aku keluarkan. Sebentar banget di luar kulkas, sudah bisa di gilas dan di cetak. Si Dea yang udah nyampe, ikutan juga nemanin aku. Kadang dia ngoceh soal cetakannya, kadang dia menghilang ntah kemana...hehehe... senang deh ngeliat cookies yang baru di cetak, lucuuuu banget. Coba waktu SD dulu punya cetakannya dan di bikinin cookiesnya, teman-teman mungilku bisa heboh. Maklum, jaman aku SD dulu, barang-barang Sanrio termasuk langka dan mahal. Kalo beli alat tulis di toko buku pas liburan di Jakarta, wuiiih...bisa berjam-jam milih stationary-nya. Padahal, sampe sekolah ngeraut pinsilnya dikit-dikit biar gambarnya gak abis...hahahahaha... tapi jaman itu kaya'nya semua istimewa. Gak seperti sekarang, sejak banyak serbuan barang-barang China, jadinya gak spesial lagi, biasa ajaaaa...

Nah, pas di cetak sih lucu, bentuk wajahnya jelas. Lha pas di hias....apuuuuun deh! kacauu banget. Kayaknya aku emang gak bakat, selain tanganku gak steady, aku juga bosen berat. Si Dea aja yang semula semangat, langsung kabur setelah menghias 3 cookies... dengan terpaksa aku selesaikan juga urusan hias-hiasnya. Pfffhhhh...legaaaa banget pas selesai. Cukup puas, walaupun hasilnya beda banget sama cetakannya, tapi shape-nya jelas koq mana yang Hello Kitty dan mana yang My Melody...*alesan*...hahahahaha....

Rasanya??? kebetulan tadi gank sekolah ku dulu pada ngumpul makan siang di rumah, sekalian deh cookiesnya di keluarin. Selain mereka gak percaya kalo aku yang bikin, pada suka tuh sama cookiesnya. Kalo menurutku juga enak. Mirip sama cookies yang sering aku beli di mall dekat kampus ku di Atlanta dulu. Di sana ada counter cookies yang ngaku sebagai cookies terbaik di dunia *lebaaay*. Abis makan siang, aku selalu beli sugar cookies, sementara temanku si Corey, selalu chocolate chips cookies. Aku suka aja sama sugar cookies, terasa ada gulanya dan rasanya gak rumit. Nah, cookies yang ini rasanya seperti itu. Tapi sensasi gulanya gak begitu karena gula di resep aku ganti sama gula halus....bukan apa-apa, kebetulan aja stok gula halus banyak di rumah sisa lebaran...hehehehe...kalo pake gula beneran, pasti lebih mirip lagi!

Tapi, buat yang suka cookies ala Indonesia yang lembut dan tidak terlalu manis, lupakan saja resep ini. Karena yang ini lebih keras dan manis. Dengan gula halus aja lebih manis dari kue kering biasa, apa lagi kalo pake gula beneran kan???

O ya, untuk icingnya, aku pake resep icingnya NCC. Waktu pembuatan icing cookies hias, kalo ada gunakan gula icing. Paling tidak, gunakan gula halus yang berkualitas. Waku lebaran kemarin, aku bikin cheese button, icingnya gak kering-kering, ternyata karena aku pake gula halus gak jelas merknya apa yang di beli si Topo (yang jaga di rumah Bokap) di warung belakang. Alhasil udah di oven lamaaaa baru deh kering, itu pun kayak berlobang-lobang. Sayang banget!!

Ini resep Sugar Cookiesnya, aku terjemahkan ala kadarnya aja. Kalo mau resep aslinya, langsung aja ke websitenya ya....


