Bapak, begitu aku memanggilnya, adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku. Disaat orang lain meragukan kemampuanku, beliau justru menjadi orang yang sangat yakin padaku. Beliau adalah sumber pengetahuan yang tidak habis-habisnya, teman diskusi yang mengasyikkan dan pemberi semangat yang luar biasa. "Tak kasih tau ya Lia, selagi itu keputusan yang dibuat oleh manusia, apabila salah, jangan takut untuk melawan . Tapi apabila itu keputusan Tuhan, jalankan saja, sudah bener itu..." ujarnya padaku. Suatu kalimat sederhana, namun memiliki arti yang dalam untuk ku. Disaat aku mulai meragu, ucapannya itu bagaikan guyuran air yang mengalir kekepalaku.
Semalam, 7 hari setelah kepergian Bapak, aku langkahkan kaki menuju kediamannya. Ribuan massa yang berdesakkan hanya karena ingin membaca doa bersama untuknya, menjadi bukti rasa sayang mereka untuk beliau. Siapapun mereka, apapun latar belakangnya, semua duduk bersila bersama. Tidak ada perbedaan dan tidak ada yang di istimewakan. Tidak lupa pula doa dari para pemuka agama dari semua agama yang ada di Indonesia, yang di bacakan dengan tulus dan ikhlas. Dapat ku bayangkan beliau tersenyum di alam sana, karena inilah yang selalu beliau perjuangkan. Bangsa Indonesia dalam kedamaian dan kasih sayang. Kubacakan surat yassin dengan berlinang airmata, menyambung tangisan yang tak tertahankan sejak aku mendengar kepergian beliau.
Begitu banyak jasanya bagi negeri ini. Tidak bosan-bosannya beliau mengajarkan bangsa Indonesia, untuk membuang segala rasa benci dan meninggalkan kekerasan hanya karena perbedaan. Selamat jalan Pak, semoga segala jasa-jasamu, mengantarkanmu ke tempat terbaik di sisi Allah SWT....
Jakarta 2010
No comments:
Post a Comment