Hello...hello...siapapun yang masih baca blog Sayah...thank you yaah.... walaupun updatenya kembang kempis. Tapi sebenarnya udah beberapa kali bikin-bikin setelah postingan terakhir, tapi yaah...namanya mesti pake laptop tentu tidak segampang yang bisa dikirim via handphone kan? hiiks...alasan! tapi memang begitu koq, kayaknya terbantu banget kalo bisa dikirim seperti nge-mail aja. Mana opsinya sekarang macam-macam, selain FB dan IG, ada lagi Cookpad tempat orang-orang mencari dan berbagi resep. Lebih simple aja. Tapi yaaah tentu saja gak se-personal blog. Aku sendiri akan terus berusaha nge-blog, soalnya banyak banget ceritanya disini, undah kayak my online diary gituuu...
Well...
Sekarang aku mau posting resep rendang aja deh. Salah satu makanan kondang se-dunia yang sebenarnya asli Indonesia...ehem... makanan yang selalu hadir diacara besar maupun gak begitu besar dirumah...hehehehe... Rendang yang aku posting ini hasil mengingat-ngingat ajaran almarhumah Ibuku. Dulu sebelum berangkat merantau, aku dipanggil Ibuku. Dia nyuruh aku nyatat beberapa resep masakan yang menurutnya aku bakalan kangen selama jauh dari rumah, yaitu asam padeh, bistik ayam dan rendang!. Aku sih oke aja nulis semua yang disebutkan Ibuku, padahal waktu itu aku masih alergi banget masuk dapur (masih kelas 1 SMA euyy...). Gak heran, sampe berapa lama tamat kuliah, barulah resepnya aku praktekkan satu per-satu. Itupun setelah Ibuku saudah gak bersama kami lagi. Alfatihah ya buat Ibuku...
Nah, karena sering berpindah-pindah, buku catatannya pun entah kemana. Syukurlah aku udah pernah posting resep asam padeh ala Ibuku di blog ini. Tapi resep rendang dan bistiknya blom sempat. Alhamdulillah, Ibuku itu orangnya kalo menjelaskan suka memakai tangan dan aku anaknya visual banget. Jadi apa yang disampaikan ibuku terekam juga dikepalaku. Misalnya, seruas jari, ibuku langsung mempraktekkan pake jarinya. Jadi waktu aku mecoba membuat rendang beberapa waktu lalu, aku hanya bermodalkan mengingat omongan Ibu. Pertama aku catat bahan yang vital dalam pembuatan rendang, seperti santan dan cabe, barulah selanjutnya aku mengingat bumbu lainnya dari bayanganku sewaktu duduk bersama Ibu. Syukurlah, sepertinya berhasil aku susun lagi resepnya. Rasa rendangnya cukup enak dan terasa authentic. Bahagiaaaaaa banget rasanya. Memang, kadang-kadang hal kecil kita ingat lagi dan kita hargai disaat orangnya sudah gak ada yaa...jadi kangen Ibuku :-(
Oya, ada pesan Ibuku soal rendang ini (maklum, Ibuku berdarah Pariaman-Kerinci), beliau wanti-wanti selalu memakai santan segar. Akan beda rasanya kalau santan segar diganti santan kemasan. Tapi kalo kepepet, gak papa. Tapi harus diingat kalo pakai santan kemasan, mesti lebih kental. Kalau aku sendiri selama proses memasak rendang itu sambil mencatat beberapa hal. Yaitu selalu gunakan panci yang beralas tebal, agar rendang tidak cepat gosong dan cukup waktu untuk mengempukkan daging. Cara mengaduk juga harus berhati-hati, sebaiknya diaduk balik dari pinggir wajan/panci dari pinggir, kebawah lalu ketengah secara berlahan agar daging tidak hancur. Ada orang yang suka ditumis dulu dengan sedikit minyak bumbu dan dagingnya, ada juga yang langsung dimasukkan semua bahan. Aku pake yang ditumis dulu sebentar dengan sedikit minyak. Tapi aku rasa mau langsung juga gak begitu signifikan bedanya.
Ibuku pernah bilang, perempuan Minang itu kreatif mengatur menu tanpa ribet. Hari ini bikin gulai daging, trus dipanasi jadi kalio, dipanasi lagi jadi rendang...hehehhe... ada beberapa orang menganggap saat menjadi "Kalio" itu sudah dikatakan rendang. Tapi sebenarnya rendang itu dimasak lebih lama lagi daripada kalio. Kuahnya jadi kehitaman. Kalau mau menjadi rendang, saat mulai menjadi kalio maka harus lebih rajin diaduk agar tidak gosong. Ada juga yang setelah menjadi rendang, diberi kelapa sangrai yang sudah dihaluskan menjadi bubuk. Tapi kalo aku gak pake, selain karena rada ribet, ibuku juga gak ngajarin begitu. Tanpa tambahan itupun, rendang ini sudah cukup nendang koq rasanya dan siap-siap serumah jadi wangi rendang selama pembuatannya.
Sooo...bagi yang mau nyoba bikin rendang, dan belum punya resep andalan, silahkan dicoba rendang ala Ibuku ini ya. Disini semua takarannya aku pake gram aja, karena menurutku kalau pake jari, kasian yang jarinya gak se-gembul jariku...bisa kurang bumbu...hahahaha....
RENDANG DAGING
Hj. Ani Farida Hasip
Bahan :
1 kg daging sapi, paha (potong-potong sekitar 25-30 potong/kg).
Bumbu diblender :
250 gr cabe merah keriting
150 gr bawang merah
50 gr bawang putih
15 gr jahe
15 gr lengkuas
3 butir kemiri
3 batang sereh, ambil putihnya saja, geprek
Daun kunyit sobek-sobek, buat simpul
Minyak sayur untuk blender bumbu (dipakai untuk menumis)
1,5 liter santan dari 4 butir kelapa
Garam halus secukupnya.
Caranya :
- Blender bumbu dengan minyak sayur hingga benar-benar halus.
- Tumis bumbu hingga aromanya keluar, masukkan daging, aduk rata, biarkan hingga air dari daging berkurang.
- Masukkan santan, daun kunyit dan sereh. Aduk rata. Gunakan api kompor sedang saja. Sesekali diaduk agar santan tidak pecah.
- Setelah bumbu dan santan menyatu dan terlihat seperti kalio, keluarkan daun kunyit dan sereh. Beri garam. Aduk, koreksi rasa. Masak dan aduk berlahan hingga rendang mengering dan berwarna coklat tua.
- Untuk mendapatkan rendang yang pekat, aduk balik berlahan lebih sering agar rendang tidak lengket dipermukaan wajan/panci. Setelah berwarna coklat tua atau kehitaman, angkat.