SUGAR COOKIES

Martha Stewart

Bahan :

2 cup tepung serbaguna (protein sedang)
1/4 sdt garam (aku gak pake)
1/2 cup ( 1 stick) mentega tawar ( aku pake yang asin/salted)
1 cup gula (aku pake gula halus)
1 btr telur ukuran besar, kocok sedikit (pake sendok aja)
2 sdm brandy atau susu (pake susu aja)
1/2 sdt vanilla extract


Caranya :

  • Campur rata tepung, garam dan baking powder dalam mangkuk sedang, sisihkan.
  • Dalam mangkok mikser, kocok mentega dan gula hingga pucat dan ringan.
  • Sambil terus di kocok, tambahkan telur, brandy/susu, dan vanilla. Mikser hingga tercampur rata.
  • Turunkan kecepatan mikser ke paling rendah, berlahan, masukkan campuran tepung. Mikser cukup hingga tercampur saja.
  • Pindahkan adonan ke talenan, bentuk seperti 2 buah disk, tutup dengan plastik wrap dan simpan di kulkas minimal 1 jam (kalo aku biarin aja di mangkok, tutup dengan plastik, masukkan kulkas)
  • Panaskan oven hingga 350F, alasi loyang dengan kertas roti atau gunakan loyang anti lengket. Sisihkan.
  • Di atas alas yang di beri tepung, gilas adonan hingga ketebalan 1/8 inch. Cetak sesuai keinginan susun di atas loyang, beri jarak. Panggang di oven hingga coklat keemasan seala lk. 10 menit. Dinginkan di rak kawat sebelum di hias.

Friday, November 20, 2009

Alat Ukur Berat dan Volume

Kali ini pengen ngebahas soal alat ukur deh. Baik itu untuk cairan maupun padat. Menurutku alat ukur ini penting banget buat dimiliki (kecuali kalo udah pintar ilmu kira-kira siiih...). Bagi yang baru belajar baking, alat ukur merupakan must-have item. Tinggal disesuaikan budget aja. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Mulai dari timbangan digital hingga measuring cup yang murah meriah. Disini aku bahas aneka alat ukur yang ada di dapurku aja yaaa...


1. Timbangan
Dipasaran banyak tersedia timbangan digital, dengan aneka merk dan harga yang berbeda pula. Punyaku ini merknya Brabantia. Sejauh ini, aku cukup puas tuh. Udah hampir 4 tahun, gak pernah ada masalah. Baterainya pake batre yang gepeng seperti koin. Selama itu baru ganti baterai 2 kali, hemat kan? tapi mungkin karena gak aku gunakan tiap hari. Kekurangannya, coba lihat deh bagian pinggirnya yang pake lis miring, itu bikin bidang datar ditengahnya sempit. Jadi kalau mau nimbang pake baskom yang agak besar, mesti hati-hati.

Belinya cuma dapat timbangan tok, tanpa mangkok. Aku suka pake timbangan digital karena lebih akurat dan bisa ngukur dari ukuran terkecil. Seperti punyaku ini, bisa ngukur dari 1 gr - 3 kg, kadang malah aku pake buat nimbang dengan Lbs kalo lagi malas konversi. Tinggal tekan tombolnya, ganti Kg ke Lbs, beres, jadi lebih praktis. Tapi waktu pertama belajar bikin kue dulu, aku pake timbangan biasa aja, toh kue-nya tetap jadi aja tuuuh...


2. Measuring Cups

Menurutku measuring cup ini bisa jadi solusi buat yang punya budget maupun space terbatas. Tinggal cari aja resep yang menggunakan cup, naaah...bisa bikin-bikin deh. Biasanya resep-resep dari Amerika menggunakan cup sebagai alat ukurnya. Gak jadi masalah cupnya terbuat dari apa, ada yang dari almunium dan ada yang dari plastik. Fungsi keduanya sama aja. Aku sendiri lebih sering pake yang plastik, soale ringan...hehehe.. harganya gak mahal dan bisa ditemui di supermarket besar maupun di toko peralatan baking. Sebelum beli, yang perlu diperhatikan jumlah cupnya. Semakin banyak pilihan ukurannya, semakin baik. Standarnya, ada 1 cup, 2/3 cup, 1/2 cup dan 1/4 cup. Kadang ada juga 1/3 cup. Coba lihat cup-ku yang warnanya merah, bentuknya lucu ya? tapi jumlah cupnya dikit, jadi malas pake karena gak lengkap.

Kalo gak ketemu cup seperti ini, lihat deh di supermarket, biasanya ada alat ukur cairan dari plastik, kadang selain ml, juga tertera ukuran cup. Bisa jadi alternatif. Memang, bahan-bahan yang diukur dengan cup, ada yang bisa di konversi ke gram, tapi itu biasanya yang basic aja, seperti gula dan tepung. Kalo punya cup-nya, bisa lebih bebas, bisa buat ngukur choco chips ataupun kacang-kacangan, bahkan cairan.


3. Alat Ukur Cairan

Ini juga penting untuk dimiliki. Walaupun banyak benda lain yang bisa dimanfaatkan buat ngukur cairan, seperti botol susu, wadah air minum dan lainnya. Tapi tetap, kalo punya alat ukur ini lebih bebas. Gak masalah alat ukurnya dari kaca atau plastik, yang paling penting adalah angka dan garisnya jelas. Itu mesti dilihat betul, soale kadang ada yang hurufnya pake huruf Jepang, sampe rumah bingung mana yang ml, fl oz dan mana yang cup..hehehe... (terjadi sama diriku tuh). Kalo gelas stainless mungil dipaling bawah, itu untuk ukuran kecil, hanya 15 ml hingga 75 ml. Aku beli iseng aja, soale gelas ukur biasa, mayoritas dimulai dari 100ml.

Harganya juga lumayan murah koq, yang terbuat dari plastik seperti yang paling atas itu bisa di beli di supermarket biasa. Aku sering pake kalo harus ngukur berliter-liter karena besar. Kalo favoriteku, yang pakai tangkai hitam ditengah. Angkanya jelas, dan didesain supaya angkanya juga bisa dibaca dari atas. Jadi aku gak perlu nunduk segala kalo mau lihat angkanya diatas meja dapur..hehehe...

4. Sendok Ukur

Ini sengaja aku taruh dibagian akhir, soalnya gak masalah punya apa nggak. Sendok ukur ini terdiri dari ukuran sendok makan dan sendok teh. Nah, itu kan bisa saja pake sendok yang ada di rumah. Cuma kalo masih ragu, atau pengen ukuran yang sama terus, ya gak ada salahnya pake sendok ukur begini. Aku sendiri jarang pake, ribet. Lebih suka pake sendok biasa aja, kalo selesai langsung di beresin sama yu' Yati...*pemalas*...ehem...

Well, itu deh semua alat ukur yang ada di dapurku. Yang sering aku pake buat uji coba resep dirumah dan aku pajang di blog ini. Pokoknya, gak jadi masalah punya yang mana, sesuaikan saja sama kebutuhan. Gak ada istilah gak jadi bikin karena gak punya ini dan itu. Percaya deh, kalo dituruti, kebutuhan alat dapur itu gak akan abis-abis....hehehehe...

Happy Cookin' and Bakin'

Monday, November 16, 2009

Kue Cubit

Aku tadi diajak si Mas nonton 2012, filmnya lumayan bagus. Sabtu kemarin kita mau nonton, udah antri lama...eeeh, udah penuh (kecuali kalo mau duduk dipaling depan!), hari minggu kemarin juga mau nonton itu sama si Tona, teteeep mesti antri. Puas deh akhirnya bisa nonton juga. Naaah, sebelum nonton, aku sempet bikin kue cubit. Kue mungil ini sebenarnya bukan kue favorite ku. Maksudnya, kalo ada, ya aku makan. Belinya pun kalo lagi iseng ketemu sama abang penjual kue cubit dipasar. Gak akan aku keluar rumah cuma sekedar beli kue cubit doang. Faktor lain yang sering bikin aku pada akhirnya beli kue cubit, karena bentuknya yang imut-imut dan ngegemesin banget. Aku suka beli buat dibagi-bagi sama siapa aja yang ikut denganku. Murah meriah dan selalu dapat sambutan yang menggembirakan...hihihihi...

Senang deh ketemu resep kue cubit di majalah Femina. Apalagi kebetulan bahannya udah ada dirumah. Hum...akhirnya, bisa juga aku berdayakan loyang kue yang aku beli udah dari kapan-kapan. Loyangku ini belinya jauh lho, di Singapore. Ngapaiiiiiiinnnn cobaaa!!! well, waktu itu aku dan Papaku ke sana buat jenguk keponakanku si Sonny yang lagi sekolah disana. Pas lagi jalan sambil nunggu Sonny pulang sekolah, aku ngeliat toko peralatan rumah tangga, aku hepi banget ketemu cetakan tembaga ini. Kayaknya waktu itu, susah deh nyari cetakan kue yang rada kuno (maklum, blom ikutan milis...). Apalagi yang ada bentuk ikannya. Pilihannya ada 2, yang putih sama yang kuningan (yang ini selalu aku lihat kalo ke kampung Papa) tapi karena yang kuning harganya mahal banget, aku pilih yang besi biasa aja.... (Ih! udah lah belinya jauh, masih medit aja..hihihihi).

Aku milih yang ada bentuk ikannya, soalnya udah lama kepengen belajar bikin bolu ala kampung buatan sepupu Papaku yang tinggal dikampung, Maedo Zaila (Bibi Zaila). Beliau kalo bikin bolu, enaaaakkkk banget, bolunya kering, gak pake mentega. Dikocok pake tangan dan diberi air. Trus dipanggang di atas tungku kayu hingga matang, dijemur hingga kering. Dari kecil sampe sekarang, kalo ke rumahnya, pasti aku ngincer bolunya. Maedo-pun tau banget kalo aku dan abang-abangku doyan bolu air buatannya. Kalo tau kami akan datang, dia pasti bikin buayaaak, supaya sekalian dibawa buat pulang (Maedo-ku ini gak menikah, jadi kami udah seperti anak-anaknya). Ntah kenapa, dari dulu sampe sekarang aku lebih suka yang bentuknya kayak ikan... dulu aku malah bilang bolu keringnya Maedo itu, bolu ikan kecik-kecik (bolu ikan kecil-kecil)...Ibuku pun ikutan bilang begitu...hehehehe...

Yang bikin bete, waktu beli loyang itu, Papaku lagi demam Ambal (bahasa Jambinya permadani). So, Papa keluar masuk toko beli karpet dengan alasannya masing-masing (buat musholla-lah, ruang makan-lah, kamar-lah..etc...). Lha, daku yang jadi tukang angkut, sampe ngerasa bahu-ku mau copot ngangkut karpet, ditambah loyang besi pula. mana betis rasanya kram kebanyakan jalan. Ampuuuunnnn...!!! rasanya keki banget waktu tau di Indonesia sendiri buanyaak! Di pasar senen, pasar mayestik, apalagi di pasar mester. Termasuk permadani yang dibeli Papaku, gak kalah deh sama di tanah abang , fatmawati dan pasar baru!! Iiih, sebeeeel buanget! tapi sejak ke jadian itu, aku sama Papaku lebih suka belanja di Indonesia aja. Kalo ke Singapore, kita cuma jalan doang, trus pulang. Apa sih yang gak ada di negara kita? mau yang murah sampe yang super-mewah, ada !!!Lagian lebih enak belanja di Indonesia koq. Keramahan penjualnya gak terkalahkan sama Singapore bahkan Malaysia sekalipun!!! Proud to be Indonesian deh...

Tadi siang, aku bikin adonannya ditemani yu Yati. Gak lama koq bikinnya, kecuali ya nunggu adonannya berbuih. Yang ribet, manggangnya. Adonan pertama, gosong dengan suksenya. Apinya aku kecilkan hingga paling kecil, tapi adonan kedua tetap gosong juga. Akhirnya api aku matikan, dan cetakan aku dinginkan. Setelah itu, aku hidupkan api paling kecil, dan loyang aku naikkan lagi keatas kompor. Baru deh....gak ada item-item!! mungkin karena besi kali yaa, jadi kalo panas, jadinya panas buangeeeet... O ya, supaya bentuknya rapi, ngisinya jangan penuh-penuh. Kalo gak, bagian atasnya keliatan gak sama dengan cetakannya. Trus aku sempat bingung juga kenapa atasnya lama kering nya, sementara bawahnya udah kecoklatan. Tenyata harus ditutup saudara-saudara... baru deh, atas bawah mateng dengan cantiknya!

Rasanya?? mirip koq sama yang dijual abang kue cubit dipasar. Tapi kalo aku bikin lagi, gulanya aku tambah deh. Soale rasa manisnya kurang nendang nih (buat aku lho yaa! kata yu' Yati malah kemanisan) Trus biar asik, bisa diberi coklat meises... tadi aku lupa. But, untuk pertama kali bikin kue cubit, aku sudah puas banget. Kuenya lembut dan bikin aku nyomot terus sambil nge-blog n' nonton tv...

Ini resepnya...


KUE CUBIT
by. Majalah Femina

Alat :
Catakan kue cubit

Bahan :
3 butir telur ayam
150 gr gula pasir (kalo aku rasanya kurang manis ya...)
50 gr margarine, lelehkan
1/8 sdt vanili bubuk
200 ml air

Ayak bersama :
1/4 sdt soda kue
300 gr tepung terigu serba guna
1/2 sdt garam

Cara Membuat :

  • Kocok telur dan gula pasir hingga putih. Masukkan campuran tepung terigu sambil aduk perlahan hingga rata.
  • Tambahkan margarine leleh, vanili dan air, aduk rata. Diamkan selama 60 menit hingga berbuih, sisihkan.
  • Panaskan cetakan kue cubit diatas api kecil, olesi margarine hingga rata. Tuang adonan kedalam lubang-lubang cetakan hingga 3/4 tinggi cetakan. Masak hingga matang. Sajikan.

Saturday, August 8, 2009

My Cupcake Cookie Jar


Alhamdulillah... setelah semalaman baku tembak di Temanggung, akhirnya teroris Noordin M. Top tertangkap juga (eehhh...mudah-mudahan beneran dia ya!). Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga. Salut deh, buat aparat kita yang udah berhasil menjalankan tugasnya. Mudah-mudahan keberhasilan mereka kali ini dapat menggugah hati nurani yang berwenang untuk menambah anggaran pertahanan dan keamanan kita. Supaya aparatan Polri maupun TNI Indonesia bisa ikut pelatihan teknologi yang state-of-the-art dan punya peralatan yang canggih-canggih, gak kalah sama yang keren-keren di tv, seperti FBI, CIA, CSI atau Miami Vice maupun NYPD....hihihihi... (Iiiih...kentara banget daku kebanyakan nonton tv)

Sambil nonton tv soal penangkapan teroris, aku mau posting aaaah... tetap kitchenware. Tapi kali ini hasil belanja sama Papa-ku Kamis lalu. Aku sama sepupuku Tona, nyusul bokap yang udah ke Senayan City duluan selesai rapat. Abis makan, kita jalan dan Papa mau beli sprei baru. Pas lewat bagian kitchenware-nya...Taraaaaa....aku ngeliat cupcake gede! setelah didekati, ternyata cookie jar berbentuk cupcake!! lucuuuu!!! trus aku pegang-pegang ..iih, lucu banget. Trus Papa-ku dateng nanya apaan...ujung-ujungnya, aku dikasih uang buat beli...cihuuuyyy....faktor diskon 50% niiih.... ternyata, ada yang lain juga bergambar cupcake, ada oven mitt, serbet, whisk, sama timer bentuk cupcake. Tapi aku tertarik sama serbet dan oven mittnya juga...ambil deh. Trus ada spatula polkadot yang menurutku lucu juga....mauuu...

Nyampe kasir...waduh, over budget niiih...whoa ha ha ha... ya iyalah, Papa-ku kan taunya aku mau cookie jar doang, abis ngasih uang beliau langsung ngeloyor kebagian koper... but its ok, udah ngebet, nombok gak pa pa... tetep aja aku seneng banget. Si Tona mau bantu ngangkat, gak aku bolehin, mau angkat sendiri. Papa ku senyum-senyum aja ngeliat aku semangat nenteng kardus gede warna pink selama muterin pertokoan sambil sesekali meringis (perutku masih perih euy!). Beliau belum lama nyadar kalo aku emang mulai suka sama urusan dapur-dapuran. Makannya Papa gak banyak nanya waktu aku mau toples guedeeee.... humm.... bisa dikatakan cookie jar ini, hadiah dapur pertama dari Papaku niiih...*thank you Paaaaa*



Aku dari dulu mau beli cookie jar, soalnya waktu masih tinggal sama host family di Minnesota, mereka punya cookie jar disudut dapurnya. Entah karena aku doyan cookies atau memang karena lucu, aku selalu suka lihat cookie jar. Kalo host Mom dan host Dad-ku bawa aku kerumah saudara maupun temannya, aku selalu ngeliat cookie jar di dapur mereka. Sukaaa deh. Selama ini aku mau beli tapi selalu gak jadi, soalnya takut ada yang lebih baik lagi. Ntar malah nyesel. Soalnya, cookie jar ini, bagusnya punya satu aja buat ditaruh disudut dapur. Kalo punya dua malah aneh. Jadi, aku maunya yang bener-bener aku suka gitu. Mudah-mudahan ntar bisa diturunin ke anak cucu...(ogah rugi banget yaaa...)

Makanya pas ngeliat ini, dadaku langsung berdebar... seakan bertemu dengan sesuatu yang kucari selama ini... *lebaaaaayyyy*...hahahaha... kesannya simple, tapi unik, imut tapi gembul, lucu dan gak terlalu kekanak-kanakan. Pokoknya pas!! Kalo waktu masih teenager dulu aku demam Mickey Mouse (pokoknya semua serba Mickey Mouse, sampe Ibuku bela-belain nemenin aku ke Disneyland buat ngeliat celana merahnya secara langsung...hihihihi), sekarang, aku mau koleksi peralatan dapur pake gambar cupcake aja. Seneeeng deh, kalo bisa jadi kolektor lagi, berburu barangnya itu bikin penasaran. Naaahh...ini deh koleksi perdanaku...karena aku hepi dan belum punya dapur lucu sendiri (masih nyari yang mau bikinin dapur dulu niiih! cariin donk!! hahahahaha) cookie jar-nya aku pajang disini dulu yaaa...

Thursday, August 6, 2009

Baker's Little Helper

Lega deh hari ini bisa pulang. Bukan berarti sembuh juga sih, soale perutnya masih perih kalo jalan, salah posisi atau di mobil. Tapi gak se-sakit sebelumnya, cuma bikin meringis aje..hehehe... Senang banget ketemu lagi dengan kamarku yang penuh dengan barang-barang sebangsa aneka lotion, kosmetik, parfum, dvd, tumpukan majalah fashion, tas-tas, keranjang scarf warna-warni, bacaan politik dan pemerintahan, sastra, chicklits, buku-buku resep, majalah dan tabloid kuliner, aneka cemilan, sama alat tulis dan peralatan gambar..aneh ya kombinasinya...kamar atau toserba siih...whoa ha ha ha... (kebayangkan gimana berantakannya?)

Karena aku masih disuruh istirahat, kayaknya beberapa waktu kedepan, blog-ku akan aku update bagian books sama kitchenware-nya aja deh. Dari pada sepi. Selain belum sanggup ke dapur, juga hasil check-up kemarin tidak begitu menggembirakan niih. Udahlah gula tinggi, cholesterol juga gak mau kalah....hiiiiksss... bisa gawat kalo gak di kontrol dari sekarang, mengingat Ibuku ada sejarah diabetes dan Papaku ada gangguan jantung. Yo wis lah, bakingnya tunggu ada yang ngabisin aja. Kalo gak ada yang dateng, ya gak usah bikin. Daripada dimakan sendiri seperti biasanya...*nasib*

Kali ini ceritanya cuma mau ngasih penampakan "silpat" aja., karena banyak yang penasaran sama penampakannya. Kepalang tanggung, sekalian aja ya sama alat bantu baking yang lain. Itung-itung nambah posting bagian kitchenware-ku yang gak nambah-nambah...kasihan baru satu posting sejak pertama nge-blog disini...hihihihi.. beberapa alat udah aku foto sebelum dirawat, tapi gak sempat upload aja. Sorry banget kalo foto ala kadarnya aja, abisnya, kalo mesti foto lagi, moodnya udah keburu ilang...hehehehe *alasan*


Silpat
Ini niih yang selalu aku promoin buat alas loyang kalo bikin kue kering. Aku pertama kenal juga dari mba' Riana. Sejak itu, langsung deh jadi benda wajib setiap baking kue kering , soes, roti, pokoknya apa aja yang loyangnya pelu diberi alas dulu. Abisnya, aku paling males ngolesin loyang kalo bikin kue kering, bikin tangan lengket. Sebenarnya nama Silpat itu salah satu merknya (mungkin namanya silicon baking mat kali ya?) tapi gak tau kenapa lebih dikenal namanya Silpat. Bentuknya seperti kertas roti, tapi ini lebih licin seperti plastik. Dijual lembaran dan bisa digunting disesuaikan dengan besar loyang. Dont worry, gak harus gunting terus, cukup sekali untuk satu loyang. Soalnya silpat bisa dipake berulang kali. Pengalamanku, harga nya macam-macam. Lain tbk, lain harga. Kadang beda harganya lumayan jauh lho (malah ada yang separuhnya). Memang, ada yang agak tebal dan ada yang tipis (warnanya ada yang gelap dan ada yang terang), tapi setelah aku pake keduanya, gak ada bedanya tuh. Jadi mending cari yang murah deh.


Pastry Blender
Membantu sekali kalo mau bikin adonan pie. Apalagi aku yang suka ragu kalo ngaduk pake jari, bukan apa-apa, aku khawatir terlalu semangat. Kebayangkan, jariku yang gembul dan montok ini kalo dipake buat nyampur mentega sama tepung. Yang mestinya berbutir malah jadi satu kesatuan. Dengan pastry blender ini, lebih mudah diatur dan waktu nyampur mentega, gak perlu bersentuhan tangan (yang kadang malah bikin mentega jadi hangat).


Pastry Wheel
Kalo ini buat motong adonan pastry. Aku dengan pede-nya ngebut aja nge -rolling pas nyoba, hasilnya miring kemana-mana. Kayaknya tetap mesti pelan dan hati-hati untuk dapat hasil yang lurus dan rapi. Aku pernah pake buat motong kue bawang, jadinya lucu bergelombang, trus pernah nyoba motong coklat yang udah dicairin dan ditipisin, lumayan juga hasilnya. Ntar mau nyoba bikin cheesestick, lucu kali kalo dibikin bergelombang.


Spatula
Beli spatula TERBAIK dengan budget yang kita punya. Invest deh ke spatula yang bagus. Aku pernah beli spatula murah yang dari plastik, karena murah, aku beli selusin, kirain supaya gak perlu cuci-cuci segala. Giliran dipake....ugh, bikin frustasi aja! gak bersih dan kesannya seperti numpang lewat thok. Beli yang silikon ataupun karet yang bagus. Sebelum dibeli, pegang dan rasakan dengan tangan, kira-kira bisa gak nge-scrap adonan. Dari pada beli trus bikin kesel. Favoritku yang merah marun disebelah kiri itu. Bahannya silikon dan bentuknya sederhana aja, tapiiii...kinerjanya donk! Selalu jadi pilihan pertama, kalo aku butuh spatula satu lagi, baru pake yang lain.


Timer
Punya satu aja sebenarnya udah cukup, apa lagi kalo ovennya udah ada timernya. Tapi oven mungilku gak ada timernya, jadi aku punya dua. Satu aku letakkan di dekat oven untuk ngingatin waktu pemanggangan dan satunya aku letakkan di meja dan di pake kalo bikin roti atau donat. Nungguin adonan ngembang segala soale.


Cake Slicer
Pas buat aku yang kalo belah cake pake pisau gak pernah lurus. Makenya gampang dan potongannya rapi. Asal gak dipaksa aja. Kalo terlalu keras make-nya, cakenya bisa beremah dan gak rapi. Pelan-pelan aja. Kalo stuck, digesek-gesek dikit (seperti gergaji) trus lanjutin deh.



Kuas
Ngoles kue maupun roti, jauh lebih rapi kalo pake kuas. Favoritku, kuas silicon, soalnya gak perlu mikirin bulu kuas yang menempel dikue maupun roti. Ukuran agak besar buat ngoles roti dan yang kecil buat kue kering. Kalo untuk kue yang kecil (misalnya kaastengels), aku pake kuas biasa, sebelum dipake, aku coba di tisue dulu buat mastiin gak ada yang rontok. baru deh aku pake buat kue.


Scraper
Fungsinya bisa buat mencampur juga buat motong adonan roti, misalnya untuk ditimbang supaya ukurannya sama. Baik yang stailess maupun plastik, sama aja. Bedanya yang stainless mungkin lebih tajam. Kadang aku pake juga buat ngeratain pinggiran cake yang dioles butter cream.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Anniversary

Daisypath Anniversary tickers

Ava

Lilypie Kids Birthday tickers

Eijaz

Lilypie Fourth Birthday tickers